[CHAPTER 8]

34.8K 639 46
                                    

"Mega, Aira." Panggilan dari Kak Hani akhirnya bikin dua orang itu langsung menyadari bahwa kami sedang menyaksikan.

Kepala Mbak Mega yang tadinya ada di dalam selimut, akhirnya nongol kepalanya. Sementara Kak Aira tampak kesusahan mengatur nafas. Selimut di atasnya tampak naik turun dengan cepat.

"Kenapa, Hani?" tanya Mbak Mega.

"Aira udah janji bakalan pose buat referensi komikku," jawab Kak Hani dengan santainya, bahkan dia ngelirik jam dinding. "Sudah telat 15 menit."

"Oh, kalau gitu tungguin 5 menit lagi ya." Mbak Mega malah dengan santainya menundukkan kepalanya buat kembali melanjutkan aksinya. Nggak lupa, tangannya yang sudah ada di luar selimut bergerilya meraba dan meremas-remas gunung kembar Kak Aira dari luar.

"Hhhh, Megaa, udaaaah ... haa ... udah siang ...."

"Tadi kan kamu yang bilang enak," ucap Mbak Mega dari dalam selimut. 

"Iyaaah ..., hnnngg~! Tapi ... aku udah ada ... ahh ... janji sama Hani ... hah ...."

"Tapi aku gamau pisah sama nenen kamu."

Dan tau apa yang paling membagongkan yang terjadi setelah ini?

Kak Hani yang tadinya hanya berdiri di depan pintu, mengucapkan dengan nada santai, "Aku nggak akan pisahin kamu dan Aira. Kamu boleh tetap di sini, tapi kamu jadi model sukarelawan ya, nggak dibayar. Kebetulan aku butuh angle dari dua sisi."

GUBRAK! Gue hampir pingsan di tempat.

Mbak Mega tentu saja menjawab dengan riang, karena dia tidak perlu menghentikan asupan susunya. "Oke deh kalau begitu."

"Ya udah, bentar, aku ambil tabletku dulu. Kalian tetap di sini aja." Kak Hani dengan santuy-nya balik ke kamar dia dengan tatapan datar.

Sementara nungguin Kak Hani kembali, mereka melanjutkan aksi mereka tanpa mempedulikan gue yang masih berdiri di depan pintu kamar Shannon dan dalam keadaan pintu kamar Kak Aira yang masih terbuka lebar.  Hanya terdengar suara kecupan, hisapan dan desahan dari dalam kamar itu. Padahal suhu ruangan AC itu dingin, tapi entah kenapa gue ngerasa kepanasan.

Gue? Mematung bego dan cengo, masih nggak percaya dengan apa yang gue lihat.

Tiba-tiba gue lihat Mbak Mega melihat ke arah gue, lalu tampak berbisik kepada Kak Aira. Kak Aira tampak mengangguk beberapa kali.

"Aruna, mau ikutan?" tawar Mbak Mega tiba-tiba. "Kalau mau gabung, Aira udah izinin, nih."

Gue ngang-ngeng-ngong, beneran.

"Hah?" tanya gue

Mbak Mega dengan sengaja meremas kedua gundukan besar itu dari luar selimut. "Aira ngizinin kamu gabung juga kok, kalau kamu penasaran."

"Haah?" Gue makin cengo, tapi untungnya gue langsung nyadar. "Nggak perlu, Kak."

"Gapapa, ayo ke sini."

Mbak Mega ngelambai-lambaikan tangannya, minta gue masuk ke kamar Kak Aira. Nggak cuma Mbak Mega, Kak Aira juga mengibaskan tangannya, minta gue buat bergabung.

Gue ngerasa jika gue udah masuk ke kamar itu, nggak bakalan ada jalan balik bagi gue. Sebenarnya sebelumnya nggak pernah terbesit di pikiran gue kalau gue bakalan ngadepin kejadian kayak begini. Gue penasaran, tapi gue tau gue gaboleh penasaran.

"Atau mau dibukain ini selimutnya biar kamu bisa lihat? Tapi punya Aira memang bagus banget, dijamin gabakalan nyesel," ucap Mbak Mega.

"E-enggak, Mbak, terima kasih..."

KOSAN MEGA [GXG]Where stories live. Discover now