9 | Elio

1.9K 447 274
                                    

Aku berjalan memasuki kedai kopi kecil bergaya industrial

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku berjalan memasuki kedai kopi kecil bergaya industrial. Di area outdoor-nya terdapat banyak tong yang disulap jadi kursi, sedangkan mejanya terbuat dari kayu solid yang dilapisi pernis. Di salah satu pojok dekat kasir, aku melihat wajah-wajah familier, teman-temanku waktu kuliah. Langsung saja aku menghampiri mereka.

"Hampura (maaf) euy, telat," ujarku. Aku mengepalkan tangan dan melakukan fist bump dengan mereka secara bergantian.

"Santai weh, El," balas temanku yang bernama Tio, cowok pendek dengan rambut gondrong sebahu.

"Udah pesen?" tanyaku.

"Udah, El." Tio mengangkat satu cup plastik yang berisi minuman kopi. "Pesen heula (pesan dulu). Langsung weh ke kasir."

Aku langsung ke kasir, pesan es kopi susu, terus balik ke meja. Tadi kasirnya bilang, pesananku akan diantar sekitar lima menit lagi.

"Si Zaki mana?" tanyaku.

Tio terbahak. "Si Zaki mah, suami takut istri! Kayaknya enggak dibolehin nongkrong. Kalaupun nongkrong, bininya pasti ngikut."

"Si eta (si dia) mah, perkara beli PS 5 aja kudu izin dulu ke bininya. Urang (aku) mah, asal ada duit, tinggal beli." Cowok kekar yang sering nge-gym di sebelahku menimpali sambil tertawa. Namanya Banu.

"Maneh (kamu) kapan nyusul si Zaki, El?" ledek Tio.

"Nyusul punya bini? Halah! Si Zaki aja takut sama bininya," kilahku.

"Nyarinya beta woman lah, El, biar maneh bisa jadi alpha-nya!" ujar Banu, "urang sama Tio udah punya calon. Maneh masih betah ngejomlo aja sampai sekarang."

Aku nyengir sambil meringis. Emangnya nikah gampang? Tinggal cap-cip-cup milih, terus langsung dapet istri? Kalau aja mereka tahu aku ketemu orang yang mirip masa laluku, aku pasti diledekin abis-abisan. Lagi pula, belum tentu Luna mau sama aku.

Beberapa jam terlewati, kami sibuk bernostalgia sambil minum es kopi susu dan ngunyah gorengan. Ada onion ring, french fries, dan spicy wings. Kalau dipikir-pikir kami kayak bapak-bapak enggak, sih? Bedanya bapak-bapak minum kopi hitam sama makan gehu.

Oh iya, Tio juga cerita, dia sempat ngerekomendasiin jasa fotografiku ke kenalannya yang punya bisnis distro. Ternyata, orangnya tertarik pakai jasaku. Ini yang paling kusukai dari bersosialisasi. Ngejaga relasi sama orang-orang terdekat kadang mendatangkan rezeki yang enggak terduga. Cuma modal segelas kopi pas nongkrong, bisa balik modal berkali-kali lipat kalau dapet project.

Obrolan kami makin ngelantur. Awalnya ngobrolin pacar Banu yang boros dan posesif, eh tiba-tiba jadi ngebahas teori konspirasi kalau Billie Eilish lahir di Nganjuk. Katanya Hitler juga asalnya dari Garut. Terus, kami berandai-andai ada di era distopia. Kami enggak usah bangun pagi-pagi buat berangkat kerja, soalnya ada wabah zombi. Kalau lagi asyik sama Tio dan Banu, emang bisa ngomongin hal-hal ngaco dan lupa segalanya.

Serene Night [END]Where stories live. Discover now