42 | Elio

739 103 126
                                    

Setelah Ibu dan Teh Nadya keluar dari kamar rawat inap, aku balik ke brankar tempat Bapak tiduran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah Ibu dan Teh Nadya keluar dari kamar rawat inap, aku balik ke brankar tempat Bapak tiduran. Kuselimuti badan pria itu. Selimutnya lumayan tebal. Yaaa cukup proper lah, soalnya ini ruangan rawat inap kelas satu. Ada dua bed di ruangan ini, dan untungnya di sebelah lagi enggak ada pasien, jadi kami berasa ada di ruang VIP.

"Istirahat, Pak. Elio duduk di sofa, ya. Kalau ada apa-apa panggil aja," kataku.

"Masih jam sembilan, El, Bapak belum ngantuk. Mau nonton TV dulu," balasnya.

Ya sudah. Kuberikan remote pada Bapak dan pria itu langsung menyalakan TV, mencari-cari channel yang disukainya.

Namun, belum juga dua menit, Bapak matiin lagi TV-nya. "Enggak ada yang seru. Berita lagi berita lagi. Korupsi lah, nepotisme lah, harga naik ini itu, bikin stres aja negara ini," keluhnya.

Hening untuk beberapa saat. Waktu aku lagi asyik scroll Instagram, Bapak manggil. "El, mau air hangat."

Sambil mengembuskan napas panjang aku bangun dari sofa yang empuk, jalan ke arah nakas, terus nuangin air hangat dari termos ke gelas kaca. Kukasihin gelasnya ke Bapak yang lagi duduk tegak di brankar.

"Ada lagi, Pak? Mau makan biskuit?" tanyaku. Sebelum pulang, Teh Nadya masukin banyak banget biskuit dan roti ke laci nakas buat Bapak ngemil.

"Enggak, udah kenyang." Setelah minum, gelasnya Bapak taruh lagi di atas nakas.

Waktu aku mau balik lagi ke sofa, Bapak manggil lagi. "El."

Aku berbalik. "Iya?"

"Bapak ... mau berhenti ngerokok," katanya pelan.

Kedua alisku terangkat. Aku mendengkus sambil menyeringai. "Harusnya dari dulu, Pak. Giliran udah kayak gini aja baru tobat."

Pria itu tertawa miris. "Iya. Bapak kapok, El. Bapak juga mau rajin minum obat."

Aku tersenyum. Kutarik kursi ke sebelah brankar dan duduk di sana. Kayaknya Bapak mau diajak ngobrol sebelum tidur. Bilang dong dari awal, enggak usah pakai nyuruh-nyuruh ambilin remote atau air hangat.

"Ya udah, Elio tagih janjinya ya. Sepulang dari sini enggak boleh ngerokok lagi. Harus rajin minum obat juga."

Bapak mengangguk sambil tersenyum simpul. Pria itu menatapku untuk waktu yang lama, seperti menganalisa seluruh anatomi wajahku. Padahal wajahku begini-begini saja dari dulu, mirip Lee Do-hyun pakai kacamata.

 Padahal wajahku begini-begini saja dari dulu, mirip Lee Do-hyun pakai kacamata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Serene Night [END]Where stories live. Discover now