Chapter 53 - Tak Tahu Diri

517 8 0
                                    

Angin bertiup kencang sore itu. Pohon-pohon mahoni di pelataran mansion Danuarta bergoyang diterpa embusannya.

Matahari mulai condong ke barat saat mobil Rolls Royce Phantom hitam yang dikemudikan oleh Brazil tiba di pelataran mansion.

"Anda tak perlu cemas, CEO. Orang-orang Metro sudah mengurus semuanya."

Brazil menoleh ke arah bangku tengah mobil di mana pria jas hitam sedang bersiap untuk keluar mobil.

"Bagaimana dengan Maya? Apakah dia masih shock?" tanya Joshua seraya mengendurkan simpul dasi motif garis yang melingkar di kerah kemejanya.

Kematian Sela masih menjadi misteri. Entah siapa pelakunya. Namun dirinya merasa bersalah atas semua ini.

Meski niatnya ingin membalas dendam pada Gunawan, tetapi melihat kematian Sela yang tragis dia benar-benar tak tega.

Joshua punya cara sendiri untuk membalas dendam pada Gunawan, bukan dengan cara keji seperti itu.

"Maya masih trauma. Saya dengar pihak kepolisian sedang mengusut kasus ini. Mohon maaf, CEO. Mungkin mereka akan datang untuk meminta keterangan pada Anda juga," tukas Brazil lantas memalingkan wajah dari tatapan Joshua.

Dia bergegas keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk CEO.

Joshua tak mengatakan apa pun lagi. Wajahnya tampak pucat saat dia keluar dari mobil. Pihak kepolisian akan datang meminta keterangan?

Ya Tuhan ...

Kenapa dirinya merasa tersudut dan bertanggung jawab atas kematian Sela?

Mungkin karena dirinya yang sudah membelikan unit apartemen itu untuk Maya dan Sela.

Dengan rasa gusar, Joshua berjalan cepat memasuki mansion. Endrike memasang senyum manis saat berpapasan dengannya di lorong lantai dua.

Pelayan itu memang kerap kali menatapnya dengan tatapan yang aneh.

Tak seperti tatapan seorang pria pada pria lainnya, melainkan tatapan seorang wanita pada seorang pria yang dia sukai.

"Apakah Nona Muda sudah kembali?" tanya Joshua pada Endrike.

Dia berpaling pandang pada arloji limited edition yang melingkar di pergelangan kirinya guna menghindar dari tatapan aneh si pelayan.

"Nona Muda berada di kamarnya sepanjang hari. Beliau tak pergi ke mana pun," jawab Endrike seraya memandangi pria tampan di hadapannya kini.

Dia menelan ludah kasar saat melihat bibir basah Joshua ketika berucap. Bibir yang teramat seksi, pikirnya mulai kotor.

"Tak ke mana-mana seharian? Aneh sekali."

Joshua mengangkat sepasang matanya pada Endrike sesaat sebelum membuang wajah jauh-jauh saat pria tulang lunak itu membalas tatapannya.

"Benar, Tuan Muda. Nona Muda hanya berdiam di kamarnya seharian setelah seorang pria paruh baya menemuinya tadi pagi," balas Endrike. Kali ini sambil meremas-remas kain lap di tangannya.

Bibir dan tatapan Joshua benar-benar membuatnya tak tahan.

"Seorang pria paruh baya? Siapa dia dan mau apa menemui Nona Muda?" Joshua bertanya lagi.

Tadinya dia ingin buru-buru pergi dari hadapan pelayan aneh itu, tetapi ucapan Endrike membuatnya heran dan didera rasa penasaran.

"Entahlah, saya tidak menyimak perbincangan mereka. Hanya yang saya tahu, pria itu bernama Gunawan Wiratmaja. Dia mengaku-ngaku sebagai paman Anda!"

Joshua sangat terkejut mendengarnya.

Apa?

Paman Gunawan datang ke sini? Beraninya pria itu!

HOT PASSIONWhere stories live. Discover now