four

59 10 1
                                    

"Harry! Wake up mate, dia.....dia datang." James membangunkan ku dengan suara menyebalkannya.

"Dia? Siapa?"

Oh....

Dia.

"Ini jam berapa?"

"It's only 7 am"

"Aku baru saja tidur jam 11 tadi malam dan dia sudah datang pagi-pagi? Gila."

"Ya....lebih baik kau temui dia saja dulu."

●●●

Aku berjalan dengan langkah pelan menuju ke ruang tamu, untuk menemuinya.

"Well well well, lihat siapa disini. Kekasihmu itu telah sadar, tapi apa? Kau masih terlihat seperti lelaki bodoh yang tidak punya tujuan hidup?" ungkap Ryan, pelatih boxing ku yang sudah lama mencari bagaimana caranya agar aku bisa berlatih boxing lagi. Ya, wajar saja. Aku telah memenangkan banyak pertandingan, dan itu membuatnya menjadi kaya.

"Apa mau-mu sekarang? Kau telah mengganggu jam tidurku. Fuck you."

"Mau ku? Aku hanya mau kau kembali berlatih, Harry. Ayolah. Kau itu sudah bisa di kategorikan sebagai atlet boxing. Kenapa kau tidak pernah mau latihan lagi, sih?" tanya nya dengan tidak sabar. Aku sangat yakin ia pasti sudah menahan dirinya untuk tidak meledak karena kemarahannya sekarang. Oops, sangat lucu.

Aku tertawa hambar mendengar ucapan Ryan, disambut dengan tatapan dengki olehnya. "Kau itu harus professional, Harry. Ayolah."

"Aku tidak bisa kembali latihan lagi, semuanya sudah berubah Ryan. I just can't."

"Kenapa? Karena Carol, yang kabarnya sekarang amnesia, hah? Karena ia melupakanmu sekarang?" ucap Ryan yang mulai emosi.

Tidak. Bagaimana ia bisa tahu tentang kondisi Carol sekarang? Aku bahkan belum memberi tahu siapapun. James pun belum.

"Apa maksudmu?"

"Ayolah. Jangan berpura-pura tidak tahu. Aku sudah tahu semuanya."

"Bagaimana...?" tanya ku bingung. Aku benar-benar tidak mengerti.

"Kemarin, saat sedang menjenguk kerabat ku di Rumah Sakit, aku bertemu dengannya di taman. Awalnya aku kira ia adalah malaikat karena-- demi Tuhan, Harry. Ia sangat cantik. Saat aku mendekatinya, ternyata itu Carol. Lalu saat aku menanyakan kabarnya-- ia mulai berteriak." Ryan menghela nafas setelah menjelaskan apa yang terjadi padanya kemarin.

Wow.

"Apa kau serius?" tanyaku dengan tidak percaya. Sangat sulit untuk mempercayai bahwa Carol tidak mengingat Ryan. Maksudku-- Ryan adalah mantan pacar Carol juga, saat mereka sedang duduk di bangku SMA dulu. Mana mungkin ia bisa lupa?

"Tentu saja. Kenapa aku harus berbohong? I mean, kalau kehidupan mu diisi dengan kebohongan terus juga kau akan capek." jawab Ryan dengan santai, "ah kau ini, niat ku dari awal datang ke sini kan untuk mengajak mu latihan lagi. Bukan untuk membahas kekasihmu itu.

"Lalu, aku harus bagaimana sekarang?" tanya ku lagi. Ah, entahlah.

"Seriously? Sekarang kau malah menanyakan hal itu? Harry, teman ku yang paling pintar. Kalau kau ingin ingatan Carol kembali membaik, kau harus melakukan kebiasaan mu seperti dulu yang sangat ia suka. Atau setidaknya, yang biasa kau lakukan setelah bersama dengannya. Karena aku sangat yakin, ingatannya akan kembali membaik jika orang-orang disekitarnya membantu. Apalagi kau, kekasihnya; yang sangat ia sayang.

Aku tertegun mendengar penjelasan Ryan. Ya, walaupun Ryan sendiri adalah mantan kekasih Carol, ialah yang mengenalkan Carol kepada ku. Awalnya ia mengira aku tidak akan tertarik pada tipe cewek seperti Carol; namun ia salah. Aku malahan menjadi tergila-gila pada Carol, dan akan melakukan apapun hanya untuk membuat perempuan itu bahagia,

"Baiklah, aku akan kembali latihan lagi." jawabku dengan serius. Aku yakin, Carol pasti bisa sembuh, dan akan kembali ke dalam pelukan ku. Dan kali ini, aku tidak akan melepaskan pelukan itu lagi. Pasti.

●●●

Wow, it's been a year! Bakalan update sering sekarang :)

Bita.

Marry Your Daughter // h.sWhere stories live. Discover now