14

451 22 3
                                    

Woy!! Happy 2k readers! Thank you teman-teman onlen ku sudah mampir ke cerita gaje ini. LOVE yoU OLL🖤🤏

Sebelum membaca jangan lupa vote dulu. Selamat membaca💗

___________

Akhtar pulang tepat pukul sepuluh malam. Saat membuka pintu ia melihat suasana yang begitu sunyi. Cowok itu langsung melangkah ke kamar dan ia menemukan Khansa yang tertidur di meja belajar.

Akhtar mendekat, cowok itu melihat apa yang sedang gadis itu lakukan sampai ketiduran, ternyata gadis itu tengah membaca novel.

Akhtar menepuk bahu Khansa dengan pelan.

"Sa," tidak ada respon.

"Sa, bangun,"

"Emmm.." Khansa hanya menggumam tidak jelas.

Akhtar menepuk bahu Khansa lebih keras. "Khansa bangun, kalau mau tidur pindah ke kasur,"

Khansa membuka matanya perlahan saat mendengar suara. Gadis itu menyipitkan matanya menyesuaikan cahaya lampu yang terang.

"Pulang lo?" Tanya gadis itu setelah matanya terbuka lebar, ia memandang Akhtar yang berdiri di sampingnya.

Akhtar mengerutkan dahi. "Ini rumah gue," ucap cowok itu.

Khansa mengerjapkan matanya. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul, jadi masih sedikit ngelag.

Akhtar mendengus sebelum melangkah ke kamar mandi.

Khansa menatap punggung Akhtar sampai punggung itu menghilang di balik pintu kamar mandi masih dengan mengerjapkan matanya.

Beberapa menit berlalu, Akhtar keluar dari kamar mandi. Cowok itu langsung melangkah ke ranjang dan mendudukan tubuhnya di sana.

"Stop liatin gue," ucap cowok itu melirik Khansa sekilas.

"Lo marah ya? Jangan marah dong," Khansa menatap Akhtar dengan wajah tertekuk.

"Iya gue salah, nggak seharusnya gue kaya tadi, apalagi sama cowok," ujar gadis itu dengan lesu.

Khansa menunduk memainkan jemarinya. Ia lelah, ia ingin bebas, tapi takdir membuatnya memiliki ikatan dengan Akhtar. Khansa merasa ia belum siap, tapi ia mengakui dengan adanya Akhtar hidupnya tidak terlalu sepi. Tapi tetap saja ia merasa kesal jika harus di atur, ini, itu.

Air mata gadis itu menetes. Karena emosi yang ia tahan, tanpa sadar Khansa meluapkannya lewat tangis. Sejak tadi pikiran negatif terus menghantuinya. Pikiran tentang Akhtar apakah akan meninggalkannya dan membiarkan dia hidup sendirian karena tingkahnya ini. Dan saat sekilas pikirannya juga tertuju pada Mentari yang sangat terlihat serasi jika di sandingkan dengan Akhtar membuatnya bertambah frustasi. Ia berusaha mengalihkan pikiran-pikiran negatif nya dengan membaca novel selagi menunggu cowok itu pulang dan berakhir ia sampai ketiduran. Dan sekarang, saat Akhtar pulang malah ia kembali merasakan emosi itu.

Akhtar yang heran karena gadis itu tiba-tiba diam langsung memandangnya. Terlihat Khansa tengah menunduk dan bahunya terlihat bergetar. Akhtar langsung menghampiri gadis itu dengan khawatir.

"Kenapa?" Tanya Akhtar mengusap kepala Khansa lembut.

"Kangen ayah sama bunda," gumam gadis itu di sela sesenggukan. Memang ada rasa rindu yang cukup besar dari Khansa untuk kedua orang tuanya, namun tidak sebesar overthinking nya.

Akhtar menarik tubuh Khansa untuk ia peluk. Cowok itu tengah berdiri di samping Khansa yang duduk di kursi belajar.

"Gue cape, Tar. Jangan diemin gue terus," rengek gadis itu tidak jelas karena wajahnya ia sembunyikan di perut Akhtar.

Akhtar & KhansaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang