/ᐠ。ꞈ。ᐟ\
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄Radel melepaskan tangan Freya, saat mereka sudah sampai di rooftop. Freya pun tak mengerti kenapa dirinya dibawa ketempat ini.
"Lo itu lagi hamil. bisa ga sih, ga membahayakan diri lo kayak tadi? kalau bola tadi kena tubuh lo gimana?" Radel akhirnya angkat bicara, setelah beberapa menit hanya diam, menatap Freya.
"Atau... lo sengaja? mau bunuh bayi dalam kandungan lo itu?" tuding Radel, tanpa sadar ia melontarkan kalimat itu, dan itu menyakiti perasaan Freya.
Freya menggeleng pelan. "Aku gaada niatan seperti itu sama sekali, aku bener-bener gatau kalau ada bola, Del." Freya menyangkal tuduhan Radel dengan kuat.
"Tapi buktinya, tadi lo diem aja pas gue panggil."
"Aku ga denger."
"Bohong."
"Aku beneran ga denger dan ga liat Del. kenapa sih, kamu ga percaya sama aku?" kedua mata Freya mulai berkaca-kaca. Entahlah, kenapa akhir-akhir ini dirinya sangat cengeng. Freya sendiri juga bingung.
"Ngga liat gimana?! bola segede gaban gitu, masa ga liat?!" sentak Radel, membuat freya berjengit kaget.
Bulir air mata mulai menetes satu persatu saat Freya mendengar bentakan itu. "Kok kamu bentak aku sih?"
"Siapa yang bentak? gue ngga bentak!" ketus Radel, ia hanya mencemaskan keadaan Freya dan janin dalam perutnya.
Jauh didalam hati Radel, ia tak mau sesuatu yang buruk terjadi pada perempuan yang sudah sah menjadi istrinya itu. Bukan apa-apa, cuma Radel harus menjaga Freya sebagaimana tugas seorang suami.
"Itu tadi kamu bentak aku. padahal aku beneran ngga tau kalau ada bola. aku bahkan ngga denger kalau ada yang manggil." sahut Freya sambil terisak.
Melihat Freya yang tiba-tiba menangis, tentu membuat Radel panik. ia menggaruk belakang kepalanya, bingung.
"Ya-ya udah, ga uasah nangis, dasar cengeng." ucap Radel yang gelagapan.
Namun tangis Freya justru makin keras. ia terisak dan tergugu tanpa sebab. Padahal sebelumnya Freya merasa baik baik saja, tapi entah kenapa pagi ini suasana hatinya mudah sekali berubah-ubah. itu terjadi sejak ia hamil. apa mungkin bawaan bayinya?
"kok makin kenceng sih?" gumam Radel makin bingung. "Fre, jangan nangis gini dong. gue bingung harus ngapain kalau lo nangis begini."
"Habisnya kamu tiba-tiba bentak aku begitu." ucap Freya di sela isak tangisnya.
"Siapa yang bentak lo? gue ngga bentak lo, Fre, gue cuma... cuma kaget aja tadi, iya... kaget." sahut Radel melunakkan ucapanya karena tak mau tangisan Freya makin kencang.
"Bohong! jelas-jelas tadi kamu bentak-bentak aku! aku mana tau kalau ada bola melayang begitu." jelas Freya merajuk.
"Iya, serah lo aja deh, cup-cup-cup. diem. gawat nanti kalau ada yang liat." Radel mengedarkan pandangan ke sekitar rooftop yang sepi. Waspada kalau saja ada orang yang memergoki mereka berdua.
"Biarin! aku ngga peduli!" ketus Freya.
"Jangan gitu dong, nanti mereka malah makin curiga. udah diem ya? gue ga berniat bentak lo kok. iya gue salah, gue minta maaf, sekarang diem ya." ucap Radel sambil mengusap jejak air mata di pipi Freya.
Rupanya tak hanya Freya yang merasa aneh dengan perubahan suasana hatinya akhir-akhir ini, melainkan Radel juga merasakan hal yang sama. Radel cukup kelimpungan menanggapi mood Feya yang berubah-ubah.