15

25 9 2
                                    

Pintu yang tertutup itu, Renjun buka.

Nuansa gelap mendominasi ketika pintu terbuka dengan sempurna.

Helaan nafas lelah Renjun hembuskan, pasti ini ulah Dara Ibunya.

Berjalan perlahan, Renjun melangkah menuju tembok, ia hendak mencari sakelar guna menghidupkan lampu yang mati di kamarnya.

Cetrekkkk ..

Bunyi sakelar tentunya.

Seketika kamar gelap itu berubah terang dan di penuhi cahaya.

Tapi,

" Astaga ... "

Kaget Renjun, ketika ia melihat sosok gadis yang selama ini mengganggunya sudah duduk di atas tempat tidurnya.

Wajah gadis itu terlihat datar. Renjun yakin, siapa pun yang melihatnya pasti akan melarikan diri.

Wajahnya tak rusak, hanya saja wajah pucatnya itu terlihat begitu dingin.

Rasa takutnya yang memang sudah menghilang entah sejak kapan, Renjun mendesah pelan dan kemudian menatap gadis misterius itu.

Yang di tatap menunduk dengan rambut terurai dan menutup sebagian wajahnya, Renjun pun mulai melangkah mendekati.

" sebenarnya mau kamu itu apa ? " tanya Renjun kali ini dengan panggilan yang cukup sopan.

Tak ada jawaban tentunya, Renjun tentu saja sudah menduga jika ia tidak akan mendapat jawaban.

Renjun menghela nafas, kemudian ia melirik ke arah pintu kamarnya yang terbuka lebar.

Renjun sekarang memikirkan, takut jika tiba-tiba ada yang datang ke kamarnya dan melihat dirinya tengah berbicara sendiri, dan hal itu tentu saja akan membuat seisi rumah gempar, mereka akan merasa takut untuk sekedar berdiam diri di rumah.

" kalau emang kehadiran kamu cuma buat ganggu aku, aku minta dengan sangat tolong pergi dan jangan muncul lagi " kata Renjun lagi, bahkan dengan lebih berani.

Gadis misterius itu menggerakan kepalanya yang tertunduk. melihat itu, Renjun menatap penuh waspada.

Bisa saja kan Renjun di buat terkejut oleh gadis itu dengan cara merubah wajahnya yang pucat itu dengan wajah menyeramkan.

Rasa waswas masih iya tunjukan, Renjun merasa lega ketika gadis itu tak merubah wajahnya menjadi menyeramkan.

Kedua mata itu bertemu. Tapi, jangan berharap ada adegan romatis dimana si pria akan terhipnotis dengan tatapan gadis di depannya.

Renjun menggelengkan kepala, kemudian menatap jengah pada gadis misterius itu.

" cape gue lu gak jawab-jawab, sekarang malah ngeliatin " cara bicara renjun kembali berubah.

" renjun kamu ngomong sama siapa ? " teriakan Dara dari luar kamarnya membuat Renjun terkejut.

Dengan tergagap ia pun menjawab pertanyaan Ibunya, tentu saja di jawab dengan kebohongan.

" Ini Bu, lagi ngobrol sama Jeno di telephone. "

Tak ada lagi teriak Ibunya, Renjun kembali menatap jengah gadis itu.

Renjun memutar bola matanya malas, " elu sih, ampir aja gue bikin gempar satu rumah lagi "

Gadis itu hanya diam, Renjun di buat berdecak lidah. Jengah, kesal, dan gemas. Jika bisa di sentuh mungkin gadis itu sudah Renjun lempar keluar melalui jendela kamarnya.

" kalau lu gak mau ngomong mending pergi sana, gue mau ganti baju, apa lu mau liat gue ganti baju "

Masa bodo, Renjun benar-benar sudah tak perduli. Meski tahu jika di hadapannya bukan manusia, Renjun malah bertingkah.

Tak ada respon gadis itu tetap diam dengan menatap Renjun.

Renjun kembali memutar bola matanya malas. Mengabaikan, Renjun melangkahkan kakinya meninggalkan gadis itu menuju lemari pakaiannya.

Sembari melangkah, kepala Renjun masih tertoleh pada gadis yang masih setia duduk di atas tempat tidurnya.

Renjun mengdikan bahunya, kemudian ia membuka lemari pakaiannya. Mengeluarkan satu kaos rumahan, Renjun kemudian kembali berbalik guna melihat gadis itu. Tapi, gadis itu sudah tak terlihat lagi.

Renjun melirik kesana kemari, mencari keberadaan gadis itu. Tapi, tak terlihat.

Renjun terkekeh geli sembari menggelengkan kepala.
" gue kira yang udah mati gak akan ngerasa malu liat orang ganti baju " katanya sembari menyeselaikan urusannya yaitu berganti pakaian dari seragam sekolah ke setelan rumahan.


..

Sore hari, setelah beristirahat Renjun melangkah turun ke lantai dasar rumahnya.

Yang ia lihat pertama kali saat turun memijakkan kakinya di lantai bawah adalah sang adik yang tengah duduk santai beralaskan permadani dengan cemilan dan tv yang menayangkan sebuah drama.

Renjun melangkah menghampiri.

Tanpa membuat terkejut, Renjun duduk di samping Jiya, kemudian ikut menikmati cemilan milik adiknya itu.

Tentu saja respon tak baik langsung Renjun dapatkan dari Jiya, tatapan horor dan menusuk langsung Jiya berikan ketika Renjum mulai menguyah satu demi satu cemilan Jiya.

" mata elu keluar entar, pelit banget. "

" punya duit beli " sindir Jiya, sembari mendengus lalu menjauhkan cemilannya dari Renjun.

" nanti gue beli sama pabriknya kalau udah kaya. "

Jiya tertawa meremehkan " kapan Abang kayanya, uang aja masih minta dari Ayah. "

" entar, gue nikah dulu sama kunti cantik biar bisa kaya " celetuk Renjun asal bicara.

Sontak Jiya bergidik ngeri. " mana ada Abang, gak usah mengada-ngada. "

" ada, liat aja di film-film "

Jiya memutar bola matanya malas, " itu film bukan nyata, udah deh sana pergi ganggu anak perawan aja. " usir Jiya dengan gaya angkuh khas perawan yang ia tunjukan pada sang Kakak.

Renjun terkekeh geli, " perawan pitik elu mah. "

Jiya mengeretakan giginya, kedua telapak tangannya pun terkepal kuat, beberapa detik lagi ia siap memukul wajah tampan Kakaknya. Tapi, tak terlaksana, Renjun bergegas berdiri dan kemudian berlari menghindari amukan sang Adik.

" Abanggg .... " teriak Jiya,

Renjun yang sudah berada di luar rumah, tertawa mendengarnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

makhluk manis halte bus !!Where stories live. Discover now