6

12.1K 840 114
                                    

Aku merasakan sentuhan lembut di rambutku siang itu, saat tanpa sengaja aku tertidur di Ruang Anak Ayam (ruangan yang Sylus hadiahkan padaku, jangan tanya kenapa namanya begitu). Mataku membuka perlahan, sementara aku menggeliat di atas sofa. Secara intuitif, tanganku menyentuh tangan yang membelai rambutku. Aroma parfum yang maskulin dan suara kekehan pelan membuatku langsung mengenali siapa yang membelai rambutku tanpa harus melihat.

"Kenapa tidak tidur di kamar?"

Aku mendongak, menatap wajah Sylus yang tengah memandangiku lembut. Aku tersenyum, mengusapkan wajahku ke telapak tangannya. Sudut bibir Sylus terangkat melihat tingkahku. Ia berlutut di samping sofa, mengecup keningku ringan.

"Perutmu masih sakit?" tanyanya penuh perhatian.

Aku mengangguk sebagai balasan. Delapan hari sejak malam pertama kami, aku mengalami menstruasi. Tubuhku lemas sejak kemarin dan perutku sakit. Tak hanya itu, nyeri di pinggangku juga membuatku kesulitan tidur semalam. Sylus mengkhawatirkan keadaanku, tapi ia tak bisa berbuat banyak karena hal ini dialami jutaan bahkan puluhan juta perempuan pada umumnya.

"Sudah minum obat?" tanya Sylus lagi sambil membelai wajahku.

"Sudah." Aku menegakkan tubuhku perlahan, duduk di sofa sambil menatap Sylus.

Kusadari lelaki itu membawa boneka berbentuk anak ayam di tangannya yang lain. Lantas, mataku langsung tertarik pada boneka itu. Menyadari arah tatapanku, Sylus tersenyum dan meletakkan boneka berbentuk anak ayam di pangkuanku.

"Aku membawakan ini untukmu," kata Sylus lembut.

Aku meraih boneka berbentuk anak ayam itu dan memeluknya sambil tersenyum. Boneka itu lembut, aromanya juga seperti Sylus. Mungkin karena Sylus memegangnya cukup lama.

"Terima kasih," ucapku, mendekat pada Sylus dan mengecup bibirnya.

"Lagi," pintanya, membuatku sedikit tersipu, tapi menunduk dan mengecup bibirnya sekali lagi.

Tidak hanya bibir, aku juga mengecup pipi, puncak hidung dan keningnya. Sylus terkekeh, menarikku ke dalam pelukannya, masih dalam posisi berlutut. Aku membalas pelukannya dengan tangan masih memegang boneka anak ayam, mengusapkan wajahku ke lehernya sembari menghirup aroma parfumnya yang kusukai.

"Bukankah kau menjadi semakin manja padaku, hm?" ujar Sylus membuatku membeku sejenak. "Yah, tapi aku juga yang membuatmu sangat manja begini. Lagi pula, kau kelihatan manis."

Aku merona, melepaskan pelukanku dari Sylus dan mengamatinya, memastikan jika ia tidak terluka. Sylus memang tak pernah pulang dalam keadaan terluka, tetapi aku selalu merasa khawatir. Ia adalah kriminal yang selalu terlibat dengan bahaya. Kubelai wajahnya dengan hati-hati, membuat lelaki itu menatapku dengan tatapan melembut.

"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" tanyaku pelan.

"Aku masih harus kembali. Aku hanya menemuimu karena ingin melihat bagaimana kondisimu," jawab Sylus. "Mungkin aku akan pulang terlambat malam ini."

"Apa pembersihan protofieldnya masih berlangsung?"

"Tidak. Bukan protofield. Aku harus mengurus yang lain." Sylus tersenyum sambil meraih tanganku dan mengecup telapaknya. "Tidurlah lebih awal malam ini. Jangan menungguku. Pastikan kau memakai selimut yang hangat."

Sylus enggan memberitahuku apa yang akan ia lakukan. Kusimpulkan, ia akan menghadapi sesuatu yang lebih beresiko dari wanderer. Rasa khawatir menyelimuti dadaku, tapi aku mencoba tersenyum agar Sylus tidak ikut-ikutan khawatir. Ia akan mencemaskanku jika aku merasa khawatir padanya. Katanya, ia tak mau aku sampai stres.

"Jangan sampai terluka, Tuan," bisikku lembut.

"Masih memanggilku Tuan?" gumamnya sambil menggenggam tanganku. "Minum obatmu kalau perutmu sangat sakit. Minta koki buatkan camilan manis supaya hatimu ceria."

Tricked [Sylus' Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang