⊙ Dia itu bagian dari rasa sakit

11 4 0
                                    

Tiga bulan berlalu, hari hari seperti biasa nya terasa sakit dan hampa. Tidak ada yang istimewa selain makam sang bunda di hidupnya saat ini. Hari ini kala harus mengerjakan semua tugas sekolah nya, karena minggu depan ia akan menjalankan ulangan harian. Mau bagaimana pun ia ingin melakukan yang terbaik kali ini.

Hampir tiga jam lamanya kala berkutat dengan buku buku di meja belajarnya itu, gadis itu merenggang kan badannya guna menghilangkan rasa pegal di badannya itu.

Drrttt drrttt....

Kala tau!, Gadis itu tau siapa yang menelepon nya. Siapa lagi jika bukan mantan pacarnya?, Mantan pacarnya itu tidak pernah menyerah dan rasanya tidak memiliki rasa lelah untuk menganggu nya.

Drrttt drrttt.....

Suara dering itu kembali terdengar, kali ini ada rasa penasaran di hati kala. Entahlah nomor tidak dikenal ini sepertinya bukan milik mantan nya.

Dengan penuh pertimbangan kala mengambil handphonenya kemudian menekan tombol warna hijau itu, hingga pada detik selanjutnya ia bisa mendengar suara lembut lelaki yang akhir akhir ini sering bertemu dengannya tanpa di sengaja.

"Halo?, Ini bener nomor kala cewek jutek itu kan?". Tanya lelaki itu, aksara. Di sebrang sana.

Kala menyengrit, "iya, dapet dari mana nomor gue?", Tanya kala teramat dingin.

Lelaki di sebrang sana terkekeh dapat di dengar jelas oleh kala. "Lah?, Masa lupa kan waktu itu Lo yang ngasih gimana sii!,". Guyonnya.

Kala memutar bola matanya jengah, "Maksudnya Lo yang maksa", ralat kala yang mendapati kekehan dari sebrang sana.

"Ngapain lo telpon gue?, Kalo ngajak temenan gue ga minat",  ujar kala dengan nada sewot.

"Kalo pacaran?", Tanyanya.

"Gajelas lo!, Gue mat--",

"Save nomor gue, aksara gant--",

Tuttt

Kali ini kala benar benar mematikan telepon nya, ia mengusap wajahnya kasar sebelum menyiapkan handphone nya ke atas meja kemudian berlalu pergi ke kamar mandi guna membersihkan tubuhnya.

Tidak butuh waktu lama bagi kala untuk menyelesaikan kegiatan mandinya, gadis itu kini mengenakan sweater oversize dengan corak bunga mawar biru di tengah nya dan celana sweet pants sepanjang atas lutut berwarna abu abu.

Gadis itu mencepol asal rambutnya, kala melihat jam dinding. Sekarang pukul 20.57 rasanya ia ingin mencari angin sebentar sebelum terlelap tidur.

Kala keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga. Sesekali bersiul, ia dapat melihat Abang adik dan ayahnya tengah asik menonton televisi di ruang keluarga.

"Yah, kala izin keluar sebentar ya?. Mau beli pulpen sama alat lukis kala udah mulai habis", pamitnya yang mampu mengalihkan atensi ketiga orang tersebut padanya.

Edgar berdehem, "dam, antarkan kaka mu dulu", ujarnya sembari mengalihkan atensi kembali kepada televisi.

"Gamau, dia udah gede bisa kan sendiri kenapa harus sama aku!", Tolaknya.

"Sama Abang aj--",

"Gausah bang, kala emng mau sendiri sekalian cari angin", potong nya sembari tersenyum manis.

"Tapi udah malem--",

"Ga jauh jauh kok, itu Poto copy depan. Makasii udah perhatian kalo gitu kala pergi yaa", ujarnya sembari melenggang pergi.

Tiga lelaki berbeda umur itu menatap punggung kala dengan pikiran yang berbeda beda, mereka sibuk dengan kepalanya masing masing.

Sementara kala gadis itu berjalan keluar komplek, ia bersenandung kecil sembari melihat indahnya bintang malam ini. Ia tersenyum lebar ketika melihat bintang yang begitu bersinar itu terus mengikuti nya. Bukan!, Bukan mengikuti nya tapi dirinya lah yang beranggapan bahwa bintang itu mengikuti nya.

CaeruleaphileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang