Chapter 88 - Keputusan Kayla

187 9 0
                                    

Rumah Sakit Medika Farma malam itu.

Dua orang dokter forensik terlihat memasukkan jenazah ke dalam lemari pendingin. Mereka saling pandang sebelum mengunci rapat lemari pendingin itu.

"Kurasa kita harus segera melaporkan hal ini pada pihak kepolisian," tukas satu orang dokter forensik pada rekannya. Dibuka masker hidung yang menutupi sebagian wajah. Ekor matanya melirik pada rekannya yang sedang melucuti sarung tangan.

"Ya, pihak kepolisian harus segera mengetahuinya." Rekannya mengangguk. Kemudian mereka segera meninggalkan kamar jenazah.

Perbincangan yang aneh. Apa yang mereka maksud? Rupanya jenazah tadi tak lain adalah jenazah Aslam. Pihak kepolisian sedang menunggu hasil autopsi untuk mengusut kasus ledakan mobil BMW hitam yang menewaskan senior bodyguard itu.

Para dokter forensik menemukan banyak kejanggalan dari jenazah Aslam. Ada luka di leher pria itu, juga sisa minuman keras di tenggorokan. Mungkinkah benar dugaan para polisi jika Aslam tewas setelah mabuk sambil mengemudikan mobil?

Kasus ini masih menjadi tanda tanya besar bagi Haris dan Elizer yang menanganinya. Bahkan mereka sudah meminta bantuan pada beberapa rekan detektif untuk mengungkap kasus ledakan mobil BMW hitam tersebut.

Reinata sedang duduk seorang diri di kamarnya. Sudah dua hari wanita itu berada di kastil. Matanya menatap lurus pada layar LED di depannya. Para polisi sedang sibuk mencari tahu motif dari ledakan mobil BMW hitam di tepi jurang.

Oh, shit!

Kenapa para polisi itu tak juga menutup kasusnya? Gila! Jika para detektif juga ikut turun tangan menyelidiki maka, ini tak bagus untuknya dan Aska. Ekor mata Reinata melirik pada pria muda yang sedang meringkuk di tengah ranjang. Percintaan panas baru saja terjadi. Aska tertidur usai memuaskan hasratnya.

"Halo, aku punya kerjaan untukmu." Reinata menghubungi seseorang lewat sambungan ponselnya. Wanita itu menarik seringai tipis pada sudut bibir. Para polisi itu tak memiliki banyak waktu. Kasus ledakan mobil BMW hitam tak akan pernah terungkap.

Paginya di gedung apartemen mewah tiga puluh lantai. Terlihat seorang wanita paruh baya berjalan menuju pintu unit apartemen di mana Kayla tinggal selama dua bulan terakhir. Long dress warna biru tua tampak kontras membalut tubuh proporsionalnya dengan kulit putih bak mutiara.

Rambutnya dicepol dengan hiasan simple. Riasan wajah cukup glamour dengan tas branded di lengan kirinya. Sementara dua orang bodyguard mengikuti dari arah belakang.

Stelan jas hitam dengan dasi warna merah membalut tubuh tinggi kekar para bodyguard. Lencana keemasan Mikro terpasang pada dada kiri mereka. Sudah jelas dari mana orang-orang itu berasal.

"Kalian tunggu di luar. Aku ingin menemui menantuku seorang diri. Aku ingin bicara dengannya empat mata saja." Karina, wanita itu memutuskan untuk menemui Kayla pagi ini. Karina mulai gemas pada Joshua yang tak becus membujuk Kayla untuk tinggal dengan mereka di mansion mewah keluarga Gumilang.

"Baik, Nyonya." Dua orang bodyguard itu segera mundur seraya membungkukan tubuh pada wanita anggun di depannya.

Di dalam sebuah unit apartemen mewah, terlihat Kayla yang sedang bicara lewat sambungan ponselnya dengan Bima. Manager serakah itu benar-benar gila! Bima memintanya datang ke lokasi syuting pagi ini. Padahal, ini hari weekend. Kayla memutar manik matanya bosan dan keki.

"Baiklah, aku akan datang tiga puluh menit lagi." Dengan wajah muak Kayla segera menurunkan ponsel dalam genggaman. Kemudian dimatikan sambungan itu meski Bima masih terdengar mengoceh.

"Ya Tuhan ... Kepalaku sangat pusing. Aku tak mungkin ke lokasi syuting pagi ini. Aku lelah dan butuh istirahat." Kayla menggeleng tampak frustasi.

"Maaf, Nona. Di ruang tamu ada Nyonya Gumilang. Beliau datang untuk menemui Anda."

HOT PASSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang