MOZAIK 3

55.1K 2.4K 6
                                    

Cameron membawa Sara ke sebuah pantai berpasir putih yang sangat indah. Bahkan dari jarak yang tidak bisa dibilang dekat ini dari bibir pantai, Sara bisa benar-benar takjub melihat pemandangan biru laut dengan cerahnya langit yang disuguhkan oleh Sang Pencipta.

Gadis itu mengerutkan dahinya yang setengahnya tertutup topi lebar yang melindungi kulit pucatnya dari sinar matahari. Jelas saja, mereka berdua menghampiri seekor kuda yang cantik dan terlihat tangguh itu.

Tunggu sebentar ... kuda?

Sara tergelak, dia benar-benar takut dengan hewan didepannya itu. Kuda. Sudah sangat nyata dialaminya sebuah pengalaman menakutkan dengan hewan itu. membuatnya pernah berjanji jika tidak akan pernah menaikinya lagi. Sara sadar, jika Cameron tidak akan membiarkan bulan madu mereka berjalan indah lagi, terutama untuk Sara.

"Naiklah," ucap Cameron sambil menyuruh gadis itu menaiki kuda tersebut.

Sara tersenyum kecil. "Aku tidak berani."

Dia menggaruk alisnya yang tidak gatal sebentar. Menyeringai tipis ke arah Sara yang terlihat malas berhadapan dengan hewan itu. "Cih, kau benar-benar menyusahkan saja Mrs. Frances. Naiklah. Aku akan memegangimu dan aku jamin tidak akan jatuh."

Sara memandangnya sebentar sambil melotot.

"Cepatlah, hari semakin siang." Cameron mengeratkan pegangannya pada kuda.

Akhirnya Sara mencoba naik. Dia mengaitkan kaki kanannya dengan penuh gemetar. Namun usaha itu gagal.

"Arggh!" pekiknya. Dia kemudian terjatuh lagi dan tidak sengaja mencakar bulu kuda itu. Membuatnya terdengar berteriak.

Laki-laki itu mengarahkan tatapan tajamnya padanya. Seorang Cameron. "Kau ini benar-benar bodoh! Aku kira kau tidak takut apapun. Ternyata hanya kuda seperti ini saja kau takut! Teman-temanmu tidak ada disini. Tidak akan ada yang menertawaimu. Sekarang cepat naiklah. Jika kau tidak mau, aku akan meninggalkanmu sendiri! Masa bodoh kau mau ikut atau tidak!" ucapnya kasar sambil menjauhi kuda itu.

Sara sedikit tersentak mendengarnya emosi seperti tadi. Benar-benar menyeramkan. Apalagi melihat wajahnya yang memerah karena kepanasan. Padahal ia memakai kaos tipis tanpa lengan.

Dengan susah payah gadis itu mencoba menaiki kuda itu. Sudah berkali-kali ia mencoba namun tetap gagal. Apalagi dengan dress yang berusaha dia tutupi agar dalamannya tidak terlihat mata Cameron.

"Jangan mengintip!" ancam Sara keras. Ia memasang wajah seriusnya, namun justru membuat Cameron mengulum senyum menahan tawa.

Ekspresi itu langsung berganti, Cameron hanya mendesis panjang mendengar kalimat yang menurutnya lebih mirip lelucon dari Sara.Dia berdecih pelan. "Jangan bercanda, aku bahkan sudah melihatmu begitu polos tanpa sehelai benang, isteriku sayang." Cameron menyeringai, matanya berkilat-kilat jenaka penuh hasrat untuk menggoda Sara.

Ah! Aku benci sekali dengan kuda!!!

Sara lantas membatin. Tiba-tiba saat ia hendak naik, untuk kesekian kalinya, Cameron memegang erat pinggang proporsionalnya dan mengangkatnya kuat. Membuat Sara jatuh terduduk dengan sempurna diatas kuda.

Gadis itu lalu menatapnya bingung. Tak lama Cameron juga menaiki kuda yang sama. Berada dibelakangnya, spontan membuat Sara bergidik.

"Thanks," ucap Sara lirih.

Cameron mengambil tali kuda itu lalu menariknya perlahan. Membuat kuda itu berjalan pelan. Sara lalu menghela napas lega. Ia mengira Cameron benar-benar ingin meninggalkan dirinya tadi. Namun, ternyata tidak. Sara dapat merasakan jantungnya yang semakin cepat berdetak kencang.

Heels, Tux And CurseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora