☉ Dia datang

7 3 0
                                    

Terkadang kata yang di ucapkan tidak mencerminkan perasaan yang di rasakan.
- Damian

*

*

*


"Bun... Maaf ya akhir akhir ini aya jarang jenguk bunaa, buna gimana di sana?. Bahagia kan Bun?... Maafin aya karena jadi anak nakal kaya gini, maafin aya karena ga bisa jadi anak yang ayah mau.", Lirihnya sembari mengelus batu nisan itu.

Kala tersenyum kecut, tau jika orang yang ia ajak berbicara tidak akan pernah menjawab nya. "Buna tau engga?, Akhir akhir ini aya lagi sibuk buat cake. Hehehe... Aya engga nyangka orang orang suka bangett sama cake buatan Aya, Aya jadi seneng liat orang orang tersenyum hangat pas makan cake buatan Aya...",

Kala menyeka air matanya dengan cepat, gadis itu tersenyum simpul. "Aya pamit ya?, Besok aya main ke sini lagi. Janji deh bakal setiap hari". Ujarnya sebelum benar benar melenggang pergi.

"Loh?!...". Kagetnya.

Kala sama kagetnya, gadis itu meringis ketika melihat tatapan tajam dari kembaran nya itu.

"Lo kok di sini si?!, Bukan nya liburan?."

"Damian...",

"Jawab pertanyaan gue bangsat!, Lo kemana aja selama berbulan bulan?!", Sarkasnya membuat kala menunduk lesu.

Memang nya apa pedulinya?, Memangnya jika kala tidak pernah pulang selama lama nya ada apa dengan kembarannya itu?.

Damian menggoyang goyangkan tubuh kala, lelaki itu kali ini tampak begitu berbeda. Terlihat lebih berantakan dari sebelumnya.

Damian menjatuhkan pandangannya kepada paha kiri kala, disana terlihat jelas tatto berbetuk bunga dandelion. Ia menatap tajam kaka kembaranya, meminta penjelasan atas semua yang ia lihat saat ini.

"Kenapa diem?!, Lo kenapa?. Ada apa si kala?!", Tanyanya beruntun membuat kala mengangkat wajahnya.

Kala menatap dalam adik kembaranya itu, gadis itu menarik sebelah sudut bibirnya. "Memang apa peduli kamu dek?".

"Memang kalo kaka kenapa napa... Apa yang bakal kamu lakuin dek?", Ujarnya sembari menatap manik coklat itu.

"Kenapa si?!, Gajelas!".

Kala tersenyum manis, "Kaka engga apa apa, sebenernya Kaka cuman mau hidup mandiri aja. Soal liburan itu... Kaka cuman asal bicara karena buru buru.", Jelasnya.

Damian tersenyum kecut, "dan selama ini juga Lo buat gue dan bang dem panik?, Selama ini juga lo bikin kita susah nyari keberadaan Lo?. Asal Lo tau kal!, Bang dem rela ayah pukul untuk pertama kali nya demi cari keberadaan Lo!", Sarkasnya.

Kala tertegun di tempat, apa katanya?. Abang nya rela di pukul demi mencari keberadaan nya?, Untuk apa?. Untuk apa mereka melakukan hal yang tidak berguna itu.

"Mulai sekarang ga usah cari cari aku lagi, mulai sekarang stop berhubungan sama aku. Aku takut ayah bakal ngelakuin hal lebih sama kalian.", Ujarnya dingin.

Damian menatap tak percaya kepada kala, lelaki itu menatap teduh makam sang bunda. "Kira kira bunaa disana sedih engga ya liat kita kaya gini kal?.", Tanyanya melirih.

"Lo kangen sama Buna engga si kal?... Gue, gue kangen sama Buna. Gue kangen masa masa itu."

Lelaki itu berjalan, mendekat kan tubuhnya pada makam sang bunda. "Bun... Damian cape, kalo ikut bunda gapapa?". Tanyanya sembari meluruh kan tubuhnya.

Kala berlari, menangkap tubuh atletis itu dengan tangan mungilnya. "M-maafin kaka dam..."

Damian menggelengkan kepalanya, "Kalo lo mau egois... Silahkan pergi, gue mau sendiri dulu."

CaeruleaphileOù les histoires vivent. Découvrez maintenant