20: one step closer

107 15 2
                                    

.

.

.

Tak terasa hari berjalan begitu cepat, besok adalah hari kelulusan yang juga bertepatan dengan hari jadi Minho.

Chris akan menyambut hari membahagiakan itu dengan sederhana dan berencana untuk memberi kejutan pada belahan jiwanya tersebut.

Banyak yang ia persiapkan meskipun ia melakukannya sendirian tanpa bantuan siapapun.

"Wolf... Boleh tidak aku ke rumah?"

Mendengar suara itu membuat Chris lekas berbalik. Sebenarnya ia telah menyuruh orang-orang untuk merenovasi rumah Minho yang sempat berantakan akibat insiden beberapa minggu yang lalu.

Dirinya sengaja tak memberitahu pria manis itu sebab sesuai rencana, ia akan merayakan hari ulang tahun Minho di sana nanti.

"Sayang. Tidak sekarang okay?" Ia mencoba mencegah agar Minho tak ke sana hanya sampai besok.

"Tapi... Sudah lama aku tak mengunjungi rumah ku"

Dan kelihatannya Minho juga berusaha untuk mendapat izin darinya. Membuat ia dengan cepat memutar otak, mencari alasan bagus yang sekiranya berhasil digunakan supaya kekasihnya itu urung untuk pergi.

"Besok saja ya? Setelah itu kau boleh tinggal di sana lagi"

Dapat ia lihat ekpresi wajah Minho yang awalnya murung berubah menjadi sumringah, kedua mata itu melebar disertai senyum cerah, sebelum dengan semangat bertanya, "Benarkah?!"

"Tentu sayang"

Saking tak dapat menahan rasa bahagia nya Minho pun lekas berlari dan menerjang tubuh besar Chris lalu memeluknya erat.

"Terimakasih" ucap Minho pelan.
.

.

.

"Pastikan kita mendapatkan nya kali ini" Daniel berujar pada beberapa makhluk sepertinya yang kini tengah berkumpul bersama untuk merencanakan suatu rencana.

"Itu mudah kalau alpha itu tiada" sahut Lucy yang langsung di angguki serempak oleh vampir lainnya.

Ada jeda sejenak mereka tampak berpikir keras guna memikirkan bagaimana caranya supaya Minho lepas dari genggaman Chris.

"Maka bunuh saja dia"

Sebuah suara terdengar, membuat semua mata tertuju pada satu-satunya werewolf yang berdiri di sudut ruangan sembari melipat tangannya di dada. Dari nadanya saja sangat kentara jika werewolf itu seolah menganggap remeh alpha yang sedang di bicarakan.

Daniel tertawa hingga suara tawanya menggema di ruangan tertutup itu. "Bagaimana kalau kau yang membunuh nya?" Tantang nya mencoba mengetes apakah benar werewolf ini berpihak pada mereka?

Bangsa vampir?

Mendadak ada keraguan di wajah itu membuat Daniel berdecih pelan sebelum melangkah maju. "Buktikan jika kau memang mencintai nya..." Senyumnya kian melebar begitu melihat werewolf di depannya mendongak menatapnya dalam kemudian beralih dengan memandang seseorang yang berdiri di lantai dua seraya memegang pinggiran besi pembatas.

"Aku mencintai nya" sahut sang werewolf yang cukup membuat Daniel terkekeh, menoleh  sebentar dan kembali melanjutkan.

"Maka dari itu kau yang bertugas untuk membunuh Chris... Apa kau bersedia?"

Daniel menarik lengan itu dan meletakkan sebuah pistol di telapak tangannya. "Pistol ini sudah diisi dengan peluru perak. Kau hanya perlu menembaknya tiga kali tepat di jantung nya" jelasnya lagi.

Full Moon [Banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang