Berbalas Dendam!

106 21 0
                                    




Berita semakin heboh saat video yang di upload oleh Jendra beberapa menit yang lalu menjadi trending topik di semua platform sosial media, videonya yang diunggah di youtube mendapatkan lima juta tayangan dalam waktu 10 menit, membuat Robert menjadi bahan bulan bulanan netizen seluruh Indonesia. Bahkan pihak kepolisian mulai mendatangi kediaman Sarah yang dimana ada Daniar dan juga Jendra, begitu polisi tiba di rumah Sarah awalnya mereka ingin menggeledah rumahnya meskipun Daniar sudah meminta surat perintah namun tidak digubris oleh para polisi sampai akhirnya Indra datang dan mereka terkejut.

"Pak Indra..."

"Iya, ini rumah saya. Anda punya perintah dari siapa menggeledah rumah pribadi seorang jaksa?" tanya Indra.

Polisi tersebut tampak gelagapan apalagi disana ada Daniar yang mereka sendiri sudah tahu sepak terjangnya menjadi seorang pengacara.

"Ini tentang.. hmm... tentang—

"Video yang diunggah oleh Jendra?" potong Indra dengan tegas sementara para pria yang memakai seragam pemerintahan itu pun terdiam kemudian saling berpandangan.

"Saya bisa menuntut anda pak— Indra mengarahkan matanya kearah dada sebelah kanan polisi tersebut untuk melihat nama pertugas itu.

"Wira, saya jaksa dan wanita disamping saya ini pengacara, tentunya ada mengerti hukum kan karena telah masuk ke rumah pegawai pemerintah tanpa surat izin," ancamnya lagi.

Daniar melipat kedua tangannya, "jadi, apa anda masih mau menggeledah rumah ini, Pak?" tanyanya dengan nada dingin.

"Jelas - jelas seharusnya anda menangkap Robert, bukan malah mendatangi kami," lanjut Daniar lagi.

"Lo dibayar berapa sama Robert," Jendra tiba - tiba ikut berkomentar ketika memperhatikan semuanya berbicara dan langsung ditegur secara halus oleh Daniar, "Dra," ia menggelengkan kepalanya.

"Maaf kalau saya mengganggu aktivitas Pak Indra, kalau begitu kami pamit," polisi tersebut pergi meninggalkan rumah bersama dua orang lainnya.

"Jendra, kamu nggak apa - apa?" tanya Indra saat mereka semua berkumpul di ruang tengah.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya, "enggak, Om. Cuma masih perih aja bekas pecarahan kaca sama kepala agak pusing," balasnya.

"Kalau begitu silahkan kalian berdua berbincang, biar saya dan Sarah ke taman belakang," Indra dan Sarah meninggalkan mereka di ruang tengah namun Daniar menarik lengannya kemudian masuk ke kamar yang ditinggali oleh Daniar di lantai dua.

Daniar meminta Jendra untuk duduk di atas kasurnya lalu ia mengamit tangan Jendra perlahan mengusap tangan yang sudah diperban oleh dokter, ia menangis dalam diam sementara Jendra menghapus airmatanya sambil tersenyum, "aku beneran nggak apa - apa, sayang."

Sambil terisak Daniar membalas, "a-aku takut banget waktu tiba - tiba kamu nggak lalu berita itu muncul, semua isi yang ada di kepala aku tuh cuma kamu, bahkan sampai orang - orang cariin kamu dan disana nggak ada mayat kamu. Aku kalut tapi Om Indra minta aku untuk tetap diam sambil menunggu hasil karena Robert masih ada di sekitar kita," Daniar memeluk Jendra masih dalam keadaan menangis, maka tidak ada yang bisa Jendra lakukan kecuali mengusap punggungnya untuk menenangkan keadaan Daniar saat ini. Mungkin ketika tadi di Rumah Sakit, Daniar sepertinya nampak baik - baik saja namun setelah hanya tinggal mereka berdua, ia meluapkannya di depan pria yang dicintainya.

"Aku juga awalnya takut..." Jendra memberikan Jeda pada kalimatnya, menunggu Daniar menghentikan tangisannya lalu kembali memulai, "karena suasana ruangannya waktu itu panas akibat kobaran api yang mulai membesar sementara aku harus mencari jalan keluar dari situasi yang mematikan ini, lalu aku melihat kaca yang retak ya udah aku hancurin aja daripada mati konyol," Daniar menatap wajah polos Jendra, kemudian ia membalas dengan senyuman, "masih ganteng kok, biar mukanya banyak codet," tawa mereka lepas.

Eyes On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang