5.

242 32 1
                                    

Jeno menegapkan badannya yang berotot kencang dengan dada yang sedikit membusung, tangan kanannya memegang pistol, sejajar dengan bahunya, posisi kakinya  menyamping diikuti badan, kaki dan badan pria itu berada dalam posisi yang lurus.

Helaan nafasnya sangat tenang, genggaman tangannya ia kuatkan terhadap pistol. Jari telunjuk Jeno masuk ke trigger pistol dan pria itu memperhitungkan bahwa tembakannya akan tepat sasaran, bahu dan perutnya dia biarkan lebih relaks, lalu pria itu mencari peluang, dan berusaha untuk tidak menggoyangkan tangan ataupun tubuhnya. Jeno berusaha lebih fokus sebelum melesatkan peluru tembakan pada targetnya.

JDorrrr

Suara lesatan tembakan terdengar cukup kencang di udara,  memekakan telinga.

Jeno berhasil mengenai target sasarannya dengan sangat tepat dengan poin sempurna. Dan yang dia tembakan adalah peluru asli. Jika mengenai kepala atau dada musuh maka sudah di pastikan akan mati dengan waktu yang sangat singkat. Jeno berharap yang dia tembak itu adalah kepala Mark.

"Tembakan yang sempurna" Puji coach yang mendampinginya. "Postur dan teknik yang mendukung. Kau belajar dengan cepat".

Jeno hanya tersenyum tipis sebagai balasan pujian itu. Dan siap untuk sesi tembakan selanjutnya.

Weekend ini sang ayah mengajaknya olahraga menembak, padahal planning sebelumnya adalah mereka akan bersepeda, namun sang ayah menggantinya karena kepentingan bisnis, pertemuan bersama beberapa rekan bisnisnya di area tembak, lagipula ayahnya itu membutuhkan banyak tenaga ekstra jika bersepeda, dan sekarang dia tidak bisa, sedang memasuki bulan-bulan yang cukup sibuk dalam pekerjaan.

Sang ayah, yakni tuan Lee berhenti berbincang bersama rekan-rekan bisnisnya dan dia langsung menghampiri Jeno dengan wajah cukup cerah. Sepertinya ia mendapatkan kabar bagus mengenai bisnisnya.

"Tembakan yang bagus, mungkin lain waktu kita bisa berburu di hutan" Ujar Tuan Lee dan terkekeh. "Apa kau sudah memikirkan tempat yang ingin di kunjungi untuk liburan bersama keluarga?" Tanya tuan Lee. " Ambil kesempatan sebaik mungkin untuk menyegarkan pikiran dalam sela kesibukan mu" Timpalnya lagi.
Tuan Lee merasa sekarang adalah kesempatan bagus untuk ia bisa berbicara santai dan terbuka kepada Jeno dan hanya berdua tanpa kehadiran istrinya ataupun Donghyuck.

Bukan tuan Lee tidak suka atau merasa terganggu dengan kehadiran perempuan-perempuan yang ia cintai, tetapi dia hanya ingin mendengar suara putranya dari hati ke hati, dia ingin mendengar suara pendapat putranya yang minim bicara itu. Barangkali dia merasa sungkan saja jika berbicara dihadapannya dan yang lain. Terlebih Jika dirumah atau di depan ibu sambungnya.

"Ya" Jawab Jeno singkat. "Aku tidak ada prefensi pribadi harus dan akan pergi kemana. Biar Donghyuck saja yang menentukan. Kemanapun itu aku akan tetap ikut" Jeno menambahkan jawabannya cukup panjang.

"Kau selalu seperti itu, mengikuti dan mendahulukan saudaramu". Tuan Lee tidak berkomentar apapun lagi sampai sesi olahraga mereka selesai.
Sebelum pulang kerumah mereka menyusul nyonya Lee dan Donghyuck yang sedang berbelanja keperluan harian di  supermarket.

Bagi ayah dan anak itu tidak sulit untuk menyusuli dan menemukan nyonya Lee dan juga Donghyuck, karena Donghyuck terus mengirimi pesan untuk mengabari Jeno.  Memberi tahu dimana posisinya dan ibu pada pria itu.

"Ayah! Jeno!" Ucap Donghyuck pelan dan melambaikan tangannya begitu melihat ayah dan adiknya. Kedua pria itu menghampirinya sedangkan  Nyonya Lee tidak jauh dari Donghyuck sedang sibuk memilih udang dan ikan laut yang masih segar bersama bibi Kwon.

"Hai sayang sudah sarapan?" Tanya tuan Lee pada anak gadisnya itu. "Belum yah, padahal aku sudah lapar. Tetapi ibu sangat lama. dan sepertinya masih lama karena masih banyak yang belum di beli" Ucap Donghyuck sedih. Padahal yang membuatnya lama adalah dirinya sendiri. Jeno yang mengetahui pasti hal itu menaikan sudut bibirnya dan mengangkat alis.

Secret Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang