Rusuh.

438 70 6
                                    

Mulut yang terus mengunyah dan bengong natapin tv tanpa berpaling sedikit pun, terus memasukkan kripik yang penuh micin ke dalam mulut tanpa henti. "Kau tidak boleh memakan nya terlalu banyak, membuat mu batuk dan radang.."

Owen mengambil bungkus cemilan itu dan melihat nya ke dalam, sudah habis. "kamu sudah habis dua bungkus.. sudah tidak boleh." [name] hanya mengangguk ngangguk tapi tidak mendengar kan perkataan Owen.

baru saja ingin memasukkan jarinya kedalam mulut karena bumbu sisa yang menempel, Owen segera menarik tangan gadis di pangkuan nya dengan cepat. "sudah ku bilang, kau bisa radang!"

[name] tersadar akan lamunannya, dia menatap Owen sambil memasang wajah bingung. Owen diam dan malah memasukkan jari [name] ke dalam mulut nya dan membersihkan sisa bumbu cemilan tadi menggunakan lidah nya.

[name] tersentak, rasa ingin menarik tangan nya tapi tidak akan bisa.. di karenakan tangan nya di tahan oleh Owen. "Owen, geli..."

Owen melepaskan tangan [name] karena merasa sudah bersih, "jangan keras kepala, dengarkan aku.."

cup.

satu ciuman lagi mendarat di pipi bawah matanya.  "sudah malam, ayo tidur."

[name] pun menyingkir dari Owen dan mengangguk, alih alih ke kamar, [name] ke dapur terlebih dahulu untuk minum susu dingin. Padahal setelah nya dia pasti akan ke toilet. Owen duduk di ranjang sambil menunggu pacar nya, bermain ponsel dengan lampu yang masih menyala.

"Katanya tidur.. kok main hp?" tanya [name] mengintip sedikit apa yang sedang Owen lakukan dengan ponsel nua

Owen terkekeh gemas dan merangkul bahu [name], dia duduk bersila menghadap gadis itu. "iya tidur, kecup aku dulu.."

"tidur, tidur aja.."

"dih gamau, kecup lah.." Owen mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda [name]. "kau kan tahu.. aku malu.."

"yasudah aku tutup mata." Owen menutup mata menunggu kecupan yang di berikan oleh [name], karena merasa lama dia mengintip sebentar. Terlihat wajah [name] memerah padam sambil memegangi leher,  Karena terlalu gemas dia tidak bisa menahan tawa nya.

[name] memalingkan wajahnya malu karena Owen menertawakan nya. "sudah sudah.. tidak perlu di lakukan jika malu."

Owen menarik tubuh [name] untuk berbaring di sebelah nya, sebelum tidur dia ingin mengobrol sebentar. Menyangga kepalanya dengan tangan kanan sambil menatap netra merah di hadapan nya.

"lengan mu sudah membaik? besok mau bermain skateboard? sudah lama kan.." tanya Owen sambil menyelipkan rambut [name] kebelakang telinga.

"boleh... jika di ingat itu awal kita berteman lagi setelah sekian lama kan."

"iya.. waktu itu kau menjadi gadis yang sombong, dingin, dan jarang sekali tersenyum. Tapi sekarang.. apalah daya jika berada di dekat ku kau malu begitu.." Kekehan lagi lagi terdengar dari bibir Owen.

Menarik tangan kanan [name] yang masih terbalut perban tipis, "Sudah bisa bergerak, tidak perlu memakai penyangga lagi..." [name] mengangguk, Owen membawa tubuh kecil itu kedalam pelukan nya.

"selamat malam sweetie.."

Owen terus mengelus Surai lembut milik pacar nya, menutup matanya untuk menuju ke alam mimpi. Tapi [name] tidak, dia terus membuka matanya. Beberapa menit setelah nya, dia merasa Owen sudah tidur.

Sedikit mendongak dan mendekatkan wajah nya ke wajah Owen, mengecup bibir Owen singkat dan tidak lupa dengan dahi serta pipi. Setelah nya dia langsung kembali memeluk Owen dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria itu.

Pertemanan •𝖂𝖎𝖓𝖉𝖇𝖗𝖊𝖆𝖐𝖊𝖗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang