.
.
.Harapan memang tak selalu sesuai ekspektasi, bukannya di pecat seperti permintaannya. Tealia justru kini harus membersihkan semua kekacauan yang ia buat.
Di ruangan Direktur Utama yang sudah sepi karena sang pemilik ruangan dengan marah-marah pergi rapat. Tealia dengan penuh keluhan menatap lembaran kertas putih di meja yang sudah berubah menjadi cokelat.
"Bersihkan semua kekacauan ini!" perintah Archilleo dengan menekan kalimatnya.
"Bukan kalian berdua, tapi kau saja!" tunjuknya pada Tealia.
"Aku tidak peduli bagaimana caranya, tapi semua kertas ini harus kembali seperti semula!'"
Mengingat perintah itu kembali Tealia mendesah, "Dasar bodoh, tidak ada cara di dunia ini untuk mengubah kertas yang sudah terkena tumpahan kopi menjadi putih lagi. Sepertinya dia yang tidak pernah sekolah" cibir Tealia dengan kesal mengambil semua kertas yang tertumpah kopi itu dan membuangnya ke tong sampah.
Dengan tangan yang mulai mengelap meja yang sudah beraroma kopi itu, mulut Tealia mulai menggerutu lagi. "Kenapa kopinya tidak tumpah ke badannya saja sih? kan sayang sekali meja mahal ini harus terkena kopi panas. Untung saja tidak lecet" dumelnya.
Setelah Tealia selesai membersihkan meja, pintu ruangan Direktur Utama itu tiba-tiba di buka dari luar.
Mendengar tidak ada ketukan sopan santun lebih dahulu, Tealia langsung menebak jika sang pemilik ruangan lah yang masuk.
Tealia pun spontan berbalik dengan senyum yang dipaksakan, "Saya sudah selesai membersihkan..."
Tapi sayangnya dugaan Tealia salah total. Kalimatnya terhenti kala melihat tamu yang paling tak ingin ia temui hadir dihadapannya.
"Kenapa kau ada di sini?" suara yang kaget mengalun ke dalam ruangan, menyadarkan Tealia dari kekagetannya.
Tapi bukannya menjawab, Tealia hanya menaikkan salah satu alisnya saja.
'Kenapa aku ada di sini? Hei! ini kantor suamiku, yah meski cuma suami di atas kertas. Lalu apa yang salah dengan aku ada disini? bukannya seharusnya itu pertanyaan dari istri sah untuk para selingkuhan? Drama apa lagi yang akan terjadi?' Keluh Tealia dalam hati.
Tapi ia tak berniat mengucapkan hal itu, Tealia hanya diam menatap lurus pada Evangelina, yang saat ini masih berdiri diam di pintu masuk tak bergerak.
Tatapan kedua wanita itu tampak tajam seakan menusuk. Tak ada yang mengalah atau bahkan berkedip, kedua wanita cantik dengan pesona masing-masing itu saling tatap tak mau kalah.
Bahkan tidak ada yang berniat memulai percakapan. Seolah-olah siapa yang memutus tatapan lebih dulu atau bicara lebih dulu, dialah yang kalah.
Jadi perang adu tatap-menatap berlangsung selama beberapa menit. Hingga seseorang yang datang bersama Evangelina akhirnya memecah suasana itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Hell
Romance"Sepertinya belum sebulan sejak pemutusan pertunangan Tuan muda Zarren, tapi dia dengan cepat melangsungkan pernikahan" "Apa benar kalau pengantin wanitanya hamil?" "Pengantin wanita punya aura lemah lembut, sedangkan mantan tunangannya terkesan kua...