Chapter 30 - Wanita Binal

3.9K 14 0
                                    

Hari mulai petang.

Rain masih termangu menunggu Beni menjawab pertanyaan pasal pria itu yang datang ke Rumah Sakit Bugenvil untuk menemui ibunya beberapa hari yang lalu.

Senyum simpul terbit di bibirnya saat pria paruh baya di depannya kembali menatap dan mulai membasahi bibir untuk bicara.

"Rain, aku sangat sedih melihat keadaan ibumu. Mengapa kamu tidak mengatakannya padaku sejak awal?"

Mendengar ucapan Beni, Rain sedikit terenyuh. Kepalanya dipalingkan sejenak dari pandangan pria itu.

Dia seperti sedang berpikir hingga kemudian mengembalikan pandangan pada Beni. Pria paruh baya itu masih menatapnya.

"Aku merahasiakan kondisi Nyonya Karina untuk mencegah tanggapan buruk publik. Anda tahu sendiri 'kan kalau keluarga Gumilang cukup dipandang. Aku memikirkan reputasi keluarga Gumilang dan juga kesehatan Nyonya Karina. Oleh karena itu, aku merahasiakannya."

Rain menjatuhkan wajah usai bicara seperti itu pada Beni.

"Aku paham, tapi setidaknya jangan padaku. Aku bukan orang lain bagi keluarga Gumilang. Aku sedikit tersinggung karenanya," tukas Beni lalu memalingkan wajah tampak sedih.

Melihat hal itu Rain menjadi tak enak hati.

Beni dan orang tuanya berteman baik sejak mereka kuliah bersama di London. Begitu yang pernah dikatakan oleh kakeknya.

Namun, ada satu hal lagi yang masih mengganjal di hati Rain. Mengapa Karina menjadi histeris setelah Beni menemuinya?

"Maafkan aku. Namun, aku ingin mulai sekarang Anda tidak perlu mengunjungi Nyonya Karina lagi. Kondisinya selalu memburuk setiap kali bertemu dengan Anda. Aku tak tega melihatnya."

Rain memberanikan diri mengatakan hal ini.

Beni menyipitkan mata mendengar ucapan pria muda itu.

Tak boleh menemui Karina lagi? Sepertinya itu sulit, karena dia selalu ingin melihat penderitaan wanita itu.

Seringai tipis terbit di bibir tebalnya. Namun segera padam saat mata Rain terangkat ke wajahnya.

"Baiklah, tak apa. Aku mengerti. Aku menemui ibumu karena ingin melihat kondisinya saja. Aku berharap Karina segera pulih," ucap Beni dengan wajah tenang.

"Terima kasih atas pengertian Anda. Baiklah, aku harus pulang sekarang."

Rain tersenyum lega. Tubuh tinggi berbalut stelan jas hitam itu bergegas bangkit dari sofa yang dia duduki.

"Pulanglah dan istirahat yang cukup. Kamu satu-satunya penerus keluarga Gumilang. Kamu tak boleh sampai sakit," tukas Beni seraya bangkit dan berdiri di hadapan Rain.

Dia memegang kedua bahu pria itu sambil tersenyum bangga.

Rain hanya menimpali dengan anggukan. Kemudian dia segera memutar tubuh meninggalkan tempat itu.

Beni memandangi punggung Rain yang kian menjauh darinya. Bibirnya mengulas senyum tipis.

Semuanya kini sudah berubah. Tepatnya sejak Rain tumbuh dewasa dan bersekolah bisnis.

Meski dahulu mereka begitu dekat, tapi kini Rain seolah melupakan semuanya.

Beni mengerti. Sebagai seorang CEO perusahaan international yang memiliki banyak cabang pasti tak mudah bagi Rain.

"Rain, aku senang melihatmu sudah menjadi pria yang sukses sekarang."

Beni berucap pelan. Lalu memalingkan wajah guna menyeka titik kecil yang ingin terjun dari balik kacamatanya.

HOT PASSIONWhere stories live. Discover now