Setengah perjalanan di tengah Jakarta, Elvan mengendarai motor sport bermesin Yamaha dengan kecepatan stabil. Lelaki memakai helm full face hitam itu tidak pernah menaikkan kecepatan gas nya, karena alasan keselamatan Eryn. Gadis cantik berstatus tunangannya itu memeluk lelaki di depannya erat, Elvan bisa merasakan kepala Eryn yang bersandar di punggung nya.
Elvan memelankan laju motornya ketika lampu kuning berganti warna, pemilik iris mata gelap itu menatap Eryn dari kaca spion. Elvan tau, sejak tadi Eryn diam melamun. Tangan lelaki itu menggenggam tangan lentik yang bertaut di badan kekarnya.
“Tumben gak ngoceh kayak burung beo,” ucap Elvan menoleh ke belakang.
“Sakit gigi,” jawab Eryn tidak sepenuhnya bohong.
“Mau es krim? Sekalian sama toko nya,” tawar Elvan berharap bisa mengusir pikiran buruk tunangannya.
Eryn mencondongkan kepalanya, “Kamu punya uang?” tanya nya sedikit berbisik.
Elvan menahan senyum dibalik pelindung kepala yang dikenakan nya. “Menurut kamu, aku kerja tiap pulang kampus itu buat siapa, hem?”
Eryn menunjuk dirinya sendiri, “Aku?”
Elvan mengigit pipi dalamnya, melihat ekspresi lucu gadis cantik berstatus tunangannya.
“Iya Sayang,” jawab lelaki itu menaikan alis tebalnya.
Eryn memukul-mukul pundak kokoh Elvan, pelan. “Kita belum menikah, kamu gak perlu kerja buat turutin semua kemauan aku.” tutur Eryn.
Elvan menurunkan kaca helmnya, bersiap kembali melanjutkan perjalanan.
“Udah tugas aku kerja keras nafkahi kamu, dari sekarang.” kata Elvan yang tidak terdengar jelas Eryn karena bisingnya kendaraan lain.
°°°
Gedung setinggi lima lantai itu adalah tempat pelatihan taekwondo yang di dirikan oleh Geraldi, Ayah dari Revan. Dulu saat pertama kali kedua sahabat Revan dan Elvan berteman, di sinilah tempatnya mereka dilatih dan diajarkan langsung ilmu bela diri asal Kore Selatan. Tepat kelas X SMA, bersama empat teman mereka lainnya, dan sampai sekarang Elvan sering mengunjungi tempat itu untuk melatih anggota yang sengaja mendaftarkan diri.
Dia dipilih langsung oleh Geraldi bersama Revan, karena hanya pada kedua lelaki itu Geraldi percaya bahwa Revan dan Elvan bisa memegang tanggung jawab.
Elvan mengganti pakaiannya menjadi pakaian putih bersabuk hitam, lelaki itu sudah siap bersama sekumpulan anak remaja yang menyambut kedatangan dua lelaki tampan itu sesuai jadwal.
“Tadi buru-buru pergi, ada apa?” Revan bertanya begitu Elvan berdiri di sampingnya.
Elvan menghembuskan napas. “Teror berlanjut,” gumam lelaki pemilik mata gelap itu.
“KAKAK GANTENG AYO MULAI LATIHAN NYA, KITA-KITA UDAH PADA GAK SABAR NIH!” seru anak berusia 12 tahun itu.
“AYO KAK!” saut anak lelaki bertubuh gempal.
Melihat antusias para anggota yang sudah berbaris rapih pada posisi, Revan tersenyum hangat.
“Iya, kita pemanasan dulu sebelum mulai. Nanti kita lanjutkan belajarnya dari jurus yang kita pelajari minggu kemarin.” perjelas Revan.
“Minggu kemarin udah hapal jurus nya?” tanya Elvan ramah.
“Aku Kak, udah hapal!” jawab salah satu dari mereka.
“Aku praktekin di rumah, malah digigit anjing kena pukulan aku.” ceplos anak lelaki paling kecil diantara mereka bernama Zico.
Elvan menundukkan badannya, menatap teduh anak lelaki di hadapannya itu. “Hati-hati ya, kalau mau latihan di rumah. Latihan di tempat terbuka biar aman,” ucap Elvan memberi pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elvano| Villain Or Bodyguard?
Teen FictionElvan Laska Reyzantara, lelaki dengan dua karakter. Dia ingin hidup bebas dengan ke luar dari jeratan orang yang memperbudak nya. Namun dia tidak bisa melarikan diri, dia hidup untuk menembus dosa telah melenyapkan Elvano, si jenius yang bringas. Ka...