4

742 90 13
                                    

Xavier tak menyangka jika imbas dari penolakan akan sebegini besarnya untuk si Alpha muda itu. Semalaman, dia rasakan panas menjalar dari ujung kepala hingga kaki seolah tubuhnya terbakar. Baru mereda pagi tadi saat dirinya entah bagaimana bisa tertidur atau mungkin saja pingsan karena sakitnya.

Alpha muda itu basuh rambut jelaganya yang masih meneteskan air. Menatap pantulan dirinya di cermin yang tersedia di kamar mandi. Pandangannya beralih pada tato di bahu kanannya yang semalam berwarna hitam gelap, kini terlihat pudar, seolah dipaksa untuk dihapus namun masih meninggalkan jejak yang cukup jelas.

Pria 24 tahun itu menghela nafas berat. Dipandangnya kembali wajahnya yang terlihat agak pucat pagi ini. Sebelum kembali bersiap memakai pakaiannya untuk menjalan tugasnya.

Aroma masakan yang menguar tercium dengan jelas di pencium tajam Xavier saat pria itu menuruni tangga menuju ruang makan. Semenjak sang ibu tiada, memang ayahnya mempekerjakan pelayan tambahan untuk memasak, mengingat kedua alpha beda generasi itu sama sekali tak ada waktu untuk memasak.

Xavier yang selalu sibuk di perbatasan ataupun area pelatihan dan Samuel yang mengurus beberapa bisnis yang selama ini dia alihkan pada orang kepercayaannya.

Refleks Xavier duduk di sebelah sang ayah saat dia tiba di meja makan. Diliriknya sang ayah yang terlihat menyeruput secangkir kopi dengan Ipad di tangannya.

Melihat kedatangan sang putra bungsu, Samuel mengalihkan fokusnya. Menatap sang anak yang terlihat polo shirt putih sederhana dengan celana kain hitam, membuat pria paruh baya itu mengernyit heran.

"Kau tidak ke kuil hari ini?" Tanyanya

Kaum werewolf memang memiliki kebiasaan setiap kali bulan purnama mereka akan berbondong-bondong ke kuil untuk berdoa, dipimpin oleh sang pemimpin pack. Konon katanya saat bulan sedang fase penuh Moon Goddess akan turun untuk memberkati para werewolf.

Sementara Xavier sendiri memang memiliki kebiasaan setiap minggu untuk berdoa di kuil. Dan bahkan kebiasaan ini sudah menjadi rahasia umum di pack. Kebiasaan yang tertanam sejak dini oleh sang ibu dan terus alpha muda itu lanjutkan.

"Ahh, hari ini minggu ya." Gumam Xavier malah membuat sang ayah mengernyitkan kening.

"Kau baik-baik saja? Tidak biasanya, kau pelupa begini jika menyangkut ke kuil."

Mendengar ini Xavier tersenyum tipis sebelum menjawab sang ayah "Aku baik-baik saja, ayah. Mungkin hanya terlalu kelelahan."

Bohong tentu saja, mana mungkin dia baik-baik saja setelah rentetan kejadian semalam? Alpha muda itu hanya tak ingin sang ayah khawatir. Terlebih dirinya sudah berjanji pada Elder barunya untuk menutupi semua ini.

Obrolan itu terhenti begitu, beberapa hidangan sudah mulai di bawa oleh maid. Keduanya menyantap hidangan dengan diam tanpa perbicaraan sedikitpun.

****

Sesuai dengan kebiasaannya, Xavier tak langsung menuju arena pelatihan guard ataupun perbatasan seperti biasanya. Alpha itu melajukan kemudi mobilnya ke salah satu kuil yang memang di bangun khusus di daerah pinggiran hutan milik Blue Moon Pack.

"Selamat pagi, Kapten Xavier." Sapaan dari penjaga kuil yang sudah familiar di dengan oleh Xavier

"Selamat pagi, Tuan Ben." Balasan Xavier dengan senyum tipis

"Saya pikir, Kapten Xavier datang bersama Elder Orion. Ternyata Elder datang sendirian."

Gerakan Xavier yang sedang menyiapkan persembahan terhenti mendengar kalimat dari Tuan Ben, si penjaga kuil.

"Elder tadi kemari?" Tanyanya

"Benar Kapten, karena itu saya kira beliau datang bersama kapten. Saya cukup kaget melihatnya, biasanya yang datang ke kuil tiap minggu itu hanya anda." Jelasnya

AlphaWhere stories live. Discover now