AM-07

957 76 3
                                    

Happy reading!















Dua bulan berlalu semenjak kejadian Hafizh kabur keasrama. Kini Hafizh lebih banyak dirumah karena pesan dari Umanya. Ia tidak boleh terlalu sering pergi ke asrama Kakang santri karena takut akan mengganggu kegiatan mengaji mereka.

Pintarnya, Anaknya Gus Ibra itu manut dengan Ibunya. Setiap akan pergi pun ia sempatkan untuk izin. Tidak seperti kemarin-kemarin yang langsung pergi begitu saja.

Hari ini, keluarga Kyai Abdullah tengah berkumpul. Kebetulan sekali, Gus Ibra dan Syaqira akan mengumumkan berita kehamilan Syaqira. Tentu saja kabar itu diterima dengan baik oleh keluarga yang lain.

Terlebih Umi Hafsah, perempuan paruh baya itu sedari tadi terus tersenyum. Membayangkan rumahnya yang akan semakin ramai jika anak Syaqira lahir.

"Hapisss, kamu jagain disana!" seru Manaf sembari merentangkan kedua tangannya. Mencoba menangkap ayam Hafizh yang keluar dari kandang.

Masih ingat dengan Ayam warna-warni milik Hafizh? Yah, dari keenam ayam yang dibelikan oleh Gus Ibra, kini hanya tersisa tiga ayam. Ketiga ayamnya lagi sudah mati satu persatu. Ada yang digigit tikus, ada juga yang tidak sengaja terinjak oleh Syaqira.

Mengingat itu, Hafizh sampai menangis berjam-jam hanya karena ayam kesayangan mati.

"Susah Manap! Ayamna kecepetan lalina," ujar Hafizh berusaha menangkap ayamnya.

"Kamu jaga disitu aja, Hapis! Begini kayak aku! Biar ayamnya ngga kabur." Ujar Manaf.

"Aaaaaaaa...Manappp! Ayam aku kejepit!" Ujar Hafizh ketika anak ayam itu terjepit disela-sela kayu.

Orang-orang didalam rumah hanya terkekeh pelan mendengar suara ribut-ribut diluar. Padahal hanya berdua, tapi suaranya seakan satu RT.

"Itu aja belum ditambah Ucen," kekeh Syaqira.

"Iya yo? Untung tidur anaknya, kalau engga apa ngga kayak demo, rameeee bangett," ujar Hilya sembari terkekeh pelan.

"Besok ditambah bayi ini, apa ngga kayak pameran rumah Umi?" ujar Hilya mengusap perut Syaqira yang masih rata.

"Duh, ampun deh. Bisa pengang tiap hari dengerin anak-anak teriak," kekeh Syaqira sembari geleng-geleng kepal.

"Kamu ada ngidam sesuatu ndak?" tanya Umi Hafsah ikut bergabung dengan kedua menantunya itu.

"Engga, Umi. Mungkin belum ya? Soalnya dari awal aku ngga merasa pengen sesuatu," ujar Syaqira dengan tangan yang mengusap-usap perutnya.

"Iya, belum mungkin." Jawab Hilya.

Umi Hafsah mengangguk lantas beralih pada Ucen yang tertidur di atas karpet bulu. Lucu, bocah gembul itu tertidur dengan anteng walaupun disana para manusia dewasa tengah asyik mengobrol.

"Sampe keringetan gini, Le." ujar Umi Hafsah mengusap kepala cucunya dengan lembut.

"Mas Yusuf, nyalain kipas e, le. Iki anakmu gerah," ujar Umi Hafsah yang langsung diangguki oleh Gus Yusuf.

"Paling betah kalau tidur, persis koyo bapak e," ujar Umi sembari mengecupi kepala Husain gemas.

(Mirip seperti ayahnya)

"Ucen kena angin dikit udah ngantuk, Umi. Apa lagi kalau dijalan, pasti tidur." Umi Hafsah terkekeh mendengar ucapan Hilya.

Sedangkan diluar rumah, kini kedua bocah laki-laki itu sudah anteng sembari menatap ayam-ayam yang sudah mereka masukkan kedalam kandang.

"Huh, Asep lalina paling cepet ya, Manap?" ujar Hafizh yang diangguki oleh Manaf.

"Hooh, larinya cepet banget. Sama kayak kamu kalau lagi kabur ke pondok," ujar Manaf yang membuat Hafizh terkikik geli.

After MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang