#62

6 1 0
                                    

Perasaan

Iya aku belajar tentang akal dari plato beberapa saat tadi. Dan mungkin aku jadi terlihat kaku didepanmu. Tapi, entah kenapa kamu menangis dan untuk apa tangisanmu itu. Aku tidak suka melihat tangisan, tapi aku paham apa maksud dari tetesan air mata. Aku hanya ingin mendegar kenapa sebenarnya dibalik itu semuanya. Bukankah aku boleh mendegarnya? 

Bila ingin didengar saja, aku akan mendegar. Toh, aku juga bertanya tentang apakah perlu pendapat? Aku benci diam, jangan menjadi diam didepanku. Aku sudah muak dengan pendiaman. Bila aku begitu aku begitu egois sekali. Kita itu manusia, ada bahasa yang Tuhan ciptakan untuk dirasa walau tanpa bicara. Bahasa hati salah satunya. Lebih jelasnya bahasa perasaan, yang kita ekspresikan lewat panca indra, salah satunya jatuhnya air mata kan. Bila aku salah, wajarlah karena aku dalam proses memahamimu. 

Aku tidak mengerti apakah kita saling memahami. Atau hanya satu pihak saja. Kenapa kamu jadi mudah tersinggung. Aku benci pertikaian yang seharusnya tidak menjadi demikian. Bukanya dimengerti itu lebih baik dari pada hanya omongan semata. Itulah maksduku barusan. Mari berbicara menuju titik temu, bukan titik acuh. Bila kamu tersinggung syukurlah semoga dengan itu kamu berpikir. Kenapa adaku dengamu? Apakah Tuhan hanya iseng saja. Tapi, kurasa tidak demikian. Sungguh. 

Aku pun belajar dari caraku bereaksi pada sesuatu. Apa yang bisa ku kontrol, kita kontrol bukankah begitu? Aku tidak mencegah agar air mata itu tidak mengalir. Tuhan ciptakan itu ada maksud nya. Tapi aku hanya ingin bertanya padamu. Bila pertanyaan ku saja sudah salah, aku jadi tidak tahu harus bagaimana lagi padamu. Aku tidak suka pasanganku tidak bisa diajak bicara. Mengerti bukan? Terkesan egois. Tapi, socrates membangun dunia nya lewat dialog bukan dengan diam. Bila ingin pulang, pulanglah. Aku berdoa semoga ada titik cerah diantara ego dan ketenangan. Aku hanya ingin kita belajar. Ini masih hari - hari setelah kesepakatan itu diikrarkan. Dan aku juga sadar. Mari sadar bersama.


KISAH 100 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang