21

297 46 15
                                    

Hai, guys... Masih ada yang nunggu?




HAPPY READING


Setelah satu hari kembali ke asrama, sebenarnya Sasuke akan melakukan kegiatan seperti biasanya. Namun melihat ekspresi wajah istrinya yang seolah penuh harap agar dirinya tidak boleh pergi, Sasuke bisa apa.

Katanya, Sakura ingin menulis surat. Tentu, baik dirinya atau pun istrinya tidak perlu repot memberi kabar ke luar sana. Tentang kehamilan Sakura. Entah itu surat resmi dari rumah sakit atau dari Kakashi, baik keluarga Haruno atau pun Uchiha sudah diberitahu. Itu sebabnya ada beberapa surat dari rumah keluarga, dan istrinya ingin membaca bersama. Benarkan, istrinya berubah menjadi anak kecil ketika hamil. Padahal sebelumnya mereka hanya menerima dan menulis surat masing-masing tanpa saling ikut campur.

Meskipun Sakura sekarang adalah seorang Uchiha. Tentu saja apa pun yang terjadi di akademi ini akan disampaikan dengan benar kepada kedua belah pihak. Apalagi. Pernikahan mereka memang sudah sah secara hukum dan negara. Namun tetap saja, tidak ada simbolis resmi sebelumnya. Sasuke belum meminta izin dengan benar pada keluarga istrinya. Selain itu, Sakura juga dijemput langsung dari rumahnya tanpa mengenal keluarga satu sama lain.

"Seperti apa ibumu, Sayang? Nyonya Mikoto." Sakura membuka surat dengan nama Uchiha Mikoto. Tentu saja, tanpa pernah bertemu pun, Sakura bisa mengira jika surat ini adalah dari ibu suaminya.

"Panggil beliau dengan panggilan 'ibu' ketika bertemu! Lakukan dengan yakin karena Ibu bisa saja kecewa menantunya memanggilnya dengan panggilan 'nyonya'." Sasuke bisa membayangkannya.

"Ah..." Sakura mengkoreksi. "Aku mengerti." Dalam hati, Sakura tidak boleh melakukan kesalahan.

"Bagaimana aku harus membalas surat ini?" Sakura tersenyum saat membaca kata-kata indah dari Mikoto. Itu tentang bagaimana kabarnya menjalani awal kehamilan dan lalu menanyakan kabar bayinya. Sakura pikir karena yang mereka butuhkan adalah keturunan Sasuke, maka mertuanya akan lebih mengutamakan bayinya.

"Ini juga dari Ayah Fugaku."

Sasuke ikut membaca surat dari kedua orang tuanya. "Katakan saja dengan jujur. Bagaimana kau masuk ke rumah sakit. Muntah parah atau tidak bisa makan sesuatu. Toh, setelah diperiksa kalian baik-baik saja."

"Tidak apa-apa?" Sakura takut kedua mertuanya khawatir.

"Tidak apa-apa. Terkadang mereka punya solusi." Sambil istrinya memikirkan surat untuk kedua orang tuanya, Sasuke membuka surat dari pasangan mertuanya. Hanya satu surat dengan mengatas namakan orang tua. Ada hadiah kecil. Permen rasa mint di toples mini.

"Luar biasa. Pihak Haruno bahkan sudah membuatkan pesta." Sasuke tersenyum bangga. Anaknya yang bahkan baru berusia enam minggu di perut istrinya sudah mendapat cinta kasih yang begitu dalam.

Sakura mendongak dari tulisannya. Dia menatap Sasuke penuh haru. "Pastilah hanya pesta sederhana."

"Tapi orang yang turut merayakannya tidak sederhana, Sayang. Mereka menyayangi anak kita." Sasuke tidak ada berkeinginan untuk membantu Sakura menulis surat lain. Dia hanya menemani istrinya yang sedang membalas surat. Sesekali memang dimintai pendapat.

"Kau benar, Suamiku."

Ada beberapa surat dari beberapa kerabat lain juga. Ada hadiah juga. Sasuke membaca ulang tulisan Sakura di saat istrinya sedang fokus pada surat lain. Rapi dan sopan. Sasuke menyukai gaya bahasa yang digunakan istrinya. Sakura mengenalkan dirinya sendiri dengan baik pada kerabat Uchiha. Lalu akan mendeskripsikan dirinya sebagai suami pada kerabat Haruno. Yah, meski pun cara berpikir Sakura lama, Sasuke cukup puas.

KONOHA NEXT GENERATION ACADEMYWhere stories live. Discover now