two

301 15 1
                                    

●●●

"Harry? Apakah kau sudah sadar?"

Aku mencoba membuka mataku....dan muncullah dia. Carol. Mengapa dia...Apa dia sudah sadar?

"Carol? Oh tuhan. Sayang. Apa kau sudah sadar?" aku berusaha turun dari ranjang rumah sakit ini tetapi tidak bisa. Tangan ku tertahan karena infus yang masih terpasang. Aku berusaha melepasnya, tetapi tetap tidak bisa.

Carol hanya terdiam disitu. Menatapku dengan tatapan iba-nya. Oh tuhan, apakah aku sudah gila?

"Carol? Apakah itu kau? Carol? Jawab aku sayang."

Dan masih belum ada respond. Ia hanya menatapku. Tatapan yang tadinya manis lambat laun menjadi iba.....dan tiba-tiba tatapan itu menjadi tatapan sinis.

"Aku menyesal pernah bertemu denganmu, Harry."

Dan seketika tubuh Carol itu tertiup angin entah kemana. Aku berusaha berteriak tapi seperti ada sesuatu yang menahannya.

●●●

"CAROL!!!"

Aku terbangun, keringat membasahi ranjang rumah sakit tempat aku dipindahkan. Terlalu dramatis memang, Hanya pingsan tetapi langsung dibawa ke kamar pasien. Baju ku bahkan diganti.

Aku menengok ke sekeliling, berusaha mencari "Carol"-ku, tetapi tidak ada. Itu memang hanya mimpi. Aku benar-benar takut dengan perubahan tatapan Carol itu. Mengapa tatapannya berubah?

Disaat aku sedang mengumpulkan seluruh nyawa-ku, terdengar ketukan dari luar kamar.

"Siapa diluar?" sebenarnya aku tidak penasaran, hm aku hanya ingin berbicara saja. maklum, kalau kalian baru sadar dari pingsan juga pasti akan mengalami hal yang sama denganku.

"Ini suster Magy, Harry. Bolehkah aku masuk?" oh itu Magy ternyata.

"Ya. Masuklah."

Magy masuk dengan membawa sebuah.... cokelat? untuk apa ia membawa cokelat?

"Oh hi Magy. Untuk apa kau datang kesini?"

"Aku dengar kau pingsan sesaat setelah Dr. Yorz memberi tahu kabar itu....."

"Ya, aku memang pingsan. Lalu?"

"Semestinya kau jangan terlalu buru-buru ke-ruangan tempat Carol dirawat, justru aku-lah yang tadinya ingin memberi tahu itu padamu. Dr. Yorz memberi pesan padaku untuk memberi tahu tentang itu...tetapi kau memilih segera keruangan Carol."

"Bukankah kau sendiri yang memberitahu ku agar aku segera ke...ruangannya? Kau ini aneh sekali, Magy."

"Uh iya, maafkan aku. Bukan begitu maksud ku Harry. Yasudahlah."

"Lalu...untuk apa kau membawa cokelat-cokelat itu?"

"Itu untuk-mu, makanlah. Cokelat akan membantu tubuhmu segera pulih. Carol pasti tidak mau melihatmu lemah seperti ini."

Oh benarkah kenapa semua orang berkata aku terlihat lemah? Ah tapi tentu saja begitu. Carol saja masih belum sadar masa aku sudah..........bahagia.

"Ah iya, terimakasih Magy." dan aku segera membuka bungkus dari cokelat itu. Harum-nya memang enak, jarang-jarang ada pria yang menyukai Cokelat. Tetapi beda dengan-ku, aku sangat menyukai cokelat.

Entah kenapa semenjak Carol..ya begitulah, aku menjadi lemah. Sudah lama aku tidak latihan band dan boxing. Aku merasa tubuhku sudah sangat lemah. Mungkin jika ada satu bocah perempuan yang baru berumur 4 tahun memukulku, aku sudah jatuh. Keterlaluan memang, tapi ya itulah realita-nya.

Aku mulai memasukkan 1 batang cokelat itu ke-dalam mulutku. Strawberry rasa-nya, enak sekali.

"Apakah cokelat-nya enak?" tanya Magy padaku. Senyumannya.....bukan senyuman yang biasa ia berikan padaku. Kali ini itu senyuman yang berbeda.

"Hm, enak." jawabku singkat. Tidak terlalu memperdulikan dengan tatapan Magy yang lumayan menyeramkan. Well, aku memang memperhatikannya, tetapi yasudahlah.

Dengan secepat kilat, mungkin hanya dengan sepersepuluh detik, Magy merampas cokelat itu dari-ku. Lantas ia menampar pipi-ku dengan sangat keras.

"Don't you dare!!!" Magy berteriak seperti....hantu Insidious 2. Aku hafal setiap bagian dari film itu. Tetapi, mengapa ia berteriak? Muka nya pun berubah menjadi tua.

"Magy?! Apa-apaan kau ini?"

Kepalaku serasa berputar, semua kejadian terasa terulang terus-menerus.

●●●

Kali ini aku terbangun. Dan asli. Aneh sekali, aku bermimpi bahwa Carol mendatangi-ku, lalu aku terbangun dan Magy mendatangi-ku. Dan ternyata itu semua mimpi.

Mulutku terasa sangat kering. Seperti ada kalajengking yang hidup di-dalamnya. Seluruh cairan di dalam tubuh serasa hilang semua, ditelan oleh kalajengking itu.

Aku berusaha meraih segelas jus apel di meja sebelah ranjang ini, tetapi tetap gagal. Aku benar-benar tidak mempunyai tenaga. Keringat demi keringat berjatuhan. Aku merasa aku akan mati dalam beberapa detik ke-depan.

"Harry? Apakah kau baik-baik saja?" aku mendongak, melihat Dr. Yorz di hadapanku dengan kacamata dan pulpen ditangannya.

Aku mulai menunjuk segelas jus apel disebelahku, mengisyaratkan agar Dr. Yorz segera mengambilkannya untukku.

"Oh iya, sebentar" jawabnya mengerti lalu segera mengambilkan gelas itu.

Aku meneguk dengan sangat lambat, tetapi jus itu habis dalam hitungan detik. Tampaknya aku sangat kehausan.

Segera setelah aku menghabiskan jus apel itu, aku menanyakan tentang mimpi....yang ku-alami.

"Dokter? Saya mengalami mimpi tetapi mimpi itu aneh sekali."

"Mimpi apa? Ceritakan padaku, Harry."

Aku mulai menceritakan seluruh mimpi itu tanpa meninggalkan satu bagian-pun.

"Pantas saja, saat saya ingin memeriksa keadaanmu, dari luar ruangan sudah terdengar suara teriakan. Saya kira ada pertengkaran, ternyata itu hanya mimpi-mu."

"Ah yasudah kalau begitu."

"Dimana kemeja dan celanaku dokter? Aku ingin segera keluar dari sini, aku mau menemani Carol."  tanyaku dengan penasaran. Benar-benar tidak mau berlama-lama diruangan ini.

"Sudah di-simpan di dalam lemari. Tenanglah, jika ada perkembangan dari Carol aku pasti akan memberitahu-mu Harry. Kau harus istirahat dulu. Setidaknya sampai lusa."

Lusa? Itu terlalu lama.

"Jangan dokter, jangan sampai lusa. Itu terlalu lama. Aku kan tidak apa-apa."

"Kau harus istirahat Harry. Aku akan memeriksa Carol sebentar. Kau jangan pergi kemana-mana."

●●●

Sudah 2 hari dan akhirnya aku diperbolehkan keluar dari ruangan itu.

Sebenarnya, aku sama sekali tidak menyukai rumah sakit karena rumah sakit selalu identik dengan kesedihan, sakit, intinya segala yang tidak menyenangkan pasti di rumah sakit.

Aku segera berjalan menuju lift ke lantai 9, tempat Carol di rawat.

*Ting*

Aku mulai mengingat-ngingat ruangan Carol. Seingatku, keluar dari lift langsung belok kiri dan ruangannya ada di ujung kanan. Sesampainya di-ruangan Carol, aku tidak bisa menemukannya. Ranjangnya kosong. Carol tidak ada.

Apakah aku berada di-ruangan yang salah?

Tidak.

Ini benar ruangan Carol.

Tetapi mengapa ia tidak berada di kamar rawatnya?

Kemana Carol?

Apa dia sudah sadar?

●●○

Have a good day! (◕‿◕✿)

xoxo

Bita

Marry Your Daughter // h.sWhere stories live. Discover now