“Nasib muka cuma pas-pasan, apa memang ini takdir Tuhan? Tapi jodoh tetap ada, tak cuma minta doa. Biar tak salah dora ... Dora dora dora, gue salah dora. Dora dora dora, aduh gue suka janda.” senandung Reyhan memainkan gitar elektrik milik Revan.
“Nyadar diri juga lo punya muka pas-pasan!” timpal Nathan sembari membaca komik.
“Salah lirik anjir!” saut Revan merebut kembali gitar kesayangan nya.
“Saudara lo mana? Bolos kelas tadi?” Nathan bertanya penasaran, biasanya Atharel tidak akan jauh dari Reyhan karena selain saudara dekat, mereka juga satu kelas.
Reyhan tidak langsung menjawab, dia menumpukan tangan di atas meja.
“Nggak tau gue juga, dia gak ada kabar abis dari balapan.” jawab Reyhan lesu.
“Pergi kali, emang dia tiap mau pergi suka bilang sama lo?” tanya Nathan.
Reyhan meresponnya dengan hembusan napas gusar, pertanda dia sedang serius. “Nggak bilang sih, secara gue jarang nginep di rumah dia. Tapi aneh aja gitu, Atharel tiba-tiba ngilang pas manggil gue minta tolong.” pungkas Reyhan.
“Coba lo ceritain yang jelas ke kita, biar pada paham buat bantu cari.” Revan yang tengah mengerjakan tugas itu langsung meletakkan alatnya.
Ketiga lelaki itu duduk di satu meja persegi panjang di markas mereka.
“Waktu selesai balapan, gue liat Atharel pergi. Pas kejadian Eryn jatuh, gue juga heran kenapa Eryn bisa ada di sirkuit balap. Nggak lama, gue ditelpon Atharel minta bantuan gue, gue tanya dia di mana? Malah sambungan nya mati, abis itu waktu lo berdua bawa Eryn ke rumah sakit. Gue juga mutusin buat pulang, mungkin aja Atharel balik duluan.” perjelas Reyhan.
“Kai alumni Manggala, dia ngeluarin diri dari balapan mobil itu. Malam itu dia bawa Eryn liat balapan, tau nya El yang gantiin posisi Kai.” ujar Nathan menyandarkan tubuhnya pada kursi di belakang.
“Gimana kabar Eryn? Perlu kita jenguk ke rumah dia? Gue suka cewek baik kayak Eryn, waktu lo ajak dia ikut kumpul dia baik banget sama kita-kita.” kata Reyhan bertanya pada Elvan.
“Nggak usah! Dia baik-baik aja, gak perlu lo jenguk ke rumahnya segala.” ketus Elvan yang sedang memperbaiki lampu di ruangan itu dengan berdiri pada tangga.
“Posesif banget lo, gue cuma mengutarakan niat baik gue sama Eryn.”
“Di tonjok El baru tau rasa lo!” timpal Nathan menjitak kepala Reyhan.
“Lo juga! Baru jadi temen pake niatan mau rebut Eryn segala!” balas Reyhan tidak mau kalah, mengingatkan Nathan saat insiden saling pukul di aula beberapa bulan lalu.
“Cewek secantik dia, siapa yang gak suka?” cela Nathan dengan santainya.
“Iya juga ya, pantesan dulu dia pernah diculik, pernah bikin dua kubu bertempuran. Cewek-cewek juga banyak yang iri di kampus, aura Queen nya beh. Primadona banget pokoknya, cocok jadi mantu keluarga gue.” tambah Reyhan mengangumi.
“Hm, setuju.” angguk Nathan seolah mengabaikan pawang cewek yang mereka bicarakan mendengar semuanya dengan jelas.
“Pada ngomongin cewek gue, kebetulan gue butuh samsak hidup.” ucap Elvan tenang membuka sarung tangan, usai mengganti lampu dan saklar nya.
“Mau mulai dari mana?” todong Elvan menancapkan pisau buah tepat di depan mata mereka, di atas meja buah apel tembus dengan satu kali tekanan tangan lelaki itu.
Reyhan bergidik ngeri. “Siapa yang naruh buah sama pisau di sini woy? Ampun El,” Reyhan menelan ludah, vokalnya bergetar ketika tatapan gelap dan tajam Elvan beradu pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvano| Villain Or Bodyguard?
Teen FictionElvan Laska Reyzantara, lelaki dengan dua karakter. Dia ingin hidup bebas dengan ke luar dari jeratan orang yang memperbudak nya. Namun dia tidak bisa melarikan diri, dia hidup untuk menembus dosa telah melenyapkan Elvano, si jenius yang bringas. Ka...