Mungkin sudah lebih dari sepuluh kali Jungkook melirik jam dinding di ruang keluarga itu. Jarum jam terus bergerak, kini bahkan sudah hampir pukul delapan malam, tapi Taehyung belum menunjukan tanda-tanda akan pulang.
Jungkook sudah menghubunginya, tapi tak ada jawaban. Ponsel Taehyung tidak aktif.
Itu membuat Jungkook makin risau. Dia mencebik, wajahnya terlihat gelisah.
Terakhir kali dia memberi kabar pada Jungkook adalah siang tadi, Taehyung bilang dia di kampus. Tapi kenapa dia tak kunjung pulang. Apakah dia melakukan pekerjaan paruh waktunya? Tapi malam ini bukanlah jadwal Taehyung untuk bekerja.Suara pintu utama yang terbuka seketika membuat Jungkook melotot. Kemudian dia melihat Taehyung masuk tetapi wajahnya tampak lesu.
"Kau terlambat pulang. Kau bahkan tidak meneleponku." Jungkook mengerutkan alisnya seperti orang merajuk. Tapi dia kemudian sadar bahwa itu tak berguna sama sekali."Aku menemukan sesuatu." Taehyung maju beberapa langkah dengan gontai. Baterai sosialnya yang selalu lemah terasa habis total hari ini.
Dia tidak menyangka beraktivitas dengan Yoongi akan membuat dia sebegini lemasnya. Aura penuh ancaman dari Yoongi membuat Taehyung seperti ditekan untuk terus patuh. Tapi sebetulnya Taehyung tak keberatan."Apa itu?"
"Aku rasa Jungkook bisa menyebut ini sebagai pekerjaan. Dengan Yoongi sang fotografer."
Taehyung menelan ludahnya, dapat merasakan sisa rasa kopi yang dibuatkan untuknya tadi sebelum pulang. Itu enak sekali.
Yoongi sepertinya tidak main-main tentang dirinya yang serius dalam membuat kopi. Dia terampil untuk hal itu."Yoongi? Maksudmu Min Yoongi?!" Jungkook yang terkejut buru-buru menghampiri Taehyung. "Baru-baru ini dia juga mengerjakan foto buku kak Jieun." Jungkook merasa senang sekaligus tak menyangka. Matanya terbuka lebar tapi juga memunculkan binar cantik yang begitu semangat.
Hati Taehyung menghangat melihat wajah itu. Tanpa sadar dia meremat tangannya sendiri. "Aku akan menjadi muridnya—"
"Menjadi asistennya, kan?" Jungkook menyerobot omongan sang kekasih dengan tergesa-gesa. Dia tak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Taehyung punya pekerjaan, Jungkook pikir itu akan menjadi awal yang bagus untuk karir Taehyung dalam dunia fotografi yang dia tekuni sejak lama.
"Iya." Taehyung menjawab dengan nada yang lesu.
Jungkook bahkan tak mengerti kenapa Taehyung tidak tampak bahagia dengan hal ini? Lagi-lagi Jungkook tidak tahu apa yang Taehyung pikirkan. Sudut pandang macam apa yang ada di dalam kepala pemuda itu hingga dia sama sekali tidak tersenyum untuk merayakan pijakan awalnya yang cemerlang.
Jungkook mengulum bibir kebingungan ketika Taehyung tak juga memberikan reaksi lain. Dia kembali duduk di atas sofa dan memeluk bantal kecil di sana. "Nama Yoongi sangat besar di industri ini. Dia jelas mencolok. Apa kau bisa mengimbanginya?" Jungkook melirik Taehyung yang bergeming.
Taehyung mendekat. Berjongkok di hadapan sang kekasih dengan pandangan lurus yang serius. "Ada sebuah foto yang ingin sekali aku ambil di industri hiburan ini."
Matanya bergetar saat kalimat itu terlontar dari bibirnya. Taehyung tidak tahu apakah Jungkook dapat melihat hal itu."Sebuah foto?"
Taehyung mengangguk. "Foto dirimu."
"Kau selalu memotret aku di setiap kesempatan, lagipu—"
"Aku ingin berada di set yang sama dengan Jungkook." Taehyung menelan liurnya susah payah setelah memotong ucapan Jungkook. "Entah itu majalah atau online, suatu hari nanti, aku akan mengambil foto Jungkook. Aku ingin di foto itu tertulis Foto oleh Kim Taehyung." Paper bag di tangannya terlepas begitu saja saat dia mengepal tanpa sadar menunjukkan tekad yang selama ini selalu ia kubur dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
pulchritude • tk
Teen FictionTaehyung berada di kasta terbawah di kelasnya, berusaha agar tetap tak terlihat di sekolah. Dia tidak pernah ingin membuka mulutnya, takut ketahuan bahwa ia berbicara gagap di depan teman-temannya. Taehyung lebih memilih melihat dunia melalui lensa...