MOZAIK 9

33.1K 1.8K 10
                                    

Mozaik 9

***

Sara mengangkat dagunya tinggi dan memasang ekspresi angkuh ketika berjalan menyusuri deretan toko branded terkenal di salah satu pusat perbelanjaan terkenal itu. Banyak kaum menengah atas yang terlihat sedang menikmati harta mereka dan membelanjakannya, terlihat dari banyaknya paperbag dari berbagai merek tergantung di tangan mereka.

Contohnya saja tadi, ada seorang wanita muda -tapi dandanannya tua- bergaya parlente. Setiap barang yang melekat di tubuhnya -hanya dengan sekali lihat- tentu saja berlabel mahal. Aksesorisnya pun juga begitu. Belum lagi dengan tatanan rambutnya yang di sasak tinggi dan Sara yakin, mungkin dibawa tidur seminggu juga efek rambutnya masih keras karena hair spray. Oh, satu lagi, aroma parfumnya pun luar biasa, seperti menghabiskan hampir satu botol.

Sara memang sudah memasuki beberapa toko dan membeli barang-barang yang berlabel wow dengan kartu debit Cameron, tetapi tetap saja, pada dasarnya Sara tidak suka berfoya-foya, akhirnya daripada mubazir, dia hanya membeli barang yang ia sukai dan pasti ia kenakan nanti.

Ia juga sengaja mentraktir Paige yang ikut menemaninya. Sayang, sahabatnya itu juga bukan seorang materialistis. Susah payah Sara menawarkan semua barang cuma-cuma padanya, tetapi Paige menolaknya dengan sopan. Akhirnya gadis itu juga segan untuk memaksa Paige.

Setiap toko yang mereka kunjungi, khususnya para pegawainya, selalu tersenyum lebar saat kedua wanita itu melangkah keluar toko. Tak ayal, barang yang mereka belanjakan bukan barang murah dan rata-rata limited edition.

Matanya kemudian berhenti pada sebuah toko, dari kejauhan saja sudah terlihat deretan handbag berbahan kulit kualitas terbaik di etalase.

Baru saja Sara ingin melangkah memasuki toko, lengannya ditahan oleh Paige. Sara lantas menoleh dan menemukan gelengan kepala kecil dari Paige.

"Sudah cukup, Sara."

Sara mengerutkan dahinya bingung. "Cukup?"

Paige menangguk. "Ya. Kau sudah terlalu banyak menghabiskan uang suamimu."

Sara lantas tertawa. "Astaga, Paige. Kau tidak tahu saja seberapa kaya suamiku itu. Aku bahkan belum bisa menghabiskan seluruh kekayaannya dengan cara gila belanja selama seminggu penuh."

Paige mengernyit bingung.

"Dia sangat kaya, Paige. Kekayaannya sudah berasal dari keturunan dan dia sendiri melipatgandakannya dengan usahanya yang benar-benar luar biasa. Seorang gila kerja yang sialan kaya."

"Dan kau menikahinya."

"Kau tahu aku tidak materialistis, Paige." Sara tertawa. "Aku juga tak tahu kenapa berakhir dengan menikahi seseorang yang lebih cinta dengan pekerjaan dibandingkan semuanya."

"Aku turut prihatin, Sara."

Sara meringis kecil, "lupakan suamiku itu. Sekarang, bagaimana kalau kau menjadi penasihat style ku saat aku belanja lagi?"

"Menjadi penyadar untukmu di saat kau lupa diri ketika belanja?"

Sara mengendikkan bahunya, "mungkin."

Heels, Tux And CurseWhere stories live. Discover now