Chapter 2

89 40 8
                                    

Semburat cahaya matahari perlahan masuk melalui celah jendela kamar. Hangatnya tepat mengenai wajah Alana yang bahkan belum sepenuhnya sadar. Ditambah bising ayam yang saling berkokok, melengkapi hari dengan mentari dan langit cerah pagi ini.

Alana begitu bersemangat, dia pergi ke kampus impian nya dengan berjalan kaki, bagi nya berjalan kaki bukanlah hal yang buruk.

Begitu banyak orang berlalu lalang, mereka sibuk dengan urusan mereka masing masing.

Tanpa sadar ada seseorang yang sedang membutuhkan bantuan. Seorang kakek tua nampaknya kesulitan menyebrang jalan.

Alana menghampiri kakek Abas, kakek Abas adalah seorang pemilik ruko yang dekat dengan kontrakan Alana.

"Kakek mau kemana?? Pagi pagi udah keluar rumah." Tanya Alana.

"Kakek mau ke pasar Alana, tapi kakek takut nyebrang jalan." Balas kakek itu menampilkan senyum simpulnya.

"Yaudah saya bantu ya kek, kebetulan saya juga mau nyebrang jalan." Alana langsung mengandeng kakek Abas.

Betapa senangnya kakek Abas saat Alana membantu nya untuk menyebrang jalan, kakek Abas menampilkan senyuman hangat untuk Alana.

Perjalanan lumayan jauh, rasa lelah menyerang Alana. Bukan hanya fisik yang lelah tapi batin pun terasa lelah.

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan cipratan di baju putih Alana, ingin marah tapi rasanya percuma, dia akan tetap di salahkan.

"Apakah orang miskin seperti ku tidak pernah benar?? Semua yang kulakukan selalu salah di mata mereka. Memang benar orang yang mempunyai banyak uang tidak pernah salah. Uang adalah segalanya." Gumam Alana.

Alana sampai di kampus impiannya, terdiam sejenak, merasa tidak percaya akan semua hal yang tuhan berikan padanya. Dia begitu senang bisa berkuliah di universitas negeri bandung.

Perjuangan Alana memang masih sangat panjang, entah berhasil atau tidak, Alana akan terus berjuang, dia akan buktikan kepada ayah dan ibunya bahwa dia akan menjadi seorang wanita karir dimasa depan kelak.

"Lo liat gak sih orang di depan sana, kek orang kampungan banget gak sih." Ucap seorang wanita di belakang Alana.

Alana menoleh, melihat siapa yang berkata seperti itu? Dan untuk siapa mereka bicara.

"Eh liat wanita kampungan ngeliatin kita." Wanita kampung? Maksud dia Alana?

"Apakah seburuk itu penampilanku? Mungkin iya.....
karena semua orang di sini memakai pakaian yang bagus dan terlihat mahal, sedangkan aku? Hanya memakai pakaian rumahan yang sederhana." Gumam Alana.

Alana tidak merespons kedua wanita di belakangnya, dia langsung masuk ke dalam kelas.

***

Suara bising dari dalam kelas cukup menganggu. Para siswa saling melempar canda dan tawa satu sama lain.

Azka yang tidak mempunyai teman hanya diam sambil sesekali menulis. 

"Woy nulis apaan si lo, perasaan nulis terus kek pinter aja." Ucap Leno. Leno adalah salah satu teman kelas Azka.

Azka tidak merespons, dia terus saja menulis.

Leno yang kesal akhirnya menarik kerah baju Azka dan berkata, "KALO ORANG NANYA JAWABB JANGAN DIEM AJA, BISU LO?."

Azka tetap diam, dia tidak ingin bertengkar hanya karena masalah yang sepele.

"JAWAB AZKAAAA, OH BISU YA? KASIAN BANGET UDAH MAH TANGAN GAK ADA SATU, DI TAMBAH BISU." Leno memukul wajah Azka.

Darah segar keluar dari hidung mancung Azka, dia mimisan?

"Lemah banget baru kek gitu aja udah mimisan." Bukanya berhenti Leno malah mendorong Azka hingga dia terbaring lemah di lantai.

"Hukuman buat lo karena udah berani gak jawab pertanyaan dari gue." Leno lalu menginjak keras dada Azka. Hingga Azka sedikit kesulitan untuk bernafas.

Semua teman yang ada di dalam kelas tidak berani menolong, mereka takut jika Leno menyakiti mereka juga

Azka tak sadar kan diri dia pingsan. Leno yang melihat itu tertawa jahat bagaikan syaiton.

Guru yang melihat kejadian itu pun langsung membawa Azka ke rumah sakit untuk segera di berikan pertolongan.

Sedangkan Leno? Apakah dia di berikan hukuman? Atau di keluarkan dari sekolah?

Tentu saja dia masih selamat, karena ayahnya adalah seorang donatur sekolah, jika Leno di hukum atau di keluarkan otomatis dana sekolah juga akan berkurang.

Tentu saja dia masih selamat, karena ayahnya adalah seorang donatur sekolah, jika Leno di hukum atau di keluarkan otomatis dana sekolah juga akan berkurang

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.













Karma (end)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora