56. Piknik Ceria

61 7 0
                                    

Anna masih saja uring-uringan dibalik sofa panjang yang digulinginya. Semenjak kepergian Miko dan rombongannya beberapa menit lalu, gadis itu terus menahan kantuk dan bosan hanya untuk menunggui Emili yang tak kunjung datang. Hampir saja dia tinggalkan mereka, tapi urung. Mengingat semua bahan persediaan untuk piknik ada di mobil Bayu semua.

Salahkan saja Lina dan kerempongannya yang melebihi dia. Kakak iparnya itu begitu banyak membawa perlengkapan untuk dirinya sendiri. Jadilah semua barang untuk piknik dilimpahkan pada Bayu. Dan sekarang mereka kelabakan sendiri dibuatnya. Sehingga akhirnya dia juga yang kena. Karena Lina terus memaksa dan meninggalkannya sendirian di villa, demi membantu Emili dan Bayu mengangkuti barang-barang itu nanti jika mereka sudah sampai di tempat piknik.

Sejujurnya Anna bete dan malas melakukan itu. Apalagi melihat Miko sempat membela Lina, dia semakin merasa terpojok. Akhirnya disinilah dirinya berada. Sementara yang lain sudah pergi duluan ke danau yang terletak tak jauh dari tempat penginapan ini. Tepatnya ada di daerah belakang Villa.

Sepersekian detik kemudian Anna bangkit. Mengenyahkan rasa bosan yang menghampiri, gadis itu perlahan mendekati meja TV di pojok sana. Lalu dia mengeluarkan ponselnya dari balik saku hoodie. Setelah itu, Anna sudah asyik dengan kamera dan berfoto-foto rianya. Hingga gadis itu tak menyadari Alfi yang tiba-tiba muncul entah dari mana melalui pintu belakang villa menuju kamarnya.

Setelah puas berfoto, Anna kembali duduk di sofa. Tangannya tanpa sadar bergerak membuka laman Instagram dan memilih salah satu foto dengan acak untuk dia posting di aplikasi itu.

Baru saja hendak mengecek dan mengamati postingannya yang sudah terkirim, tiba-tiba ponsel Anna mati. Layar touch-nya pun berubah gelap.

"Masya Allah, lowbat." Anna lalu bangkit, hendak men-charger ponselnya ke kamar.

Disepanjang melangkahkan kakinya, Anna bergumam-gumam ria. Menyenandungkan lagu berbahasa Korea berjudul Only. Baru saja kakinya memijaki anak tangga pertama, mata Anna menangkap siluet lelaki berjaket warna denim yang sama dengannya ini.

Anna mengernyit bingung, "Alfi?"

Melupakan niat awalnya tadi, Anna segera memasukan ponsel di genggamannya ke saku hoodie kembali. Lalu menghampiri Alfi yang tengah memasak mie cup di dapur.

"Fi, nggak ikut ke danau?" tanya Anna mengagetkan lelaki itu.

Alfi berjengit. Dia hampir saja menjatuhkan ceret air panas di tangannya, jika saja tidak segera di tahan. Lelaki itu menoleh sinis.

"Nggak." sahut Alfi dingin.

Anna masih mengerjap, saat menatapi sosok tegap Alfi yang berdiri menjulang tinggi disampingnya. Dia jadi meringis, saat menyadari perbedaan tinggi badan mereka yang sangat jauh timpang. Kini Anna sadar. Jika berdiri bersisian dengan lelaki itu, dia akan terlihat seperti bonsai.

"Loh, kenapa?" tanya Anna lagi, masih sambil melirik Alfi yang kini tengah menuangkan air panas kedalam cup mie.

Alfi menghela, "Tadi habis bikin rekap catatan untuk beli bahan-bahan masakan besok pagi. Disuruh Mbak Rina. Habis ini baru nyusul kok. Tenang aja."

Anna hanya membulatkan bibir.

"Kamu mau?" tanya Alfi, sambil perlahan mengulurkan cup mienya ke arah gadis itu.

"Eh?" Anna gelagapan, saat Alfi menyadari kemana arah matanya melirik sedari tadi. "Ini kan punya kamu, Fi. Nggak usah. Nana nggak laper kok, ehehe."

Namun perutnya mengkhianati. Tiba-tiba saja berbunyi nyaring dihadapan Alfi. Membuat lelaki itu terkekeh gemas oleh tingkah Anna.

Mampus! Malu banget!

"Udah, ambil aja. Saya bisa bikin lagi yang baru kok." kata Alfi. Lalu dia tersenyum tipis, menyodorkan kembali cup mienya.

Wajahnya sudah memerah malu. Segera saja Anna menerima cup mie itu dan buru-buru kabur ke arah meja makan. Lalu dia mendudukkan diri di bangku yang ada disana. Mengabaikan Alfi yang kembali berkutat dengan cup mienya yang baru.

"Pelan-pelan, Nana. Nggak ada yang bakal rebut kok." kekeh Alfi, mengambil duduk tepat dihadapan gadis itu. "Kalau kamu masih kurang, ambil aja punya saya nih."

Anna lagi-lagi meringis, sambil menatapi mienya yang tinggal separuh didalam cup. Ah, semakin malu saja dia didepan sang gebetan. Apakah dirinya terlihat begitu rakus di mata Alfi? Huh, mendadak Anna jadi kesal sendiri mengingat badannya yang sedikit berisi ini.

Mengabaikan tubuh semoknya, Anna segera menggeleng. Lalu menyurungkan kembali cup mie yang masih penuh kehadapan Alfi.

"Nggak, buat Fi aja. Nana udah kenyang."

"Ya udah, saya makan ya?" akhirnya Alfi menarik kembali mienya. Mendapati Anna hanya diam saja, masih dengan raut malu.

Tanpa sadar mata Alfi tertuju pada hoodie Anna. Melihat itu dia jadi teringat pada Alin. Ah, rupanya ini tujuan Ibunya menanyakan perihal warna jaket kesukaannya kemarin. Supaya jaketnya ini terlihat couple dengan Anna. Ck, mengetahui itu membuat Alfi jadi kesal sendiri.

Ini semua gara-gara Haris dan mulut embernya. Untuk apa juga Abangnya itu menceritakan soal kedekatannya dengan Anna akhir-akhir ini?

Alfi mendengus disela makannya. Dan begitu dia mendongak, Anna ternyata tengah memperhatikan dirinya sedari tadi. Refleks Alfi mengelus belakang kepalanya. Dia jadi malu sendiri kedapatan melamun dihadapan gadis itu.

"Fi kenapa? Nggak suka Nana disini ya?" lirih Anna, bangkit dari duduknya. "Ya udah, kalau Fi keganggu. Nana mau ke kamar aja. Biar Fi bisa makan dengan tenang."

"Eh, tunggu." Alfi memaksakan tawa saat tanpa sadar sudah mencekal lengan gadis itu. Detik berikutnya, dia langsung melepaskan tangannya dari Anna. "Maaf. Kamu nggak ganggu kok. Duduk lagi aja, nggak apa-apa. Temenin saya makan, ya?"

Anna hanya melirik sekilas, sebelum akhirnya mendudukkan dirinya kembali dihadapan Alfi.

"Emm, kamu sendiri kenapa nggak ikut ke danau?" Alfi mengalihkan pembicaraan. Mengusir rasa canggung yang masih tersisa.

Anna memaksakan senyum, "Tadi disuruh Mbak Lina nungguin Mili dan Bang Bayu dateng. Katanya nanti Nana harus bantuin mereka ngangkutin kardus bahan-bahan buat piknik."

Alfi mengangguk-angguk, "Ya udah, nanti saya bantu juga ya?"

"Eh, iya." sahut Anna. "Emm, besok Nana boleh ikut Fi ke Pasar?"

"Boleh."

Dan saat itulah senyum Anna mengembang. Ada angin apa tiba-tiba si jangkung ini mau mengizinkannya? Ah, ya sudahlah. Bodo amat. Yang penting dia bisa ikut. Ahaha.

Tidak lama kemudian suara jeritan-jeritan terdengar dari luar. Hingga beberapa detik setelahnya suara langkah kaki mendekati mereka berdua.

"Disini rupanya. Dari tadi di panggilin juga." dengus Emili, mengambil duduk didekat Anna. Dibelakangnya, Bayu juga mengikuti. Pria itu mengambil duduk disamping Alfi. "Eh, tahunya lagi makan toh."

Anna menyengir lebar ke arah sepupunya itu, "Baru sampe, Mil?"

Emili berdecak malas, "Udah tahu, masih nanya. Ya elah, oon-nya masih dipelihara juga ternyata."

Bayu terkikik geli, "Kayak situ pinter aja, Li."

"Ye, nggak tahu dia. Emilia Baskoro tuh terkenal banget di kampus, dengan sejuta prestasinya. Huh." ketus Emili, sambil menunjuk-nunjuk Alfi dan Anna. "Kalau nggak percaya, tanya aja nih dua bocah."

Bayu tertawa-tawa lagi, menatap jahil Emili. "Percaya, percaya kok."

"Hih." Emili kembali mendengus jengkel. Dia beralih melirik bergantian Anna dan Alfi. "Okey. Kalau kalian udah selesai makannya, ayo ke danau sekarang. Kita udah ditungguin nih."

"Eh, kita nggak nunggu Mas Yoga dulu?" bingung Anna.

"Halah, nyusul aja mereka. Tadi katanya mampir dulu ke pom. Lama kalau nungguin mereka nyampe." Bayu bangkit dan Emili mengikuti dibelakangnya.

Akhirnya Anna dan Alfi juga turut bangkit. Mengikuti kedua orang didepan mereka, menuju tempat piknik dilaksanakan.

******

Hallo, Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang