MOZAIK 2

74.5K 3.1K 22
                                    

Sara melongo di depan kopernya dengan mulut sedikit menganga. Gadis itu begitu terkejut ketika tidak menemukan satu pasang sendal jepit koleksinya di dalam koper tersebut.

"Bagaimana bisa?" gumamnya tidak percaya.

Didepannya sekarang, berjejer deretan higheels dengan model dan warna yang beragam. Sepertinya semuanya terlihat mahal dan ia mengingat kembali jika setengah dari jumlahnya merupakan hadiah dari Cameron.

"Bagaimana bisa tidak ada sendal jepit, hmm?"

Bukan, pertanyaan itu bukan keluar dari mulut Sara. Itu suara Cameron, secara teknis suaminya sekarang.

Cameron sudah berdiri di belakangnya dan menyandarkan dagunya di bahu Sara. Hembusan nafas yang terasa jelas di lehernya dan lengan kokoh itu melingkar di perutnya membuat Sara sedikit bergidik.

"Lepaskan aku."

Cameron semakin mengeratkan pelukannya itu. "Kenapa? Biasanya kau senang jika aku manja padamu."

"Tidak lagi, Cam. Sejak aku sadar dari mimpi burukku ini."

"Ew-kau melukai perasaanku, sugar. Bukankah ini mimpi indah kita?" tanyanya. Kembali menggoda isterinya itu.

"Cammy."

"Aku menjadi suka dengan panggilan sayangmu. apalagi dengan suaramu yang terdengar seksi itu," komentarnya asal.

"Aku serius, Cameron."

"Kenapa?" tanya Cameron. Akhirnya ia melepaskan pelukannya dan berdiri di depan Sara. Sosok tinggi menjulang itu membuat Sara mendongakkan kepalanya agar bisa menatap wajah tampan itu. "Ada yang ingin kau tanyakan?"

Sara mengangguk. "Sebenarnya, semua ini terasa aneh bagiku. Kau tahu? Tiba-tiba terbangun dari tidur yang nyenyak kemudian menjadi seorang isteri. Isterimu lagi. Benar-benar irrasional."

"Aku tidak tahu gangguan apa yang sekarang ada di otak kita berdua. Tetapi sepertinya, milikmu lebih parah karena hampir melupakan semua kejadian itu. masih beruntung diriku yang hanya terkejut dengan kejadian tadi pagi," jawabnya santai.

"Kalau begitu kita hentikan saja semua ini," celutuk Sara.

Cameron memandang wajah Sara dengan bingung. "Apa?"

Sara mengendikkan bahunya. "Kita hentikan sekarang juga, sebelum semuanya semakin jauh."

"Kau gila!" desis Cameron tajam. "Kau pikir pernikahan kita ini permainan belaka? Kau sih gampang setelah bercerai bisa menghilang. Aku? Kau tahu sendiri bagaimana terkenalnya diriku."

"Kau tidak ingin menjadi duda muda, maksudmu? Lalu aku bagaimana?" tanya Sara lagi.

Cameron terlihat berpikir sejenak. Dia hanya menghela nafas pelan seraya mengangguk. "Untuk saat ini kita jalani saja. Siapa tahu kita menemukan jawaban kenapa kita jatuh ke lubang pernikahan ini."

Sara mengangguk kecil. Membenarkan kata-kata Cameron tersebut. "Well, sepertinya memang harus begitu. Baiklah. Kita ikuti permainan takdir ini, Mr. Frances."

***

Suasana sarapan di resort yang menjadi tempat bulan madu Sara-Cameron itu terasa mencekam. Daritadi tidak ada satupun diantara mereka berdua yang mau membuka mulut. Keduanya sama-sama bungkam dan enggan untuk berbicara terlebih dahulu.

Sara mengunyah potongan bacon di dalam mulutnya dengan kasar. Berkali-kali gadis itu mendengus karena terus memikirkan kejadian aneh ini. pernikahan diantara mereka memang benar terjadi dan masih sangat jelas tergambar dalam ingatannya, bahkan tentang malam-malam penuh perncintaan mereka. Tetapi kenapa perasaan-perasaan benci itu bisa hilang beberapa waktu yang lalu dan mulai menguar kembali sekarang?

Heels, Tux And CurseWhere stories live. Discover now