5. Disaster.

631 102 15
                                    

Welcome Piu!

***

Irene dan Jongin berlari bersama mengejar Jennie. Sampai pada depan toilet Irene berbalik dengan tatapan tajamnya. "Berhenti!" bentaknya pada Jongin.

Kesal, namun tidak ada hal lain yang bisa dilakukan Jongin selain menurut. Irene berbalik dengan gaya angkuhnya. Dia segera menyusul Jennie ke area dalam.

"Huueekk ...."

Di dalam, Jennie masih berusaha memuntahkan isi perutnya. Dia menunduk dengan salah satu tangan mencengkram erat sisi wastafel sebagai tumpuan. Berulangkali ia berusaha mengeluarkan hal yang menurutnya sangat mengganjal. Namun nihil, tak ada yang keluar selain cairan bening. Mungkin efek dia belum memakan apapun sama sekali sejak pagi.

"Huekkk ...." Lagi, rasa mual kembali menyerangnya hingga sulit untuk sekedar bernafas. Tubuhnya kian lemas disertai nafas tak beraturan.

Di waktu yang tepat Irene datang dengan cekatan langsung meraih rambut panjang Jennie yang tergerai. Satu tangannya digunakan untuk memijat tengkuknya.

"Jen, bagaimana?" tanya Irene memastikan saat tubuh Jennie lebih terkendali.

Yang ditanya tak mampu menjawab. Jennie membasuh mulutnya sebelum bangkit, menghirup udara dalam lalu menghembuskan perlahan sambil memejamkan mata. Dia masih berusaha mengatur nafasnya seraya bersandar pada dinding.

Irene membersihkan sisa muntahan Jennie yang sebenarnya tidak ada apa-apa. Kemudian wanita itu meraih tisu untuk mengelap bibir Jennie.

"Tidak ada apapun yang keluar, pasti karena kau memang belum memakan apapun, Jennie-ya. Tolong untuk lebih memperhatikan kesehatanmu," tutur Irene lembut. Wanita itu jelas takut jika Jennie sampai jatuh sakit.

Jennie mengangguk.

"Sudah lebih baik?"

Wanita yang lebih muda kembali mengangguk.

"Sebaiknya kau pulang saja, Jen. Apa perlu aku antar?"

Kali ini Jennie menggeleng. "Aku benar-benar sudah tidak apa-apa. Lebih tidak apa-apa lagi jika pria di luar itu segera pergi. Aku tidak punya tenaga untuk menghadapinya. Jebal, Unnie ...."

"Arrasseo, aku akan segera mengusirnya untukmu." Setelah mendapat anggukkan Irene berjalan keluar.

Sedangkan Jennie masih merilekskan tubuhnya. "Pusing sekali ...."

Sedikit lama dari itu Irene kembali. "Dia sudah pergi. Sekarang kau pulang, jangan lupa makan dan minum obat."

"Iya," sahut Jennie singkat karena sejujurnya dia tidak memiliki tenaga lebih.

*****

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Jennie sudah direpotkan dengan keadaan yang tidak nyaman. Tepat sejak saat ia membuka mata, kamar mandi adalah tujuan pertamanya. Jennie kembali merasakan mual yang mengharuskannya repot-repot di kamar mandi.

Setelah cukup memuntahkan cairan pahit, wanita itu melangkah ke pinggir kasur, meraih gelas berisi air di atas nakas lalu meminumnya. Jennie kemudian naik untuk duduk bersandar pada kepala ranjang. Sembari mengatur nafas, tangannya terulur meraih ponsel di pinggir bantal untuk menghubungi seseorang. Belum sempat menemukan kontak yang dituju, Irene lebih dulu meneleponnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Accident With Child | JensooWhere stories live. Discover now