55-Daniel

128 23 1
                                    

Pulang dari kantor kejaksaan, Daniel langsung menidurkan dengan kasar tubuhnya ke atas kasur. Indah yang masih memberi asupan kepada Ben pun melihatnya kasian dan kebingungan, pasalnya sebelum berangkat yang memiliki permasalahan adalah Lukas bukan suaminya.

Indah hanya memandangi Daniel yang berulang kali menghembuskan nafasnya begitu berat, sedangkan pandangan Daniel lurus menatap ke langit-langit kamarnya. Tiba-tiba Daniel bangun, "Aku mau mandi dulu, aku mau segerin isi pikiran aku dulu" Daniel kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Sembari menggendong Ben, Indah menyiapkan pakaian ganti suaminya kemudian meletakkannya di satu sofa kecil yang berada di ruangan yang terhubung dengan kamar mandi.

"Bajunya di sofa, sayang" ujarnya, lalu kembali keluar. Baru berjalan beberapa langkah bunyi guyuran air terdengar begitu kencang,

Merasakan botol susu sudah enteng, Indah pun melihatnya dan ternyata Ben sudah tertidur dengan botol susu yang sudah kosong. Buru-buru Indah meletakkan Ben di tempat tidurnya, lalu keluar pergi ke meja makan untuk mengambilkan Daniel makan siang.

Baru turun Indah tak sengaja bertemu Shani, "Ndah, kata bibi Daniel udah pulang ya?" tentu Indah mengangguk, karena begitulah kenyataannya. "Kamu lihat Lukas?"

"Daniel balik sendirian, Shan. Aku belum berani nanya apa-apa ke dia, wajah Daniel kayak capek banget pulang tadi"

Shani berpikir sejenak. "Kalau gitu makasih, Ndah informasinya"

"Sama-sama. Oiya, emang Lukas ga bisa ditelfon?" tanya Indah.

"Ga bisa. HP-nya mati kayaknya,"

"Ooh... Kalau gitu aku naik ke atas ya... Kasian Daniel kayaknya belum makan siang,"

"Iya, Ndah" Shani berjalan keluar, sedangkan Indah kembali ke kamar.

Di kamar Indah belum mendapati Daniel keluar dari kamar mandi, dirinya pun menunggu sembari memainkan gawainya dan melihat sesuatu menarik di dalamnya.

Ponsel yang digenggamannya pun Indah letakkan kembali  ketika mendengar bunyi pintu dibuka, Indah tersenyum melihat suaminya yang selesai mandi dengan rambut yang masih basah.

"Kamu makan dulu ya?" Daniel hanya mengangguk lalu mengambil makanan yang Indah ambilkan untuk dirinya, sedangkan Indah memilih untuk duduk di dekat Daniel. Menemani suaminya menghabiskan makanan yang dirinya ambil.

"Habis makan aku mau cerita sama kamu, aku butuh itu"

"Iya," Indah beranjak berdiri ketika menyadari dirinya lupa menyiapkan minuman untuk Daniel, ia pun mengambilkan minuman di lemari es kecil di dekat lemari riasnya. "Ini airnya," dirinya memberikan air kemasan ke Daniel.

Indah memandangi wajah Daniel dengan begitu fokus, tampak ada guratan lelah di wajah suaminya itu. "Cerita habis kamu makan, jangan buru-buru juga" Indah mengusap lembut rambut basah Daniel.

Selesai makan siang dan alat makan sudah diambil kembali oleh art, Daniel pun terduduk tenang di tepi kasur dengan Indah di sebelahnya. "Kayaknya aku harus hapus keinginan aku buat punya figur papa yang sempurna, sekaligus aku harus ganti role model aku biar aku ga kayak papa"

Sempat terdiam Indah mendengar perkataan Daniel. "Kenapa? Papa Bian habis apain kamu sampai kamu bisa ngomong kayak gini, sayang?" tanya Indah begitu sedih mendengar curahan hati Daniel.

"Papa jahat, Ndah... Papa ga harus sampai ngelakuin pencucian uang, Ndah biar aku bisa hidup layak. Papa cukup kerja semampunya aja, aku pasti tetep bisa hidup layak kan, Ndah?" dengan mata yang masih menahan tangis, Daniel menatap istrinya yang cantik itu.

Indah mengelus lembut pipi Daniel, perlahan tangannya naik mengusap air mata yang segera turun. "Mungkin papa kamu mau ngasih sesuatu hal yang terbaik, tapi kebetulan caranya yang salah. Di sini tugas kamu berarti harus membenahi itu, kasih tau papa kamu kalau usaha dia buat kasih kehidupan yang layak buat kamu itu ga harus sampai kayak gitu" balas Indah.

The William (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang