Darl+28

183 32 3
                                    

Ucup, Jeonghan, Seungkwan, Jisoo, Joy dan Lisa sedang berkumpul di gazebo belakang. Memakan nasi padang yang dibeli Ucup barusan.

"Bahas apa ya?"

Seungkwan mulai melakukan pembukaan. Acara hari ini masih sama, ngerumpi. Tapi apa yang dirumpiin?

"Jisoo gimana sama Joshua?" tanya Lisa penasaran. Tidak bermaksud membuat kisah Jisoo dan Joshua menjadi topik, tapi memang sekedar penasaran.

Melihat Jisoo menunduk lesu membuat Lisa menatap Seungkwan meminta penjelasan.

"Joshua mutasi kali. Udah lumayan lama."

Kali ini Joy yang terlihat prihatin. Pantas saja Jisoo mood nya berubah-ubah, tapi sering nya lemes sih. Suplemen nya hilang ternyata.

Berhubung Jisoo tidak berniat menjawab, akhirnya semua nya diam melahap makanan nya. Memikirkan hal apa yang membuat situasi ini menjadi menyenangkan.

"Mbak, mas. Saya kemaren lihat mbak Jennie di butik yang isi nya baju-baju nikah gitu. Mau nikah ya?"

Lisa melotot kepada Ucup. Diam-diam matanya memperhatikan segala nya ternyata. Niat nya kejutan malah dibocorin Ucup!

Kalo udah gini jelas temen-temen nya pada ngchat Jennie satu-satu meminta penjelasan.

Daripada Jennie merasa gagal dengan kejutannya, akhirnya Lisa memilih menggunakan ide cemerlang.

"Gini-gini, dengerin ya. Pertama, bener Jennie mau nikah deket-deket ini tapi gue juga gak tau tanggal tepat nya. Kedua, dia mau ngasih kejutan ke kalian jadi please lo semua pura-pura gak tau aja pas dia ngasih tau. Ketiga...."

Lisa menarik nafas sebelum berucap. "Ucup lo sialan!"

Semua temannya mengangguk, Lisa bernafas lega. Aman. Berarti rencana Jennie bikin kejutan ke teman-teman nya tetep lancar.

Padahal sejak saat Ucup mengatakan hal tentang Jennie, respon semua orang yang berada disana nampak tidak tertarik dan tidak perduli. Macam budeg gitu deh.

"Gue penasaran Lisa deh. Gimana sih?"

Lisa mendongak setelah menyuap nasi nya. Memperhatikan teman-teman nya yang semua tengah menatap nya.

Dia tidak peduli, kembali mengunyah makanan nya, membuka bungkus kerupuk dan memakan nya dengan lahap, bahkan kriukan kerupuk terdengar sangat jelas karena mereka sangat hening.

Seungkwan menyenggol lengan Jeonghan, menatap nya tajam. Jeonghan pasrah, dia tau udah salah ngomong. Tau gini gak usah bahas Lisa deh.

Menurut Seungkwan, bisa saja Lisa ini yatim piatu, atau dibuang oleh orang tua nya sebab belangsakan begitu. Maka dari itu Jeonghan sangat merasa bersalah karna telah mengungkit luka lama Lisa.

"Keluarga lo siapa sih? Kaya anak ilang deh gue rasa, selama ini kita temenan gak pernah tuh dikenalin ke bokap dan nyokap lo."

Semua mata tertuju pada Lisa.

"Ngapain juga? Kaya mau ngelamar aja dikenalin segala."

Lisa menatap aneh teman-teman nya, heran, apa tidak cukup berteman dengan Lisa saja? Toh, mau staycation juga Lisa mah gak perlu ijin-ijinan. Jadi, mereka gak harus kenal orang tua nya kan?

"Ya kan, kita-kita sering banget cerita tentang keluarga. Gak maksa sih, Lis, cuman orang yang ketawa nya paling gede biasanya paling rusak tuh idup nya." Joy lagi sok iya banget.

Lisa memutar bola mata nya malas. Dibiarin ajalah, bentaran lagi juga topik nya ganti.

"Udah lah biarin, udah manyun tuh Lisa, pasti dia gak sanggup cerita. Seungkwan juga pernah bilang kan dia yatim piatu, hargai keinginan Lisa untuk tetap diam."

Jisoo mencoba menenangkan, namun bukannya tenang, malah Lisa yang melotot.

"Pala lo yatim piatu, gue ada keluarga! enak aja yatim-yatim, gue sodok juga idung lo."

Seungkwan meringis, merasa bersalah soalnya udah bawa-bawa hidup dan mati. Lagian Jisoo juga apaan dah, emang dia gak tau maksud mengira-ngira apa?

Tarikan nafas panjang dan posisi duduk nyaman membantu Lisa memantapkan diri.

"Gue ceritain tipis-tipis."

Jeonghan bersiap-siap, mengeplak telinga nya agar berfungsi sebelum Lisa memulai ceritanya.

"Selayaknya anak muda, gue bikin kesalahan yang buat keluarga marah. Gue diusir dan berakhir dirumah tante gue. Makanya gue memutus kan gak kuliah dan langsung kerja demi menafkahi diri ini."

Lisa berhenti, semua nya menatap, menunggu kelanjutan nya. Lisa yang bingung juga menatap heran.

Apaan sih?!

"Lah, udah mbak Lisa?"

Lisa mengangguk. Sedangkan yang lain bernafas kecewa.

Seungkwan menggeleng-geleng kan kepalanya. "Tidak menarik. Mungkin akan menarik kalo lo hidup jadi gelandangan. Gue berharap dulu lo diusir dan tante lo gak mau nampung."

Lisa memukulkan sendok nya ke kepala Seungkwan dengan keras. Membuat nya mengaduh penuh drama.

"Jadi selama ini mbak Lisa mandiri banget ya. Bertahan hidup dengan gaji selama kerja disini. Salut banget aku sama mbak Lisa." Ucup tersenyum tulus, sambil memberikan 2 jempol nya.

"Enggak. Gak cukup Cup gaji gue. Gue dapet transferan tiap bulan dari bokap dan abang." Lisa nyengir membuat Ucup gak jadi saluuuteeeeee.

Jisoo yang sedari tadi diam tiba-tiba mengeluarkan suaranya penasaran. "Nama bokap lo siapa?"

Lisa hendak menjawab, tetapi pertanyaan nya ditambah oleh Seungkwan yang juga bertanya dengan semangat.

"Iya bener, gue penasaran. Kerja apa? Umurnya pasti gak muda kan? Ngirim berapa? Duit lo banyak mulu. Sumpah, awalnya gue kira lo suka jual diri."

Lisa akan mengambil sendok nya ingin memukul lagi, tapi Seungkwan dengan bangga memamerkan sendok Lisa yang sudah berada ditangan nya.

Menggantikan Lisa, kali ini Joy yang memukul dengan sendok, bahkan lebih keras. "Mulut lo gue beli sini. Kalo ngomong suka gak di rem."

Lisa memeluk Joy senang, menjulurkan lidah ke arah Seungkwan yang mengelus-elus kepalanya.

"Namanya siapa, Lis?" tanya Jisoo lagi dengan wajah penasaran nya.

"Gatau lupa."

Lisa tersenyum manis. Males ngasih tau yang lain kalo bokap nya lumayan tajir. Belum siap diporotin abis-abisan.

Perhatiannya teralihkan saat handphone dikantong nya berbunyi tapi dengan nada dering yang berbeda.

Dahi nya mengernyit. Ini bukan handphone nya, case yang berbeda sudah jelas menunjukan kalau handphone nya tertukar.

Sohee.

Yang menelepon pemilik handphone adalah black mamba alias Sohee uler.

Lisa mendiamkan saja sampai telepon itu mati dengan sendirinya.

Wallpaper handphone itu adalah fotonya. Perempuan itu menghela nafas dan mencoba tidak peduli.

Hanya saja rasa penasaran yang mendadak muncul, bukan cemburu.

Penasaran masalah kerja yang seperti apa sampai harus menelpon ke nomor pribadi.

Biasanya mereka tidak menelepon, melainkan chat grup dengan tujuan rekan kerja yang lain bisa langsung mengetahui atau langsung berbicara pada yang bersangkutan.

Sampai dering handphone nya berbunyi lagi.

Sohee lagi.

Akhirnya Lisa mengangkat telepon nya.

"Halo."

"..."

"Kenapa?"

"..."

"Okay."

Semua nya memperhatikan karena raut wajah Lisa yang berubah drastis. Menjadi seperti bebek, bibir nya maju terus bahkan terlalu maju.

"Gue mau tuker handphone dulu. Ketuker sama Mingyu."

~

Darl+ing! || Lisa X MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang