34. Arti penglihatan Oracle Xera

169 40 1
                                    

ORACLE
Lazy_Monkey

||

Vote & komen

------------------------------🌹----------------------------

















Langit diatas kepala terlihat begitu cerah, meski sisi ujung lainnya gelap gulita. Matahari dan bulan berbaur dalam dunia yang tak bisa diukur. Siang atau malam, sebut saja keduanya, para tetua Oracle tengah menikmati acara minum teh bersama. Para tetua yang tersisa membuat lingkaran besar dengan meja-meja berisi satu bangku. Acara minum teh bersama tersebut digelar ditengah padang hijau, ditemani semilir angin serta canda tawa guyonan orang tua. Hal-hal sederhana yang membuat mereka tak pernah menua.

“Enaknya kalian minum teh sambil bersenda gurau disini!”

Namun, baru saja Naum hendak menyesap cangkir, cangkirnya retak terbelah dua, seonggok batu tertinggal diatas meja diiringi suara melengking menyakitkan telinga, Naum bersumpah dia akan menyumpal mulut si Oracle kecil yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan ini. Ditambah, apa tadi katanya? Beraninya dia meneriaki para tetua.

Sosok Jennie muncul dengan napas terengah-engah, dia yang melempar batu tepat saat jiwanya masuk ke dunia Oracle. Geram bukan main melihat Naum begitu santai menikmati acara minum teh, nenek Maria juga ada disana, terheran-heran melihat sikapnya.

“Kurang ajar, pernahkah kamu belajar sopan santun? Tehku baru saja dituang, mencari tanaman teh ini begitu sulit hingga aku harus memanjat gunung. Pernahkah kamu memikirkan betapa besar perjuanganku untuk dapat menikmati teh ini?” Naum menggertakkan gigi, menatap Jennie dingin.

Beberapa jam yang terasa sebentar di dunia fana, seperti beberapa hari bagi mereka di dunia yang berbeda. Naum telah membuat pengaturan, dia pergi ke gunung puncak Yui untuk mengambil tanaman teh roh, meraciknya dengan segenap hati untuk Oracle lain. Ini adalah kegiatan sederhana yang terjadi setiap hari. Mereka memang jiwa kekal yang belum menghilang. Rasa lapar tidak terlalu berarti namun, beberapa dari mereka seperti Naum contohnya, ingin merasakan hidup seperti kehidupan di dunia fana. Membuat acara minum teh setelah berusaha keras memanjat gunung, dia pikir Jennie tengah bertempur. Maka, Naum menerima ajakan Eriske untuk beristirahat sejenak dari segala urusan.

“Jennie, apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat begitu marah?” Maria bertanya dengan lembut, mengeluarkan sedikit kekuatan untuk membersihkan meja Naum. Mengabaikan tetua si pemarah itu yang terus melotot pada Jennie ketika si kecil berjalan ke arah mereka dengan pelototan yang tak mau kalah pada Naum.

“Kalian membohongiku...”

“Apa maksudmu?” Satu alis Naum terangkat tinggi. Kedua matanya tak lagi terpejam seperti biasa. Mungkin karena dia tengah bahagia minum teh bersama keluarga. Pada akhirnya Naum mengibaskan telapak tangan dan seluruh meja di padang hijau tersebut menghilang. Acara minum teh bersama berakhir. Beberapa Oracle yang merasa kemarahan si Oracle kecil bukanlah tertuju untuk mereka, diam-diam menghilang seperti hantu.

“Ampun, jalang-jalang penakut ini. Mereka pergi secepat cahaya.” Eriske mengeluh. Tertinggal mereka bertiga yang menghadapi si kemarahan Oracle kecil.

“Jennie, tenangkan dirimu dulu. Ingat, segala sesuatu harus dibicarakan. Tidak baik untuk marah pada para tetuamu.” Maria memberi nasihat, masih seperti seorang nenek di masa lalu. Namun, Jennie tak peduli. Dia pun tengah marah pada Maria.

“Aku sedang tidak mau mendengar, aku juga sedang tidak mau sabar atau tenang. Apa masalah?” Kepala Jennie terangkat, ciri khas anak nakal dan sombongnya terlihat. Itu kali pertama Maria merasa anak yang selama ini dia jaga tidak terlihat seperti Jennie Addams. “Nenek, kamu juga berbohong padaku. Ada banyak hal yang tidak kamu ceritakan padaku. Tidakkah kamu merasa bersalah selama ini? Bagaimana bisa kalian masih memilih diam, kalian pikir aku masih anak kecil?”

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang