Ayah [name].

142 36 1
                                    

beberapa hari sebelum nya.

[name] bercerita kepada Owen akan apa yang kemarin ia temukan di dalam peti. Owen awalanya tidak percaya, tapi ketika melihat barang itu semua dia langsung percaya akan pernyataan sang gadis.

"jadi bagaimana?"

"aku mau menemui pak Dallen..."

Owen diam sejenak, "ah! aku tahu apa yang akan kau lakukan!"

"apa?"

"mengajak nya makan."

"bodoh!"








di rumah sakit, kebetulan [name] langsung bertemu dengan pak Dallen di lobi. [name] menunjukkan semua barang barang bukti, dia menjelaskan semua kejadian itu dari awal hingga sekarang.

awalnya memang pak Dallen ragu, tapi akan kesamaan dari fisik [name] membuat nya semakin kuat untuk percaya pada gadis ini.

"jadi pak... saya mohon... semoga anda mau akan melakukan tes DNA.."

"baiklah jika begitu... saya akan melakukan nya..."

singkatnya, saat mereka berdua sudah siap untuk memasuki ruangan itu. [name] memeluk Owen sambil menyembunyikan wajah nya di dada Owen sambil berkata. "takut..."

"sss... tidak apa, mau bagaimana pun hasilnya kau jangan takut ya.. aku di sini."

gadis itu mengangguk kecil dan masuk kedalam ruangan tersebut. Owen yang tidak tahu harus berbuat apa ketika pandangan terakhir nya melihat pintu tertutup.

Duduk di kursi besi di lorong sambil menatapi kedua sepatunya. Bertanya tanya sendiri dan menjawab nya sendiri.

"sepatu.. misalanya memang orang itu orang tua [name].. apakah aku bisa langsung meminta restu?"

"engga ya? jangan buru buru kan... iya tau kok."

wth? gila nih orang.

skip!

[name] keluar ruangan dengan berlari dan langsung memeluk Owen yang masih duduk di sana, Owen tentu saja kaget serta panik di bikinnya. "KENAPA?!"

"kamu bukan anak kandung dia?! kamu anak pungut? kamu kenapa? kamu sakit? kamu kecewa? kamu, kamu, kamu KENAPA?!"

[name] speechless di buat nya, ia menghela nafas lalu duduk di samping Owen. "Aku anak kandung nya..."

"oh.."

tik

tik

tik

"HAH?!"

hening semuanya.

Pak Dallen keluar dari ruangan dengan membawa sebuah surat lalu tersenyum melihat putri nya yang sedang duduk tidak jauh darinya. Entah rasa apa ini, antara tidak terbiasa atau bahkan kaget akan plot twist yang author bikin.

Owen masih ngeleg sama jalan cerita nya, [name] berdiri lalu memeluk ayah nya yang kian lama ia tidak tahu, bahwa ia mempunyai ayah sebaik ini. Terus di badebah kemarin itu siapa?

ya, penasaran ya?! nanti lah.

"Memang tidak salah... kau memang putri ku [name].." gumam nya memeluk sang putri sangat erat.

ini bapak mertua yang asli..

tau lah batin nya siapa itu 🗿
















"jadi begitu ceritanya..." Dallen mengangguk ngangguk dan enggan melepaskan pelukan sang putri nya ketika mendengarkan cerita Owen.

"Semalam ayah mendengar cerita dari mama mu... dia bilang, kamu di culik oleh art di rumah ketika itu, karena dulu ayah gila kerja dan tidak sempat memperhatikan mu... kamu menjadi sengsara seperti ini.. maafkan ayah [name].."

"Tidak... aku juga tidak tahu ini akan terjadi... lalu? kok ayah bisa tahu aku bersahabat dengan Shelly?"

"Tentu.. seperti ini.."
"Dulu ayah kan gila kerja, ibu mu pun begitu.. art itu di kenal sebagai ibumu karena ibu dan ayah tidak pernah kelihatan berada di rumah. Dan saat itu kau di bawa pergi ketika lulus SMP? seperti nya begitu.. ke jepang dan pergi ke Korea ini."

"maka di situ lah kamu menghilang dari Owen dan Shelly. Semuanya berawal dari ayah yang tidak bisa menjaga mu.."

"maafkan ayah sekali lagi nak... ayah terlalu lalai dalam menjaga dirimu."

[name] menghela nafas, memang ini juga menjadi salah ayah nya. Tapi ia bekerja juga untuk menafkahi keluarga nya, "tidak apa ayah... [name] juga meminta maaf... tidak mengenali ayah dari kecil."

"semuanya sudah terjadi.. tidak apa. Tapi jika memang ingin mendengar nya lebih, maka dengarkan saja cerita Owen. Aku sudah tidak mau membahas nya lagi.."

Dallen tersenyum kecil, "sebentar ya.. ayah ada panggilan..."























"cari semua yang bersangkutan akan aniaya putri ku, dan cari tentang biodata dari Choi [name]. Harus lengkap tanpa ada yang tertinggal.

Dan cari tahu akan ayah nya selama ini yang mengaku ngaku.. Dan cari keberadaan bajingan itu berserta istri nya."























Taman rumah sakit terasa indah karena bisa menikmati langit sore, entah kenapa hari ini suasana sangat hangat..

[name] menggenggam kedua tangan wanita yang terduduk di kursi roda tepat berada di hadapan nya. Kaki yang berlutut sambil menatap kedua mata yang berbeda warna.

"Mama..."

"mama memang sudah menduganya.. jika kau memang [name] putriku.."
"m-maafkan ma-"

"tidak perlu minta maaf!"
"semuanya sudah terjadi tanpa kesengajaan.. memang sudah takdir nya seperti ini. Mama... maukah berusaha sembuh untuk [name]? [name].."

Wajah nya menunduk tidak sanggup mengatakan kelanjutan akan kalimat terakhir. Sang Mama tersenyum lalu mengangkat wajah sang buah hati. "Sayang... memang rasanya aneh jika tiba tiba kita bertemu orang yang kita rindukan selama ini.. bahkan Mama tidak percaya jika memang sekarang sudah bertemu dengan orang yang mamah rindukan.. Tapi..

tanda lahir di leher mu itulah yang membuat mama percaya akan keberadaan mu sekarang sudah ada di samping mama..

Terimakasih sayang.. sudah mau mengaku dan.."

[name] menggeleng, "Bukan mengaku.. ini memang kemauan [name].. [name] merasa sangat terikat dengan mama ketika pertama kali bertemu.."























Calon mertua cakep banget... inimah mertua adalah maut.

tau kan batin nya siapa 🗿

#TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pertemanan •𝖂𝖎𝖓𝖉𝖇𝖗𝖊𝖆𝖐𝖊𝖗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang