FRIGHT

70 4 0
                                    

BRUK. Naruto Uzumaki dikejutkan badan bongsor yang tiba-tiba ambruk. Tepat ketika membuka pintu, seorang pengunjung rutin hilang keseimbangan.

"Oi, panasmu tinggi sekali!" pekiknya memapah tamu, "akan kutelpon Mikoto-san kau sa-"

"Dame! Hah.. hah.. daijoubu desu"

"Teme! Apa yang kau lakukan sampai sakit begini? Bisa-bisa Mikoto-san berang padaku"

Sasuke Uchiha tak membalas. Napasnya tersengal-sengal seolah pasokan udara menipis. Dunia dalam penglihatannya jungkir balik memusingkan kepala.

"Mattake! Kau terlalu gegabah" umpat Naruto usai mendengar bagaimana semua bermula.

Tak ada jeda istirahat. Waktunya tercurah penuh pada kekasih hati yang baru kembali. Belum lagi kerepotan menuruti bocah manja sebelum pergi jauh.

Menyuruh sahabatnya mengisi perut sejenak, Naruto kemudian mengompres kening si dokter sembrono. Membiarkannya tidur dengan tenang. Prihatin, kawan lamanya itu memang kelimpungan sejak Sakura dewasa memperlihatkan batang hidung belakangan ini.

Keterlaluan!

Sedikit kesal, Naruto bertolak ke rumah sakit. Apa-apaan perempuan itu. Menghilang tanpa jejak kemudian mendadak pulang dan menyusahkan karibnya.

Beruntung ketika kakinya menjejakkan rumah sakit, jam berkunjung telah tersedia. Alasannya bukan menjenguk Sacchan, sebab tau gadis kecilnya sedang tidur di kisaran jam sekarang. Bukan pula mengunjungi Hinata Hyuga, karena hafal betul jadwal shift perawat muda incarannya.

Menggerutu sepanjang perjalanan. Naruto benar-benar ingin melabrak teman masa kuliah dulu. Tapi tunggu. Semakin dekat semakin langkahnya melambat. Ia terperdaya keraguan. Benarkah Sakura masih hidup?

Menggigit bibir bawah, takut-takut Naruto menyibak kelambu di suatu bangsal perawatan. Nomor dua dari pojok, ingatnya saat resepsionis menjelaskan. Bulatan akuamarin membelalak. Terdengar senandung lagu yang sering keluar dari lisan Sakura.

'Nee kikoe masu ka?'

"Sakura? Saku.. kau? Bagaimana bisa?" niat marahnya berganti dengan haru. Tidak menyangka pada pemandangan di depan mata.

"Siapa kau? Mana Sasuke-kun?" bukannya menjawab penasaran Naruto, Sakura malah menodong pertanyaan.

"Heh~ kau bercanda sampai bisa melupakanku" laki-laki pirang nyengir setengah bingung, "aku Naruto. Ya.. orang.. yang.. terakhir bersamamu"

Terbata, ulasan peristiwa tujuh bulan lalu melintas di kepala. Naruto malu menaruh muka. Mengingat kesalahan membiarkan Sakura sendiri tanpa mengetahui peringatan tsunami. Agaknya cukup menyakitkan ketika seluruh kru selamat, kecuali Sakura.

Hari itu, Sakura yang baru selesai pemotretan, tertidur di kamar pribadi. Setengah jam kemudian, kru yang sedang berpesta tiba-tiba merasakan getaran pada tanah. Seruan gempa bumi disiarkan di mana-mana.

Sontak kerumunan di bibir pantai bubar. Panik, mereka mengevakuasi diri masing-masing. Melupakan model cantik yang sedang pulas di ruangan terpisah. Dalam hitungan beberapa menit, gempa yang baru usai disusul tsunami dengan gelombang setinggi enam meter.

"Maaf saat itu aku meninggalkanmu" sesal Naruto tak mampu menatap bulatan emerald, "aku egois tak sempat memberitahu kalau ada gempa"

Tersenyum simpul, Sakura seakan sudah mengikhlaskan, "mau bagaimana lagi. Yang berlalu biarkan saja"

"Hounto ni.. gomennasai!" tetap tidak enak hati, Naruto membungkukkan badan.

"Mou mou. Aku paham waktu itu sedang kalut. Semua berusaha mencari selamat" Sakura mengibas-ngibaskan tangan. Tidak mau membahas terlalu panjang, ia beralih topik, "tokorode, mana Sasuke-kun?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 23 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

True Love of UsWhere stories live. Discover now