Kasus 2 : Pernyataan pengemudi taksi

2.3K 200 15
                                    


Singha berdiri di ruang observasi. Sepasang mata tajam menatap pemuda kulit putih di ruang interogasi. Pintu ruang observasi terbuka dan satu Letnan Khem masuk. Dia menyerahkan laporan kasusnya kepada atasannya, yang terus menatap pemuda itu tanpa mengedipkan mata.

"Dia menjawab semua pertanyaan yang sama, Inspektur."

"Apa ada orang lain yang bertemu dengannya di TKP?"

"Tidak, petugas yang menjaga TKP dari awal tidak melihat siapapun." Letnan Khem menoleh untuk melihat anak di ruang interogasi sebelum menghela nafas. "Aku tidak tahu, Inspektur. Menurutku anak ini sama sekali tidak terlihat seperti pembunuh. Bukan hanya karena wajah polosnya itu. Tapi dia juga memberikan pernyataan yang tidak mencurigakan. Bahkan jika dia harus naik taksi ke lokasi kejadian, dia mungkin tidak dapat membawa semua mayat, benar bukan?"

Singha tidak menjawab karena dia sedang membaca laporan kasus di berita acara. Itu adalah momen yang sama dengan pintu ruang observasi yang dibuka kembali oleh seorang petugas polisi muda yang baru saja pindah kerja.

"Inspektur, ini informasi supir taksi. Kini surat panggilan untuk dimintai keterangan sudah dikeluarkan."

"Um.."

"Hal lainnya adalah Dr. Sei telah kembali."

"Bagaimana dengan janazah semua korban?"

"Semua sudah dikirim juga."

"Um," Singha berjalan kembali ke ruang investigasi. Saat polisi muda itu masuk, Thup merasa tegang. Dia tidak tahu harus duduk seperti apa.

"Bangun!"

"Kemana kita akan pergi?"

"Kembali ke sel."

"Bolehkah aku tinggal di tempat lain? Sel lain, ruang penyimpanan, atau dimana saja kecuali ruangan itu?" Teriak! Pemuda itu langsung menjadi gelisah.

"Apa masalahnya kembali ke ruangan itu?"

"Saat aku mengatakannya, kau tidak akan mempercayaiku...kan?" Singha menggunakan lidahnya untuk menekan pipinya, untuk melampiaskan rasa frustasi di hatinya.

"Inspektur, Dr. Sei menelepon." Letnan Khem membuka pintu untuk memberi tahu atasannya.

"Oh, aku pergi dulu." Singha melepaskan kunci rantai yang mengunci borgol tersangka dari meja. "Sersan, apa ada sel kosong?"

"Hanya sel isolasi yang kosong, Inspektur."

"Itu saja?"

"Ya."

Singha menarik belakang kerah kemeja anak itu dan menuntunnya untuk mengikutinya ke kantornya. Padahal jarak langkahnya tidak terlalu berjauhan, tapi sepertinya Thup tidak bisa mengikuti orang di depannya tepat waktu.

"Tunggu inspektur, aku tidak bisa mengikuti mu." Kerah kemeja itu menekan leher pemuda itu hingga dia hampir tidak bisa bernapas. Tapi tidak ada indikasi bahwa orang di depannya akan melambat sedikit pun.

Ketika mereka sampai di depan kantor yang terdapat tanda jabatan inspektur, Thup segera mengatupkan bibirnya. Pintu kamar terbuka bersamaan dengan Singha yang mendorong anak muda itu masuk. Borgol lain dipasang di meja. Dan sisi lainnya dipasangkan pada tangan anak itu sehingga dia tidak bisa bergerak kemana-mana. Thup memilih duduk di sofa panjang dengan sopan.

"Aku janji tidak akan membuat masalah."

"Bagus."

Telepon di sakunya berdering hingga Singha harus mengangkatnya, tapi dia tetap tidak mengalihkan pandangannya dari anak di depannya.

สิงสาลาตาย - GODDESS BLESS YOU FROM THE DEATH [INDO]Where stories live. Discover now