Naruto membuka kedua kelopak matanya karena merasa terusik oleh silaunya mentari pagi.
Yang pertama kali dilihatnya adalah dinding hitam.
Tunggu! Sejak kapan kamar Hinata berdinding hitam?
Kantuk langsung menghilang, dengan spontan bangkit dari tempatnya berbaring.
Naruto mematung saat melihat Sai yang tidur tidak mengenakan pakaian atas disamping ia berbaring.
"SAI!" Naruto berteriak.
Sai terbangun karena teriakan itu. Mendudukkan dirinya di atas kasur, dan menguap lebar. "Ada apa?"
"Bagaimana bisa aku disini?"
"Kamu tidak ingat yang semalam?"
Naruto menggelengkan kepalanya, "A-apa yang terjadi semalam?"
Sai tersenyum jahil, "Jahat sekali..."
"Katakan! Apa yang terjadi!"
Sai pun langsung tertawa keras.
Naruto menaiki kasur lagi dan dengan keras menghempaskan tubuhnya di atas tubuh Sai.
Sai meringis. "Sial!"
"Rasakan itu!"
Naruto hendak berdiri dari tubuh kokoh itu, tetapi kakinya ditahan tangan Sai. Sehingga membuat Naruto menindih tubuh Sai kembali.
"Akhhh! Kamu curang, Sai!"
Sai tersenyum remeh. Kedua tangannya memeluk tubuh mungil Naruto.
Naruto memberontak dalam pelukan Sai. "Lepaskan!"
"Kamu sendiri yang datang ke dalam pelukanku, Naru-chan."
"Lepaskan!" Naruto terus memberontak. Lutut kanannya menendang paha Sai.
Sai langsung melepaskan pelukannya dan segera mengeluh sakit.
Naruto berdiri, dan turun dari kasur untuk menjauhi Sai.
"Kamu kemarin di dekatin tiga orang mabuk saja meringkuk ketakutan, tetapi berani menendang paha orang yang datang menyelamatkanmu." Sai mendudukkan dirinya dan mengelus pahanya yang terasa sakit hingga ke tulangnya.
Naruto berdecak kesal, "Menyebalkan!"
Naruto berjalan keluar kamar.
Tetapi, dua menit lagi ia kembali masuk ke kamar. Tersenyum malu-malu.
"Sai, aku tersesat!"
Sai pun berdiri dari tidurnya. Menarik lengan kanan Naruto dan menyeretnya keluar kamar menuju lantai 1.
Sesampai di lantai 1. Naruto langsung bertanya pada Sai, "Dimana kamar mandinya?"
"Itu." Sai menunjuk di sebelah kiri mereka berdiri.
"Aku numpang mandi, ya!"
Sai mengangguk.
Naruto pun memasuki kamar mandi tersebut, sedangkan Sai mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Berniat menunggu Naruto selesai mandi.
Setengah jam Sai menunggu, akhirnya pintu kamar mandinya terbuka dan menampilkan sosok Naruto yang sudah mengenakan pakaiannya yang basah.
"Kamu tidak mengeringkan tubuhmu?" Sai bertanya.
"Tidak. Aku bahkan tidak membawa handuk."
"Pakaianmu sangat basah."
"Nanti juga kering."
"Lepaskan pakaianmu. Aku akan mengambil pakaian kering untuk kamu kenakan." Sai berjalan menaiki anak tangga.
Naruto berjalan mendekati sebuah lukisan indah yang berada di ujung bawah tangga. Menatap kagum pada lukisan tersebut. "Bagus sekali..." gumam Naruto.
Naruto merasa sedikit menggigil pun langsung melepaskan seluruh pakaiannya. Melipat dan meletakkan pakaian basah di depan jari kakinya.
Naruto menatap kembali lukisan tersebut.
"Kamu menyukai lukisan itu?" suara Sai dari belakang membuat Naruto kaget.
"S-sai! Kamu mengangetkanku!" Naruto mengelus dadanya yang telanjang.
"Aku tidak bermaksud. Apakah kamu menyukai lukisannya?" Sai mendekati Naruto.
Naruto mengangguk.
"Apakah kamu berminat melihatku melukis secara langsung?"
"Kapan?"
"Sekarang."
Naruto langsung mengangguk dengan semangat.
"Baiklah." Sai berjongkok untuk mengambil cat hitam dan dua kuas di lantai samping lukisan tersebut diletakkan.
Sai pun berdiri dengan membawa barang yang diambilnya. Mendekati Naruto yang berdiri mengamati langkahnya.
"Sai?"
"Ya?" Sai tersenyum. "Mendekatlah kesini Naru-chan, agar kamu bisa melihat jelas saat aku sedang melukis."
Naruto pun berjalan dua langkah mendekati Sai.
Sai pun berdehem. Membuka tutup botol cat tersebut. Berjalan ke samping kanan Naruto.
Naruto menoleh ke arah Sai, ia merasakan ada sesuatu yang aneh.
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPLIQUÉ (SASUNARU)
RandomHARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN! "Memang seperti itu, perasaan yang begitu indah namun juga begitu rumit." Disclaimer @ Masashi Kishimoto [Semua tokoh dan gambar bukan milik saya] Start: 240524 End: