33. Rahasia

227 43 1
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey

|||

Vote & komen

------------------------------🌹----------------------------

















“Lalu, lalu dapatkah kamu berjanji?” Lalisa senang ketika Jennie mengatakan untuk tidak khawatir namun, ada satu hal lagi dari keinginannya yang membuat Lalisa gugup setengah mati untuk meminta pada gadis itu.

Bagaimana pun hati Lalisa bahagia karena Jennie tidak menolak untuk dipeluk, Jennie juga berusaha untuk meyakinkannya. Meski dia membantah berkali-kali tetapi, mulutnya mengatakan hal sebaliknya.

Bolehkah Lalisa sedikit serakah? Semakin dirinya dekat, semakin Lalisa menginginkan hal yang lebih. Lalisa melirik sejenak pada kobaran api yang dia buat disekitar mereka, pada waktu yang terhenti, yang membuatnya menyimpulkan bahwasannya ada beberapa keuntungan dari dirinya sendiri yang dapat dimanfaatkan. Pikiran licik Lalisa mengatakan bahwa itu adalah sebuah kesempatan tapi, apa Jennie mau mengikutinya? Lalisa pikir tidak akan mungkin.

“Apa?” Suara Jennie terdengar masih gemetar.

Jennie agak geli merasakan hidung Lalisa diperutnya dan bagaimana suaranya yang berbicara menghantarkan getaran tak biasa. Sejauh yang Jennie kira, dia tidak akan pernah bisa dekat dengan Lalisa dalam batas tertentu setelah semua hal terjadi. Meski memang cukup memuaskan mendengar Lalisa dan Irene putus ketika keduanya bertengkar kemarin namun, merasakan gejolak emosi seperti ini membuat Jennie begitu sadar dia telah melangkah ke tingkat yang membahayakan. Ketakutannya bukan hanya tentang tujuh penjaga lain yang akan cemburu, takdir yang mengikat dirinya dan Lalisa telah ada sejak mereka dilahirkan dan mungkin, hanya beberapa orang yang tahu selain para Oracle yang meramalkan ini.

Melihat Lalisa bahkan mempertanyakan apakah benar Jennie memimpikan dirinya selama ini, mengartikan bahwa gadis itu sendiri tidak mengetahui ikatan yang terjalin diantara mereka.  Tidak mungkin, paman Marco tidak tahu. Ataukah Jennie harus bertanya nanti pada si ketua yayasan itu? Menyadari tidak ada yang berbicara tentang ramalan kelahiran, tentunya semua orang merahasiakan fakta ini pada Lalisa untuk sesuatu.

“Bisakah, kita sering bicara seperti ini nantinya? Maksudku, kamu tidak pernah memanggilku. Kamu tidak pernah mengajakku bicara, aku pikir kamu membenciku. Aku ingin kita bisa seperti sekarang tanpa gangguan orang lain, rasanya sangat aneh karena aku hanya bisa bergerak ketika suaramu ada di kepalaku.” keluh Lalisa diakhir dengan suara pelan malu-malu.

Itu menyakitkan ketika dirimu merasa begitu terikat namun, tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya sekedar menyapa atau mengajak seseorang yang kamu sukai bicara. Tak seperti yang lain, batasan diantara mereka terlihat nyata.

Lalisa mencoba untuk melawan sesekali, mencoba untuk bersuara tapi, setiap kali Jennie tidak melihatnya itu menyakiti hatinya. Perasaan ini aneh, Lalisa begitu merasa dekat, dia seperti dicambuk seolah hatinya hanya untuk Jennie Addams seorang. Saat Jennie muncul di hari pertama, ketika Lalisa melihatnya, dia tahu itu salah. Sekalipun mulutnya berkata tak ada gadis yang lebih cantik dari Irene Bae namun, mengapa kedua mata Lalisa tak bisa teralih? Lalu, di malam acara pembuka itu, semuanya terdengar jelas. Tatapan sedih Jennie, suaranya yang menggema di dalam kepala Lalisa mengucapkan kata kecewa.

Ketika seseorang mendengarnya, mereka mungkin akan terkejut. Jennie bagi Lalisa adalah orang baru, yang baru dia temui. Namun, perasaan asing itu terus berlanjut seolah mereka telah lama bersama dan saling mengenal.

“Aku...” Jennie membuang muka. “Aku tidak bisa menjanjikan apapun.” Dia dapat merasakan pundak Lalisa merosot, Jennie menggigit bibir. “Bukan berarti aku tidak ingin bicara padamu.” Dia mengakui. “Hanya saja, segala hal tidak semudah keinginan kita. Yang bisa aku katakan saat ini. Kamu...kamu hanya ditakdirkan untukku.” Diakhir kalimat, Jennie menunduk. Mengelus kepala Lalisa lembut. Serabut cokelat itu mendongak, mata bulat cerahnya bersinar menampilkan binaran bahagia bercampur rasa lega. Ketika Jennie mengatakan ini, Lalisa tahu dia pasti telah mengetahui segala garis di masa depan tentang mereka.

ORACLEWhere stories live. Discover now