2. HYT; maka cintai sampai hancur

14 1 0
                                    

“Bisa kamu tetap tinggal?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Bisa kamu tetap tinggal?”

“Jangan pergi, Nat.”

Kalara kembali menenggelamkan kepala ke dalam air begitu ingatan perihal perkataan Kalan seusai menciumnya semalam kembali terlintas.

Sekarang pukul setengah enam pagi, matahari bahkan masih malu-malu ketika memunculkan diri, tapi Kalara sudah bolak-balik melintasi kolam renang tanpa kenal dingin. Entah sudah berapa putaran yang dirinya dapatkan pagi ini, yang jelas, hal itu tidak cukup mampu untuk menghilangkan ingatan semalam.

Semalam, ya?

Seharusnya Kalara tahu jika orang mabuk bisa melakukan apa saja di luar kesadaran mereka. Bodohnya Kalara justru terbuai. Ketika Kalan mendaratkan bibir pada miliknya, Kalara memang sempat terkejut, tapi kemudian letupan bahagia itu muncul. Perempuan itu malah menikmatinya dan tak ragu untuk membalas ciuman Kalan. He kissed her softly and gently. Mata yang tertutup, tangan yang menangkup pipinya hangat, aroma alkohol yang menguar dari bibir Kalan, Kalara menikmatinya. Tidak ada kesan terburu-buru, apalagi menggebu-gebu. Kalan benar-benar menciumnya dengan lembut, hati-hati dan penuh kasih, seolah seluruh perasaannya tercurah di sana.

Kalara benar-benar terbuai hingga tidak sadar jika yang menciumnya adalah orang yang tengah mabuk. Lantas ketika Kalan melepas ciumannya dan membisikkan kalimat itu, Kalara serasa langsung dijatuhkan dari langit. Bahagia yang sempat bersemayam sontak sirna.

Nat?

Bahkan dalam kondisi tidak sadar pun, yang Kalan ingat tetap Nata.

Kalara merasa begitu konyol dan menyedihkan. Bisa-bisanya dia menikmati ciuman itu di saat dia tahu bahwa Kalan tidak dalam kondisi sadar ketika melakukannya? Laki-laki itu bahkan tidak bisa membedakan mana dunia nyata dan bukan.

Sebagai orang dengan kesadaran penuh, Kalara seharusnya mencegah hal itu terjadi. Dia seharusnya tidak terhanyut apalagi sampai menikmati ciuman itu. Sekarang lihat, saat semuanya sudah telanjur terjadi, Kalara justru merasa tersakiti. Padahal jelas-jelas dia yang menggali lukanya sendiri.

Are you seriously swimming this early in the morning?

Suara itu bikin pergerakan Kalara terhenti. Kalara mengusap wajah dan mendapati sosok laki-laki berkaus hitam sudah berdiri di dekat kolam.

“Sehat renang pagi-pagi, Mas,” balas Kalara acuh tak acuh menanggapi ucapan kakak sepupunya—Janied. Perempuan itu kembali melanjutkan kegiatannya tanpa peduli pada eksistensi Janied.

Tadi malam Kalara menginap di rumah Janied. Dia terlalu kacau untuk pulang ke rumah. Papanya pasti akan khawatir jika mendapatinya pulang dalam keadaan penuh tangis, belum lagi deretan pertanyaan yang pasti akan dirinya dapatkan. Dan Kalara menghindari itu.

Karena di antara keluarga besarnya dia paling dekat dengan Janied—Kalara tidak memiliki saudara kandung, omong-omong—dan laki-laki itu selalu mengerti kondisi dirinya, makanya Kalara memilih untuk mendatangi rumah Janied. Kalara tidak menghubungi Janied sebelum datang, jadi dia merasa beruntung begitu mendapati laki-laki itu ada di rumah, di saat biasanya Janied selalu sibuk dengan pekerjaannya di kantor.

Hold You TightWhere stories live. Discover now