Chapter 94 - Insiden Penembakan

124 7 0
                                    

"CEO, apakah Anda akan benar-benar pergi meninggalkan Indonesia?" tanya Emanuel pada pria tinggi yang sedang berdiri di hadapannya kini.

Rain sedang berdiri di tepi garis jendela kamar di penthouse miliknya. Emanuel mendengar kabar jika Karina sempat menemui Rain kemarin sore.

Bahkan, seorang pelayan mengatakan jika Rain sampai berlutut di hadapan wanita nomor satu di keluarga Gumilang tersebut.

Pria berkemeja putih di padukan denim hitam itu masih bergeming di tepi garis jendela. Terdengar Rain menghela napas panjang, lalu memejamkan mata seolah sedang berpikir.

Meninggalkan Indonesia bukanlah keputusan yang tepat. Dia harus tetap di sini, paling tidak sampai Kayla melahirkan. Rain berharap bayi yang sedang wanita itu kandung adalah bayinya. Bukankah itu bagus?

Dengan begitu Kayla pasti akan jatuh ke pelukannya.

"Bereskan semua barang-barang penting milikku. Kita segera berangkat pagi ini," ucap Rain setelah hening cukup lama.

Emanuel dibuat terkejut mendengarnya. "Jadi, Anda benar-benar akan meninggalkan Indonesia?"

Rain tak menjawab. Pria itu hanya tersenyum tipis menanggapi tanpa memberi wajah pada Emanuel. Sementara si asisten masih menunggu jawaban Rain. Apakah pria itu akan benar-benar meninggalkan Indonesia atau Rain memiliki rencana lain?

Di mansion keluarga Gumilang, tampak Kayla yang sedang bicara dengan seseorang lewat sambungan ponselnya. Sambil berdiri di tepi pagar balkon kamar Joshua, wanita itu tampak panik dengan sepasang manik kecokelatan yang berkaca-kaca.

"Baiklah. Aku akan segera ke sana." Kayla tampak frustasi seraya menurunkan ponsel pintar dalam genggaman. Kedua tungkainya terasa melemas dan keringat dingin yang mulai berjatuhan dari semua pori-pori.

Joshua yang baru tiba di kamar sangat terkejut melihat Kayla yang hampir terjatuh. Apa yang terjadi pada istrinya? Dia buru-buru menangkap Kayla, lantas menggiring wanita itu duduk pada sofa panjang di sekitar balkon.

"Kay, ada apa? Kenapa kamu sangat pucat? Apa kamu sakit?" Joshua segera menyerang Kayla dengan banyak pertanyaan dan wajah yang diliputi rasa khawatir. Digenggam erat jemari sang istri seraya menatapnya lembut.

Kayla menggeleng. "Aku harus segera ke rumah sakit sekarang. Papa sedang kritis," lirihnya seraya menoleh ke arah Joshua.

Terkejut sesaat, Joshua segera mengangguk cepat. "Ayo. Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ucapnya lantas membantu Kayla berdiri.

Selanjutnya mereka berjalan bersisian menuju pintu keluar kamar. Joshua menggenggam jemari Kayla sepanjang perjalanan di lorong.

Sang istri sedang sangat panik saat ini. Dia mencemaskan Kayla dan bayinya.

"Mau ke mana kalian?"

Joshua dan Kayla dibuat terkejut saat Karina dan Alex tiba-tiba muncul di hadapannya. Wanita itu menatap Joshua dan Kayla secara bergantian. Alex baru saja melapor jika Joshua dan Kayla akan pergi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Beni.

"Jadi, pria bejat itu sedang sekarat saat ini?" tanya Karina dengan tatapan dingin pada Kayla. Dia sudah tahu jika Kayla bukanlah anak kandung Beni. Jadi, buat apa sang menantu harus melihat kondisi bajingan itu?

"Mom, tolong izinkan aku untuk melihat kondisi Papa. Aku juga harus melakukan tugas terakhirku sebagai seorang anak padanya."

Kayla bicara pada Karina dengan mata berkaca-kaca. Dia agak takut jika wanita nomor satu di keluarga Gumilang itu tak memberinya izin untuk pergi ke rumah sakit.

Meski Beni bukan ayah kandungnya. Bahkan, pria itu yang sudah menghabisi ayahnya. Kayla tetap tak bisa membuang Beni begitu saja dan membiarkan sang ayah seorang diri di saat detik-detik terakhirnya.

HOT PASSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang