16. SIRKUIT BALAP

35 5 0
                                    

Sirkuit balap mobil sport, sebuah lahan kosong diperbatasan kota Jakarta Utara, tempat yang disponsori besar oleh para pebisnis yang haus akan hiburan. Pesertanya bisa dari berbagai kalangan dan komunikasi pecinta balapan mobil.

“Itu anak jadi datang kagak sih? Gue bawa balik lagi nih mobil,” ujar Atharel menyayangkan mobil sport berwarna merah seharga miliaran itu jika tidak digunakan malam ini.

Mereka masih di tempat menunggu kehadiran Elvan, sudah hampir satu jam mereka menunggu. Sepuluh menit lagi balapan akan dimulai, tapi sosok lelaki itu belum juga terlihat.

“Di jalan macet kali,” timpal Nathan tidak terlihat panik sama sekali. Berbeda dengan Atharel, karena dia sendiri yang mengajukan Elvan akan menggantikan posisinya.

“Seenggaknya lo kasih gue cara kek, gimana gue bilang nya sama alumni Manggala kalo pembalap nya gak datang?” sewot Atharel.

Sebenarnya dia mendapat tawaran dari komunitas pencinta balap mobil dari alumni Manggala, dia mendapat kesempatan untuk ikut balapan. Namun karena dia cedera, jadinya dia mengajak Elvan untuk menggantinya. Tapi jika Elvan membatalkan balapan nya malam ini, Atharel terpaksa meminta maaf pada mereka yang menaruh percaya padanya.

“Emang dari alumni Manggala gak ada wakilnya apa?” saut Reyhan, lelaki memakai topi hitam brand Prada itu duduk bersila di kursi.

“Kalo ada, gue gak panik.” gusar Atharel duduk lesu di samping Reyhan.

Revan yang sejak tadi menyimak itu menghembuskan napas, dia juga merasa pusing mencari di mana keberadaan Elvan. Tidak mungkin lelaki itu ingkar janji, kecuali ada hal mendadak yang harus dia kerjakan.

Revan tidak bisa berpikir jernih, dia khawatir setengah mati. Tidak biasanya dia merasa ada sesuatu yang terjadi pada temannya itu, apa mungkin karena keduanya sudah berteman sejak lama itu sebabnya ikatan batin mereka semakin kuat.

“Jawab telpon gue El, lo jangan bikin khawatir gue.” Revan menatap harap pada layar iPhone nya.

Lelaki itu terus saja menelpon sosok yang ditunggu kedatangannya, dia juga berusaha menghubungi pengawal setia Elvan.

“Kenapa gak pada aktif sih?” runtuk Revan menyugar rambutnya kesal.

“Gue gak telat kan?” Elvan datang sebelum lima menit lagi balapan di mulai.

Lelaki itu baru saja menyelesaikan jahitan nya pada luka di kepala. Elvan sengaja menutupi nya dengan topi dan menggunakan jaket untuk menyembunyikan darah di bajunya.

“Lo darimana aja El? Kenapa lo baru datang?” tanya Revan, tatapan matanya penuh selidik.

Elvan hanya menjawab santai sambil terkekeh. “Biasa, ada urusan mendadak sama bokap gue.”

Alis tebal Revan terangkat sebelah, dia tau maksud dari kalimat yang dilontarkan Elvan barusan.

“Ya udah cepat lo siap-siap,” suruh Reyhan tanpa menunda waktu lagi.

“Orang gila mana yang abis digebukin langsung balapan.” Revan geleng-geleng kepala melihat tidak ada tanda Elvan kesakitan sama sekali, selepas menjalani eksekusi.

°°°

“Are you okay?”

Eryn mendelik pada si pelaku yang sudah membuat nya mabuk darat.

“RAMBUT AKU BERANTAKAN, PERUT AKU MUAL. KAKAK TANGAN AKU BAIK-BAIK AJA?” teriak Eryn frustrasi.

Gadis itu memuntahkan isi perutnya, dia berjongkok di sisi mobil Ferarri berwarna merah yang tadi Kai gunakan untuk menguji mesin mobil seharga miliyaran itu.

Elvano| Villain Or Bodyguard?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang