MOZAIK 5

43.5K 2K 10
                                    

Cameron berhenti, menampakkan seringaian mautnya ...

"Aha!"

Dia berteriak keras, lantas membuat Sara membuka matanya. Melotot lebar-lebar ketika ditemuinya wajah itu penuh senyum mengejek.

"Sekarang siapa yang berpikiran negatif, huh?" tanyanya, tanpa memundurkan wajahnya yang begitu dekat dengan wajah Sara.

"Brengsek!" hardik Sara kesal. Dia langsung menendang tungkai Cameron dengan keras. Membuat laki-laki itu meringis kesakitan.

"Sialan," balas Cameron sengit.

Kekangannya pada sara menghilang. Ia kemudian langsung memegangi kakinya yang serasa mati rasa. Tendangan itu benar-benar pas mengenainya. Sedangkan gadis itu langsung menyingkir dari dirinya. Sara memandangnya garang. Menjulurkan lidahnya sambil memutar bola matanya konyol.

"Hah! Bagaimana rasanya!? Masih untung aku tidak menendang asset berhargamu itu Mr. Frances yang terhormat," ledeknya. "aku masih baik karena tidak ingin membiarkanmu impoten."

Cameron menggeram. Sangat keras sehingga semua orang didalam penthouse-nya, jika ada, dapat mendengarnya.

"Kenapa? Tidak terima? Ayo, kesini, mau mendampratku?" tantangnya.

Jika Cameron bukan tipe pria yang pantang memukul wanita, mungkin saja Sara sudah habis ditangannya. Bahkan dirinya hampir mempersetankan gender dengan makhluk menyebalkan dan tak menarik seperti Sara itu.

Cameron mendesah, mengacak rambutnya dengan asal.

"Mimpi apa aku jadi punya isteri paling menyebalkan sedunia sepertimu, hah?!" ucapnya. Sangat amat sebal dengan nasibnya saat ini.

"Kalau begitu, ceraikan saja aku!" celutuk Sara. Dia menaikkan dagunya angkuh dan menatap Cameron santai.

Cameron balas menatapnya dengan pandangan berkilat penuh emosi, dan sedikit terkejut. "Bercerai? Dan aku kehilangan seratus juta dollar untukmu!? Jangan gila, Sara."

Sara mengendikkan bahunya. "Hanya seratus juta dollar, Cam. Aku tahu uang segitu belum seberapa untukmu. Pendapatanmu perjam saja lima ratus ribu dollar, belum asset, properti, dan semua sahammu yang lain."

Cameron menghela nafasnya pelan. "Ya, tidak seberapa memang. Tetapi aku menghilangkannya hanya dalam waktu sekejap ... dan bagaimana dengan imej diriku dihadapan publik? Baru menikah dua minggu sudah menjadi duda! Ha! Lelucon macam apa itu?"

"Cammy," ucapnya. Sengaja dengan penuh penekanan seperti ia menyebutkannya semasa kecil. "sekalipun kau seorang duda, aku yakin banyak wanita yang masih tertarik padamu -eh bukan, uangmu maksudku."

"Kau benar-benar bodoh ternyata Sara," ledek Cameron, "pasti banyak diantara mereka yang menggosipkan hal sensitif lain. Mungkin saja mereka mendugaku selingkuh, itu masih bagus. Nah, kalau mereka mengira aku ini seorang homoseksual, impoten, atau kau tidak puas dengan servisku diranjang. Bah! Kutukan macam apalagi itu."

Kalimat panjang dari Cameron itu membuat Sara tercengang. Betul juga sebenarnya dugaan Cameron itu. "Tetapi, kalau mereka justru menuduhku yang seperti itu?" tanyanya balik.

Laki-laki itu tersenyum lebar. "Bagus! Sangat bagus. Wanita kasar sepertimu memang pantas diberi sedikit pelajaran, Sara."

Sara mendengus. Laki-laki ini selalu saja menghinanya. Apapun yang mereka bicarakan, pasti ia dengan senang hati menyelipkan kata-kata menusuk hati untuknya.

Sial.

"Kau memang benar-benar brengsek ternyata, Cameron Frances."

Cameron mendesis, "Dan kau sudah menikahi lelaki yang benar-benar brengsek -menurut versimu itu, Sara Rose."

Heels, Tux And CurseWhere stories live. Discover now