Jalan cerita 31

23 2 0
                                    

Aku nggak tau kenapa kalian susah banget untuk nyempetin vote?




["Kebahagiaan ku berubah jadi ketakutan"]


••••

HBM🤍💐

••••

Ceisya merebahkan tubuhnya di atas kasur king size kedua orang tuanya. Tubuhnya lelah akibat melaksanakan perintah mamanya. Tapi, ia lakukan semua dengan hati yang gembira mengingat papanya akan pulang dari rumah sakit hari ini.

Ia melihat smartphone nya dan menghubungi para sahabatnya. Ceisya tak berharap banyak mengingat ini belum jam makan siang. Mungkin sahabatnya masih sibuk. Tapi, ternyata panggilan video yang ia lakukan dengan cepat terhubung kepada sahabat-sahabatnya.

Ceisya membenarkan posisinya dan duduk agar lebih  nyaman. "Hai," sapa Ceisya.

"Cece" teriak Thara dengan nada yang dipanjangkan.

Ceisya tersenyum melihat tingkah lakunya yang sudah sangat dirindukannya.

"Hai, Ce. Kapan balik ke kost, Lo? Kangen banget tau," Alka mengerucutkan bibirnya.

Ceisya terkekeh mendengarnya. Meskipun, ia merasakan hal yang sama. Ceisya merindukan kedua sahabatnya, pekerjaannya, terlebih suasananya.

"Belum tau. Papa juga baru pulang, kan. Gue juga sebenarnya pengin balik, nggak enak juga sama kak Jef."

Kedua sahabatnya mengangguk paham dari yang dilihat Ceisya melalui video call.

"Tapi, balik ke kost, kan?" tanya Thara.

Ceisya diam untuk sesaat. Ia tak bisa menjanjikan itu untuk sahabatnya. Melihat bagaimana kondisi papanya yang sepertinya sudah seharusnya Ceisya yang turun tangan langsung di toko roti kedua orang tuanya.

Sebenernya Ceisya juga sudah mengatakan hal itu kepada sahabat-sahabatnya. Namun, Ceisya belum membuat keputusan. Ia masih berpikir.

"Ce?"

"Hm? Kalo untuk itu gue belum tau. Tapi, kalo boleh jujur ya gue pengin banget lah balik,"

"Gue doain aja semoga keputusan apapun lo nanti, itu yang terbaik buat semuanya." Alka tersenyum setalah mengatakannya. Walaupun, ada yang mengganjal di hatinya mendengar ungkapan Ceisya.

"Aamiin,"

"Eh, bentar nyokap telepon. Udah dulu, ya."

"Oke, bye,"

Ceisya langsung menjawab panggilan dari mamanya. Meskipun, ia bingung untuk apa mamanya ini menelpon dirinya. Apa untuk mengingatkan lagi, agar membersihkan kamar?

"Hallo, Ma?"

"Maaf, apa ini keluarga dari bapak Akshar?" tanya seorang wanita yang suaranya tampak asing bagi Ceisya.

Ceisya mengernyitkan dahinya. "Iya, saya anaknya. Ini siapa, ya?"

"Sebelumnya saya ingin menyampaikan kepada anda, bahwa pak Akshar dan ibu Retta mengalaminya kecelakaan. Dan sekarang berada di rumah sakit Healthy Medica,"

Tubuh Ceisya seperti kehilangan kesadarannya. Otaknya ikut mencerna. Air matanya luruh begitu saja, hatinya terasa sesak, pikirannya bercabang entah kemana.

Ia menangis sendirian dengan keras. Takut, khawatir, bingung semuanya menjadi satu di dalam hati perempuan ini.

Ia melihat smartphone nya yang berdering.

"Hallo?" ucap Jazziel lebih dulu.

Bukannya mendapat jawaban. Ia justru mendengar sebuah isakan dari seberang. Suaranya juga terdengar tercekat dan bergetar.

"Kamu kenapa?" tanya Jazziel dengan khawatir.

"El... Aku takut..."

"Kamu dimana?" tanya Jazziel yang sudah khawatir setengah mati ketika mendengar perempuan yang dicintainya menangis dengan keras, walaupun hanya terdengar dari panggilan telepon.

Sekitar sepuluh menit Jazziel sampai di rumah Ceisya yang sebelumnya sudah diberitahukan perempuan tersebut. Jazziel menerobos ke dalam rumah. Sebelumnya ia sudah mengetuk pintu untuk beberapa kali, tapi tak ada jawaban.

Lelaki itu menelusuri segala ruangan. Hingga akhirnya menemukan Ceisya yang tengah menangis dengan meringkuk di salah satu kamar.

Setelah berhasil menemukan keberadaan Ceisya, mereka langsung menuju ke rumah sakit tempat orang tua Ceisya di rawat.

Sesampainya di sana, Jazziel dan Ceisya langsung menuju ke tempat di mana Akshar dan Retta dirawat. Keduanya di antar oleh seorang perawat.

Akshar dan Retta dirawat berdampingan. Tampak banyak sekali alat medis yang tertempel ditubuh sang papa. Sedangkan, Saras tampak memakai oksigen dan terdapat luka di kepalanya.

Melihat itu, Ceisya tampak lebih takut dan khawatir. Ini pertama kalinya bagi Ceisya melihat kedua orang tuanya terbaring lemah tak berdaya.

"Mama, Papa," panggil Ceisya begitu melihat kedua orang tuanya.

Sedangkan Jazziel juga tak kalah terkejut melihatnya. "Pak Akshar, Bu Retta?"

••••

Wadidaww...nggak nyangka udah 1k pembaca aja

Terima kasih yg udah nyempetin baca dan terus setia baca cerita ini✨

Aku berharap cerita ini bisa makin rame yg baca dan votenya juga

Aku usahain lebih sering up juga deh kalo banyak yg vote ataupun komen

Komen atau vote kalian entah kenapa bikin aku happynya itu double gitu...

Bukan berarti aku nggak happy juga ya kalau kalian baca sampai selesai
Cuma rasanya happy nya beda aja
gitu kalo ada yg vote😚

Loveeee youuu Pearcly💐🖤

Hi, Bye MantanWhere stories live. Discover now