1.

346 47 3
                                    

Hari sudah gelap ketika Donghyuck pulang ke rumah, gadis itu membawa banyak sekali tentengan di tangannya, kantung plastik dan juga paper bag berisi beraneka makanan. Yang pertama dia lakukan adalah pergi ke dapur dan menemukan bibi Kwon dan yang lainnya sedang bersantai. Mereka otomatis langsung menegakkan badan begitu melihat kedatangan Donghyuck.

"Nona sudah pulang" Sapa Bibi Kwon berbasa-basi.

"Iya" Jawab Donghyuck. "Santai saja bi" Ujarnya kepada bibi Kwon yang langsung menghampirinya karena terlihat repot dengan bawaan di kedua tangannya. Wanita paruh baya itu berniat membantu Donghyuck.

"Lihat aku membawakan makanan" Ucap Donghyuck riang, sambil memberikan beberapa kantong pada bibi Kwon, lalu Donghyuck tersenyum kepada yang lain. "Makan sama-sama ya".

"Terimakasih banyak nona" Ucap bibi Kwon dan yang lainnya. Mereka dapat mencium aroma masakan lezat dari kantong-kantong yang di bawa Donghyuck.

"Oh iya, untuk malam ini tidak perlu memasak ya bi, aku sengaja membeli makanan dari luar buat sekalian makan, Itu ada untuk kalian juga. Semoga suka ya!". Donghyuck membeli makanan yang sama untuk semua orang rumah. Dia tidak membeli hanya untuk dirinya sendiri.
Selain itu, dia juga menaruh perhatian dan menyesuaikan variasi sesuai selera masing-masing yang dia ketahui.

"Terus mau minta tolong bantu siapkan ke piring ya bi, yang ini, lalu antar ke kamar Jeno. Dia ada dirumah kan?"

"Baik nona, tuan ada"

Donghyuck mengangguk, dia menngambil botol air dari dalam kulkas dan membukanya, kemudian menegak air dingin itu dengan cepat. "Kalo begitu aku akan naik ke atas". Ucapnya setelah selesai minum.

"Nona....." Ucap bibi Kwon ragu.

Donghyuck mengangkat alisnya, "ya bi?"

Bibi Kwon melirik rekan kerjanya yang lain. Mereka saling tukar pandang. Membuat Donghyuck penasaran. "Ada apa?" Tanya Donghyuck.

"Hari ini tuan Jeno marah-marah. Sepertinya suasana hatinya kurang baik. Tadi dia melempar barang-barang yang ada di meja. Tangannya terluka cukup parah tapi dia menolak untuk di obati, dia bahkan melawatkan jam makannya nona, dan tidak keluar kamar lagi. Ketika kami hendak mengeceknya dia marah dan mengusir kami, dia sama sekali tak ingin di ganggu" Bibi Kwon menjelaskan.

"Kami kawatir harus bagaimana. apalagi jejak darahnya yang berceceran dari ruang tamu depan, sampai kamar nona cukup banyak. Akhirnya kami menelpon bapak. dan beliau bilang, biarkan saja".

Donghyuck tampak sangat terkejut. "Baiklah, tidak apa-apa biar aku yang memeriksanya".

Donghyuck hendak berlari ke lantai atas, namun dia berbalik kembali. "Lain kali tolong telpon aku saja ya bi". Ucap Donghyuck. Dia sangat tahu betul ayah tak terlalu akur dengan Jeno. Bahkan terkesan acuh.

Langkahnya dia bawa cepat menuju kamar Jeno, dengan perasaan khawatir Donghyuck mengetuk pintu kamar yang selalu terkunci rapat itu. Gadis itu juga memanggil nama si pemilik.

"Jeno" Panggilnya lembut.

"Jeno, tolong buka pintunya!"

"Jeno"

"Aku sudah pulang"

"Jeno, aku tau kau terluka"

"Biar aku lihat. Apa kau baik-baik saja?"

"Jeno?!"

"Jeno!?"

"Apa kau sedang beristirahat?"

Cukup lama untuk Donghyuck mendapatkan jawaban dari dalam kamar. Setelah mendengar jawaban dari dalam, baru tidak berselang lama pintu kamar terbuka dan menampilkan Jeno yang tertunduk lesu.

Secret Obsession Where stories live. Discover now