28| Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya

3 0 0
                                    

Enam jam sebelumnya…

“Namanya… Alex,” ungkap Dani.

“Alex?!” Eja, Bona dan Papa Eja kompak terkejut.

“I… iya. Jadi ceritanya gini…”

————
Jakarta, 19 September 2011

“Ah, Pak, saya gak mau kalau ngebunuh orang!” tolak Mahesa saat melihat surat perjanjian di hadapannya.

“Lebih halus dikitlah kau ini, nabrak doang juga,” tutur Alex.

“Tapi tetep aja, Pak, maaf, saya gak mau cari gara-gara. Kalau saya kenapa-napa, siapa yang jaga keluarga saya?”

“Kita semua di sini yang bakal jagain! Tenang aja!” ungkap Alex.

“Makasih, Pak, tapi–”

“Tapi apalagi lah kau ini? Uang yang kami jamin untuk kehidupan keluarga kau itu besar, gak kecil kaya gaji kau sekarang!” tegas Alex.

“Makasih, Pak tawarannya. Saya emang bener-bener gak mau lakuin hal kriminal, maaf dan permisi.” Mahesa pun keluar dari ruangan kecil tersebut.

Dani yang berada di ruangan tersebut seketika terdiam. “Le-le-lex, gue–”

“KATA KAU DIA BISA DIANDALKAN!” Alex menendang kaki Dani dan membuat Dani terjatuh. “Dia udah tau rencana kita, kalau dia ngomong ke orang lain gimana?!”

“Eng-eng-enggak akan, gue jamin dia gak akan ngomong ke siapa-siapa!” jawab Dani sambil memegang betisnya.

“JAMINAN?!” Alex pun kembali menendang Dani, tapi kini di bagian perutnya. “Bajingan kau!”

“Bos, bagaimana jika dia saja yang nabrak mobil itu?” usul salah seorang bawahan Alex.

Alex pun berhenti melakukan tendangannya dan merenungkan perkataan anak buahnya tadi. “Benar juga kata kau. Bajingan ini emang baiknya kita tumbalkan saja ke polisi!”

“Lex, Lex, jangan! Keluarga gue nanti gimana?”

“Kau dengarkan tadi kucakap apa pada si Mahesa itu? Kita semua ini bakal jamin keluarga kau baik-baik saja di sini!” bentak Alex dengan logat khas bataknya.

“T-t-tapi…”

“Kalau kau mau sahabat kau itu selamat, lakukan saja apa yang kusuruh, paham kau?!” ancam Alex. Dengan terpaksa, Dani pun mengangguk dan menandatangani perjanjian.

————

“Terus pas Januari 2012 itu, pas saya ngelakuin tabrakan itu, saya sebenernya gak mabuk. Saya dikasih botol di mobil terus saya minum setelah nabrak,” jelas Dani.

“Ahh anak ini berani-beraninya bohong ke polisi!” cibir Papa Eja. “Terus, di mana Alex yang kamu bicarain itu?”

“Sekarang seinget saya dia mau ke luar negeri, Pak. Penerbangannya hari ini. Kalau bapak mau tangkep dia, tolong jangan bilang kalau informasinya dari saya, Pak, walaupun nantinya dia pasti tau informasi ini dari siapa,” pinta Dani.

Papa Eja mengangguk. “Bon, Ja, kasus ini serahin ke polisi, kalian gak usah ikut nyari Alex. Terus rekamannya kirim ke papah!” pintanya lembut. “Dan kau, ikut saya ke kantor!” Papa Eja pun menarik Dani keluar dan menaiki mobil menuju kantornya.  

Eja dan Bona masih terdiam saat mengetahui kejadian sebenarnya. Mereka tak menyangka sekaligus bersyukur karena perkiraan mereka selama ini salah.

***

“Pak, berapa kali saya bilang saya gak tau tentang pembunuhan Diana atau CEO itu!” bantah Alex karena ia bosan selalu ditanyai hal yang sama setelah ia berhasil ditangkap di bandara.

18 At 10 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang