Terkejut

100 13 0
                                    

"Kamu kenal sama cowok tadi? Terus kenapa kamu bisa seakrab itu sama dia?" Daniar bertanya sejak Mas Robert pergi dari meja kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kenal sama cowok tadi? Terus kenapa kamu bisa seakrab itu sama dia?" Daniar bertanya sejak Mas Robert pergi dari meja kami.

Gue nggak tahu harus menjelaskannya darimana karena gue mengenal Mas Robert pun baru melalui zoom meeting dua minggu lalu saat beliau berencana menjadi pembicara di kampus yang baru gue ketahui bahwa dia ternyata terbang jauh daru New York. Gue menjelaskan dari awal bagaimana bisa mengenalnya lalu bertanya mengapa dia juga bisa mengenal Robert, gue tahu dunia hukum di Indonesia itu luas tapi gue nggak pernah menyangka bahwa mereka bisa saling mengenal satu sama lain dari Janice.

"Tapi tadi aku lihat cara dia mandang kamu itu beda, sayang," gue memulai percakapan kembali saat dia pamitan untuk tidak menggangu kami berdua saat makan malam.

"Beda gimana? Biasa aja kok itu," ujarnya santai.

"Aku ini laki - laki, Daniar. Aku ngerti gimana cara pandang pria terhadap wanita yang dia kagumi, tapi cewek tuh kadang emang nggak nyadar aja," timpal gue dengan nada sedikit jutek.

Daniar tertawa sembari mengusap pipi gue pelan, "sayang, biarpun dia naksir aku atau apalah yang membuat asumsi kamu itu mendasar ya udah, toh aku juga nggak tanggepin dia."

Dia memainkan pipi gue dengan gemas, "cemburu terus," ucapnya.
Gue langsung membela diri, "cemburu itu tanda sayang, tau nggak."

Daniar hanya menggelengkan kepala, "dasar kamu ini."

Gue kembali menggenggam tangannya untuk berjalan sambil mencari taksi dan tanpa sengaja bertemu dengan Randy dan juga Lola yang cukup membuat gue terkejut.

"Lola... Randy... kalian tuh sebenernya pacaran?" Gue melihat Randy tersedak sate dan Daniar menegur gue dengan halus.

"Eh, mbak Daniar," Randy bangkit begitu juga dengan Lola yang sepertinya salah tingkah melihat Daniar berada disini.

Gue langsung menepuk pundaknya Randy lalu mengajak Daniar ikut bergabung dengan mereka yang sedang memakan sate bersama Lola di pinggir jalan.
"Jadi, selama ini kalian tuh pacaran?" Tanya gue iseng dan wajahnya Lola panik, "nyantai aja La, lo kaya sama siapa aja," lanjut gue.

"Jendra, nggak sopan ah... kamu tuh iseng banget," tegur Daniar.

"Mbak Daniar," panggil Lola ketika mulutnya sedang mengunyah.

"Ya, kenapa," Daniar ini selalu menatap lurus kearah lawab bicaranya dan ia pun membalasnya dengan lembut, emang paling bener tuh jadiin dia istri nantinya.

"Pantesan ya, Jendra selama di Yogya tuh nggak pernah neko - neko padahal kalau di kampus, cewek - cewek tuh banyak yang nungguin dia kelas atau cuma lihatin dia doang, meski tahu kalau pendampingnya Jendra tuh bukan cewek sembarangan tapi biar cewek cantik seliweran depan dia pun hatinya nggak goyah, soalnya lihat mbak aja, orang - orang kayanya udah pada insecure," Lola menjelaskan dengan tepat dan panjang lebar.

Eyes On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang