Aroma besi berkarat tercium sepanjang lorong menuju penjara bawah tanah ini. Tempat itu sangat gelap. Hanya ada rembesan cahaya dari ruang di atasnya yang menerangi sepanjang jalan. Menurut Tara, salah satu rekanku, penjara bawah tanah ini berhantu. Aku menelan ludah, sedikit menggigil dengan jantung berdebar karena takut. Uh, aku tidak peduli jika orang paling jahat di Zona N109 dikurung di sini. Aku lebih takut melihat hantu.
"Data has been identified. Access approved."
Suara perempuan yang terdengar monoton seperti robot itu membuatku meringis. Aku sering mendengar suara AI yang terpasang di seluruh kantor hunter tempatku bekerja. Namun, mendengarnya lagi di penjara bawah tanah menyadarkanku bahwa suara AI itu terdengar seram. Bulu kudukku merinding lagi saat pintu dari baja terbuka. Sensor-sensor laser yang digunakan untuk melukai tahanan yang mencoba kabur atau menghentikan penyusup masuk mulai mati satu per satu kala aku berjalan masuk ke dalam sambil membawa nampan di tanganku.
Sekitar dua atau tiga meter di depanku, sesosok pria bertubuh besar duduk di kursi. Tangannya diikat ke belakang dengan menggunakan borgol canggih yang mencegah seseorang menggunakan evolnya, kepalanya tertunduk dan matanya terpejam. Meski dalam keadaan semi tak berdaya begini, lelaki itu masih saja kelihatan arogan. Rambut peraknya (yang aku tak tahu apakah itu warna rambut aslinya atau ia warnai) tampak seakan bersinar di bawah cahaya lampu yang terpasang di atas kepalanya. Saat jarak kami terkikis, aku bisa melihat darah di wajah dan pakaiannya.
Lelaki itu tidak bergerak saat aku mendekat. Aku juga tidak melihat tanda-tanda dirinya bernapas. Kakiku lemas. Apa dia mati?
"Tuan?" panggilku pelan, berdiri sekitar lima langkah darinya. Tidak ada respon. "Tuan Sylus?"
Masih tidak ada respon. Jantungku berdentum bertalu-talu. Keringat dingin mulai keluar dari pori-poriku. Aku menundukkan kepalaku ke arah tangan kiri, membiarkan jam tangan hunter (aku seorang data analyst junior) menyala. Meski aku bukan hunter, semua yang bekerja di kantor hunter harus memakai jam tangan ini agar mudah berkomunikasi dengan anggota lain. Dan aku memanfaatkannya saat ini untuk menghubungi Tara.
"T-Tara!" Suaraku bergetar dan kuyakin, aku akan segera pingsan karena ngeri. "Tara ... bagaimana ini? Tahanannya ... ku-kurasa, d-dia mati."
"Apa?" Suara Tara terdengar terkejut di seberang sana.
"Ta-tahanannya-"
"Aku tidak mati."
Suara rendah yang terdengar berat dan kasar itu membuatku berjengit. Aku menoleh ke arah lelaki yang kini membuka matanya sambil menatapku jengkel. Mata merahnya berkilat kesal, membuatku melangkah mundur.
"Apa ada aturan tertulis bahwa tahanan tidak boleh tidur?" tanyanya dengan nada seakan memarahiku.
Aku menelan ludah, beralih pada jam tanganku yang masih menyala.
"Meridia? Apa yang terjadi?" Suara Tara terdengar khawatir.
"O-oh, tidak! Tidak ada. Tahanannya hanya tidur. Aku kira dia mati," kataku meracau. "Aku takut bertemu hantunya jika ia mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tricked [Sylus' Fanfiction]
FanfictionWritten in Bahasa Indonesia. Mengandung adegan dewasa!