five

58 4 0
                                    

●●●

"Maksudmu?"

"Iya, aku menerima tawaran Ryan untuk kembali berlatih, James."

Sesaat setelah Ryan pergi, aku langsung menjelaskan semuanya pada James; yang disambut dengan berbagai reaksi yang cukup tidak biasa. Wajar saja.

"KAU GILA?" kali ini James berdiri dari sofa ruang tengah apartemen kami, ya maksudku apartemenku, apapun itu tidak penting sambil menghentakkan kaki nya sambil berusaha menahan amarah yang sudah hampir meledak.

"No, James. Kau tidak mengerti," jawabku sambil berusaha tetap tenang.

"Tidak mengerti? Oh is that so? Harry, aku lah yang selama ini menemani mu," ia menghela napas sejenak. "Sejak kau mulai berpacaran dengan Carol, apa kau ingat? Kau menceritakan semua hal tentang apa yang kalian sudah dan akan lakukan. Lalu sekarang, kau berfikir aku tidak mengetahui apa-apa?" jelas James sudah sangat marah sekarang.

"Maksudku bukan begitu, James. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik untuk Carol. Apapun itu akan ku lakukan, agar ingatannya kembali pulih." demi Tuhan jika ia terus membentak aku akan meninju-nya.

"Tapi kau tahu sendiri kan, Harry? Apa akibatnya jika kau mulai bermain dengan Ryan lagi. Aku kira kau telah berjanji untuk tidak akan melakukan hal apapun yang berhubungan dengan nya."

Aku termenung mendengar peringatan darinya. Ya, itu bisa disebut sebagai peringatan. Peringatan awal, yang akan diikuti dengan peringatan-peringatan selanjutnya. Dan aku sangat yakin, itu akan terjadi tidak lama lagi.

●●●

Harry berjalan perlahan, menyusuri sudut kota Birmingham yang kebetulan lumayan sepi. Aneh, biasanya disaat seperti ini jalanan akan sangat dipenuhi kendaraan yang berebutan untuk mencapai tujuan mereka duluan. Apalagi ini jam makan siang. Manusia memang sangat egois, gumamnya.

Ya, sesaat setelah James mengatakan hal itu, ia hanya mengangguk mengerti dan segera izin keluar dengan alasan bertemu Patricia, si tukang bunga yang selalu genit dengannya itu di depan apartemennya. Walaupun James sama sekali tidak percaya kalau Harry akan menemui Patricia, Namun ia tetap meng-iya kan karena ia sangat tahu sahabatnya itu pasti butuh waktu sendiri. Waktu untuk memikirkan segalanya.

Harry memasang earphone-nya dan memutar lagu kesukaan Carol, yaitu Wonderful Tonight. Dan tanpa disadari, air mata pun mulai membasahi pipinya.

Ia mulai mengingat, bagaimana Carol sangat menyukai lagu itu. Ia bahkan tahu, makanan kesukaan sang pencipta lagu. Sama sekali tidak nyambung memang, tetapi Carol rela mencari di semua website untuk menemukan interview khusus yang menanyakan tentang makanan favorit si pencipta lagu. Dan apa kalian tahu alasannya ia mencari dengan susah payah? Tentu saja, setelah Carol mengetahui bahwa makanan kesukaan sang pencipta lagu itu adalah Apple Pie, ia tidak segan membuang waktu dan langsung membuatkan Pie itu dan segera dibawakannya ke kantor management tempat si artis bernaung. Dan tentu saja; sangat kebetulan ia bertemu dengan si pencipta lagu, dan memberikannya secara langsung.

Harry ingat betul kejadian itu, karena Carol tak henti-hentinya mengulang menceritakan, diiringi dengan tawa nya yang sangat khas. Tawa yang sangat dirindukannya saat ini.

Tuhan, jika ingatannya telah pulih, aku hanya meminta satu. Satukanlah kami berdua kembali.

Harry berhenti sejenak, melihat ke sekelilingnya, berusaha untuk mengenali lokasi dimana ia menginjakkan kaki sekarang. Di seberang jalan, seorang perempuan sedang membawa kantong belanjaan yang sangat banyak, berusaha untuk menstabilkan posisinya dan berusaha berjalan ke entah kemana aku juga tidak tahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 13, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marry Your Daughter // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang